Tips Menanamkan Rasa Optimis, agar Anak Tumbuh Menjadi Pribadi yang Berani dan Bahagia

Hadila.co.id Ingin tahu bagaimana cara membesarkan anak, dan menanamkan rasa optimis pada anak? Anak yang tumbuh dengan rasa optimis akan lebih baik dalam menghadapi kehidupannya, selain itu ia akan lebih bahagia dalam menjalani hidup.

Ada banyak alasan untuk mendorong optimisme pada anak-anak kita, termasuk pengaruh positif jangka panjang pada kesehatan mental dan fisik mereka. Tapi bagaimana cara Anda meningkatkan rasa optimis pada anak? Praktikkan kelima kiat yang dirangkum hadila.co.id dari parents.com ini sebagai latihan, sebagai permulaan, dan perhatikan manfaat positif dari si kecil yang akan meluas ke seluruh rumah tangga Anda. Berikut enam tips untuk membantu Anda mengembangkan rasa optimis pada anak.

Tips Mengajarkan Anak Mencintai Buku Sejak dalam Kandungan

1. Berhenti Mengeluh

Orang tua sering kali mengeluh di depan anaknya dengan ungkapan yang menunjukkan perasaan yang negatif, seperti frustasi dan pesimistis. Orang tua sering kali mengeluh seperti “kita akan terlambat”, “saya lelah sekali”, “sepertinya kita tidak akan bisa”, dll. Semakin Anda mengeluh tentang masalah Anda atau hari yang berat di tempat kerja, semakin besar kemungkinan anak-anak Anda akan belajar untuk melakukan hal yang sama. Alih-alih, coba bicarakan hal-hal yang berjalan dengan baik (“Kita berhasil membuat masakan yang enak,” atau “Saya tidak akan terlambat hari ini”).

2. Memiliki Harapan yang Tinggi pada Anak

Berharaplah anak Anda dapat melakukan apa yang Anda inginkan dari mereka. Dengan memiliki harapan pada mereka, dan memberikan anak kesempatan untuk membuktikannya, akan memacu anak untuk memiliki rasa optimis agar dapat memenuhi ekspektasi dari orang tuanya.

Tidak Ada Kedewasaan yang Instan untuk Anak-anak

Bagaimana cara berekspektasi pada anak? Mudah saja, lakukan dari hal yang sederhana. Anda dapat memulainya dari meminta mereka untuk melakukan kegiatan sehari-hari sendiri, seperti mengingatkan mereka untuk merapikan tempat tidurnya, menyiapkan pakaian dan berpakaian sendiri, menyikat giginya sendiri dll. Selain membantu meringankan beban Anda, cara di atas juga dapat merangsang optimisme mereka untuk membuktikan pada Anda bahwa mereka dapat melakukan rutinitasnya sendiri.

Anak-anak tidak akan mengembangkan sikap optimis, “dapat melakukan” kecuali mereka memiliki kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka. ”Mempercayakan anak-anak untuk menyelesaikan tugas membuat mereka merasa mampu,” kata Tamar Chansky, Ph.D., seorang psikolog anak dan penulis buku Freeing Your From From Negative Thinking.

Cara Mendidik Anak untuk Rajin Membantu Pekerjaan Rumah

Pekerjaan harus sesuai usia, karena intinya adalah agar anak-anak berhasil. Seorang anak berusia 2 tahun dapat mengambil mainannya, seorang anak berusia 3 tahun dapat menaruh pakaian kotor di keranjang, seorang anak berusia 4 tahun dapat membawa piring ke wastafel, seorang anak berusia 5 tahun dapat mengosongkan keranjang sampah, dan seorang anak berusia 6 tahun dapat memilah cucian. dan seterusnya.

3. Mulai Lepaskan Kendali Anda pada Hal-hal Kecil

Kita semua bergumul dengan upaya untuk melindungi anak-anak kita dari cedera, baik dari cedera fisik atau perasaan. Wajar jika Anda ingin melindungi anak Anda dari situasi yang dapat mencederai anak. Tetapi mencegahnya untuk melakukan suatu kegiatan, karena dia mungkin tidak memiliki keterampilan seperti anak-anak lain dapat merusak kepercayaan dirinya, dan memunculkan rasa pesimistis dalam diri anak.

Cara Mudah Melatih Anak Pandai Membaca Tanpa Harus Mengeja

Anda hanya harus mulai melepaskan kendali, penasihat Orang tua Michael Thompson, Ph.D., penulis Homesick and Happy: How Time Away From Parents Can Help a Child Grow. Mengatakan bahwa membiarkan anak TK Anda bermain sendirian di halaman belakang atau melakukan kegiatan di lapangan sekolah tanpa Anda damping akan memunculkan rasa berani dan optimis untuk anak. Seiring waktu, membangun risiko yang lebih besar, seperti memanjat pohon yang tidak terlalu tinggi di dekat rumah atau kegiatan lainnya. “Anda tidak ingin anak Anda takut untuk mencoba hal-hal baru,” kata Dr. Thompson. “Kamu ingin dia pulang dan berkata, ‘Bu, aku yang melakukannya!'”

4. Tunggu Sebelum Bereaksi

Ketika Dr. Reivich mendengar bahwa siswa kelas dua memanggil putrinya gendut, insting pertamanya adalah menelepon orang tua gadis itu, tetapi ia menghentikan dirinya sendiri. “Saya ingin mengajari Shayna (putrinya) dan menjadi penasihatnya sendiri,” lalu mereka merencanakan apa yang bisa dikatakan Shayna pada saat hal itu terjadi lagi. Ketika hal itu terjadi, Shayna mengatakan naskahnya yang sudah disiapkan “Yang pertama, saya tidak gemuk. Nomor dua, itu bukan hal yang baik untuk dikatakan kepada seorang teman.” Gadis yang mengoloknya pun meminta maaf, dan Shayna pulang dengan perasaan bangga. Mengekang naluri untuk marah dan dapat mengambil kendali diri yang sangat besar.

Mengontrol Keinginan Anak, Mendidiknya Menjadi Anak yang Mampu Menerima Keadaan

Saat anak Anda mencoba mengeluarkan kata baru atau membutuhkan waktu lama untuk memasukkan potongan ke dalam teka-teki, mudah untuk ikut campur untuk membantunya. “Tetapi membiarkan anak Anda mencoba untuk menyelesaikan berbagai hal tanpa bantuan Anda akan meningkatkan rasa pencapaiannya dan juga membuatnya lebih optimis tentang apa yang dapat ia lakukan di masa depan,” kata Dr. Reivich.

5. Beri Semangat pada Anak saat Ia Merasa Tidak Mampu

Ketika anak bekerja keras di atas lembar pekerjaan sekolah, dia sering mengeluh dan putus asa, “Aku buruk dalam matematika!” Sayangnya, satu kekurangan mungkin cukup bagi anak-anak untuk mengarang rasa kekurangan mereka yang lainnya seperti “Aku tidak pintar”, “Aku tidak mahir sepak bola”, “Aku tidak bisa menggambar.”

Orangtua Wajib Tau! Cara Mengetahui Bullying yang Terjadi pada Anak dan Penanganannya

Untuk mencegah kesimpulan semacam itu, cobalah untuk mengubah perspektif anak Anda, kata psikolog Andrew Shatté, Ph.D., psikolog yang menciptakan program pelatihan untuk membantu anak-anak mengendalikan tantangan. Untuk membingkai ulang pikirannya secara lebih positif, Anda bisa mendukungnya dengan berkata, “Olahraga baru sulit dipelajari pada awalnya,” atau “Saya tahu kamu belum tahu, tetapi kamu akan tahu dan bisa mengerjakannya.” Dan biarkan dia tahu bahwa dia bukan satu-satunya “Banyak anak-anak di kelasmu merasa tidak bisa juga” atau “ Saya mengalami kesulitan ketika saya mulai belajar pengurangan juga”. Bantu dia tetap optimis dengan menyebutkan keterampilan lain yang dia kuasai, “Ingat kapan Anda tidak bisa membaca dan berapa banyak upaya yang diperlukan? Anda akan mendapatkan ini juga.”

(Bachtiar)

Bachtiar
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos