Suami Jarang Beri Nafkah, Istri Harus Bagaimana?

Suami Jarang Beri Nafkah, Istri Harus Bagaimana?

Hadila – Asalamualaikum Ustazah. Bagaimana menghadapi suami yang belum menjadi suami yang bertanggung jawab? Kami sudah menikah sekitar 7 tahun, tapi sifat suami belum juga berubah. Beliau masih belum rajin salatnya, jarang memberikan nafkah. Sampai kapan saya harus bersabar Ustazah? Kadang ingin menyerah tapi tidak tega jika orang tua tahu. (Hamba Allah)

Konsultan: Ustazah Farida Nuraini (Konselor Keluarga, Pengisi Rubrik Konsultasi Keluarga Majalah Hadila)

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih Bunda sudah bertanya. Ini merupakan ikhtiar agar rumah tangga lebih harmonis, lebih bahagia. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan.

Pertama, soal niat. Mari kita kembali ke niat awal menikah. Niat menikah adalah untuk beribadah. Untuk mendapatkan pahala. Apakah bukan untuk mendapatkan kebahagiaan? Iya. Itu adalah salah satunya. Namun bukan tujuan utama. Karena jika tujuan kita hanya mendapatkan kebahagiaan, maka ini tak adil. Karena tak semua rumah tangga itu bahagia.  Maka mari luruskan kembali niat berumah tangga yaitu untuk beribadah dan mendapatkan pahala. Pahala itu kita dapatkan jika niat benar dan cara benar.

Kedua, rumah tangga itu akan bisa bahagia dan harmonis apabila antara suami istri saling mengerti, memahami, dan memberi perhatian. Suami istri itu adalah satu. Apa yang terjadi pada suami itu karena pengaruh istrinya. Apa yang terjadi pada istri karena pengaruh suaminya. Karena antar suami istri akan terus saling berkontribusi dan membentuk karakter pasangan. Sehingga antar keduanya tidak bisa dipisahkan sebagai diri pribadi.

Dari pertanyaan Bunda, menyiratkan adanya tuntutan kepada suami karena suami dianggap tidak bertanggung jawab, malas beribadah, dan malas bekerja sehingga tidak memberikan nafkah secara maksimal.  Sebelum kita membahas tentang suami maka mari kita belajar pada diri sendiri mengevaluasi kekurangan diri sendiri. Apakah Bunda sudah menjalankan kewajiban dengan baik selama ini?

Mendukung dan memotivasi suami. Selalu taat dan bersikap hormat kepada suami. Mungkin pertama sudah dilakukan. Bagaimana dengan ketaatan dan penghormatan kepada suami? Itu adalah hak suami yang harus dilakukan istri. Jika istri belum bisa taat dan hormat kepada suami, maka hak istri juga akan sulit didapat. Apalagi istri hanya menuntut suaminya. Ingin suami berubah tapi tidak mengubah sikap diri sendiri. Apabila istri hanya melihat kekurangan suami tanpa memperbaiki kekurangan diri, maka rumah tangga seperti ini rentan sekali dengan pertengkaran dan percecokan.  Antara suami istri tidak ada keromantisan dan kemesraan. Gersang.

Jadi, bagaimana merubah suami? Mulailah dengan mengubah sikap kepada suami. Ubah penampilan dan kata- kata. Jadilah istri yang menyenangkan suami. Baik menyenangkan dalam penampilan, pelayanan, dan juga kata- kata. Suami itu senang lihat istrinya tersenyum. Jadi tampilah banyak senyum di depan suami. Perbaiki penampilan agat suami makin senang melihat istrinya.

Sampai di sini mungkin Bunda bertanya, ingin mengubah suami, tetapi malah justru Bunda yang harus berubah. Karena suami adalah orang lain yang tidak mudah kita ubah apabila dari diri beliau tidak ada keinginan. Yang paling bisa kita ubah adalah mengubah diri sendiri. Ini adalah cara untuk meluluhkan hati suami, mendapatkan cinta suami.  Apabila suami sudah mencintai istrinya, dengan segala hal yang dilakukan istri, maka suami akan dengan mudah melakukan apa yang diinginkan oleh istrinya.  Jadi ini sebenarnya adalah trik sekaligus mengembalikan  jalan yang seharusnya dilakukan oleh istri yaitu melaksanakan kewajibannya dengan menaati dan menghormati suami.

Jadi, jangan menunggu suami berubah. Suami tidak berubah bisa jadi karena istri juga tidak mengubah cara berbakti pada suaminya. Berhenti menyalahkan suami. Suami bersikap demikian, mungkin juga peran dari istri.

Seharusnya, istri adalah tempat suami melabuhkan segala permasalahannya. Kemudian istri menenteramkan dan membuat suami semangat bekerja. Memberi dukungan dan motivasi agar suami yakin usahanya berhasil. Tak lupa juga, doa istri menjadi senjata utama kesuksesan suami. Pepatah mengatakan ‘setiap kesuksesan laki-laki, pasti dibaliknya ada perempuan, yaitu istrinya.’  Jadi Bunda, bersabarlah mendampingi suami. Ini pahala besar bagi istri. Aktiflah dalam mendukung keberhasilan suami. Berhenti mengeluh. Berhenti menyalahkan suami.

Jika selama ini Bunda selalu melihat kekurangan suami, maka sekarang tonjolkan kelebihan-kelebihan suami. Syukurilah kelebihan suami itu. Karena barang siapa yang bersyukur, Allah akan menambah nikmatnya.  Jadilah istri yang dicintai suami karena menjadi teman di segala suka dan duka. Mari luruskan niat. Nikah itu untuk ibadah, untuk mendapatkan pahala. Suami adalah penentu surga dan nerakanya istri.

Terakhir saran saya, perbaiki ibadah. Jika suami di rumah, ajak suami salat berjamaah. Usahakan salat di awal waktu.  Perbanyak juga sedekah. Karena sedekah itu menjadi tameng kita dari segala permasalahan. Bacalah Al-Qur’an setiap hari secara rutin. Teruslah mendekatkan diri kepada Allah yang menguasai alam semesta raya dan menguasai diri kita dan suami. Dekatkan diri kepada Allah agar hati kita menjadi tenang dan segala permasalahan akan terselesaikan. Dan tentu saja sabar. Sabar itu tak ada batasnya. Karena semua memerlukan proses.  Demikian jawaban saya. Semoga bermanfaat. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Maret 2021>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos