5 Cara Mengatasi Masalah Rumah Tangga Secara Islam

5 Cara Mengatasi Masalah Rumah Tangga Secara Islam

Oleh Cahyadi Takariawan (Konsultan Keluarga dari Jogja Family Center)

Perbedaan antara keluarga sakinah dengan keluarga yang tidak sakinah, bukan terletak pada ada dan tidak adanya konflik. Karena konflik akan selalu ada dalam semua keluarga, bahkan dalam semua corak interaksi antar manusia.

Pada dasarnya, konflik adalah konsekuensi dari adanya interaksi, sekaligus bukti bahwa manusia diberikan akal dan nafsu yang membuat mereka memiliki cara berpikir, pendapat, dan keinginan yang tidak selalu sama.

Hal yang membedakan adalah cara mereka menghadapi dan menyelesaikan konflik atau pun masalah. Apakah mereka menggunakan cara mengatasi masalah rumah tangga secara Islam atau tidak?

Dalam keluarga sakinah, mereka terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Maka mereka menyelesaikan setiap masalah dengan mudah. Mereka menggunakan cara mengatasi masalah rumah tangga secara Islam.

(Baca juga: Menjauh dari Istri, Menghilangkan Rezeki)

Sedangkan keluarga yang tidak sakinah, sangat sulit menyelesaikan setiap konflik dan masalah. Persoalan kecil dan sederhana membuat mereka menjadi bertengkar hebat, saling marah, saling benci, saling mencaci, saling menjauhi, dan akhirnya semakin sulit pula menemukan solusi. Tidak jarang mereka menempuh jalan pintas dengan memilih bercerai untuk mengakhiri konflik.

Lantas, apakah ada cara mengatasi masalah rumah tangga secara Islam? Jawabnya ada.

Keluarga Nabi Saw Pun Berkonflik

Konflik dalam kehidupan berumah tangga bukan hanya ada di zaman kita, bukan hanya terjadi pada keluarga biasa saja. Namun bisa kita lihat pada rumah tangga Nabi Muhammad Saw beserta para istri beliau. Dalam sebuah episode kehidupan beliau dengan Aisyah, juga pernah dilanda konflik. Namun lihatlah bagaimana beliau keluar dari konflik dengan mudah dan penuh kehormatan.

Sebuah riwayat dari Imam Bukhari menceritakan ‘Aisyah menuntut keadilan kepada Nabi Muhammad Saw. Lalu Rasulullah Saw mengusulkan “Bagaimana pendapatmu, jika Abu Bakar yang melakukan?” Aisyah menjawab, “Aku setuju. Panggillah beliau untuk datang.”

Setelah Abu Bakar datang, Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, “Kami telah memanggilmu untuk mengadili kami berdua.” Rasulullah melirik ke arah ‘Aisyah dan berkata, “Engkau atau aku yang berbicara?” ‘Aisyah menjawab, “Bicaralah dan jangan engkau berkata kecuali hal yang benar”.

Mendengar itu, Abu Bakar menampar ‘Aisyah hingga mulutnya berdarah sambil memperingatkan, “Apakah beliau Saw pernah berbohong, wahai orang yang menyakiti dirinya sendiri?” ‘Aisyah langsung mendekati Rasulullah lalu duduk di belakangnya.

Kemudian Nabi berkata kepada Abu Bakar, “Kami tidak memintamu untuk ini (menampar) dan kami tidak memintamu untuk ini (memarahi).” (H.R. Bukhari)

Dari contoh kejadian tersebut, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita ambil dari keteladanan Nabi Muhammad Saw dalam menyelesaikan konflik rumah tangga.

Pertama, selalu mengedepankan akhlak mulia. Nabi tidak pernah melakukan tindakan yang tidak terpuji. Sungguh akhlak beliau telah dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai “khuluqin azhim” atau akhlak yang agung. Dengan keagungan akhlak inilah Nabi Muhammad Saw berinteraksi dengan semua manusia, termasuk dengan keluarga beliau.

Ketika memberikan pengarahan kepada para suami, Rasulullah Saw bersabda, “Kamu harus memberi makan kepadanya sesuai yang kamu makan, kamu harus memberi pakaian kepadanya sesuai kemampuanmu memberi pakaian, jangan memukul wajah, jangan kamu menjelekannya, dan jangan kamu melakukan boikot kecuali di rumah.” (H.R. Ahmad, Abu Daud, dan disahihkan Al-Albani).

Dari arahan beliau tersebut, tampaklah akhlak yang sangat mulia dalam berinteraksi suami istri. Di antaranya, Nabi Saw bersabda, “Jangan kamu menjelekannya.”

Dalam Syarah Sunan Abu Daud dinyatakan, “Jangan kamu ucapkan kalimat yang menjelekkan dia, jangan mencacinya, dan jangan mendoakan keburukan untuknya.” Ini adalah akhlak yang sangat mulia dalam berkonflik.

Kedua, memahami dan menghormati perasaan pasangan. Nabi Muhammad Saw tidak menyalah-nyalahkan atau menuduh Aisyah, beliau tetap husnuzhan dengan Aisyah.

Jika beliau mau, bisa saja beliau, sebagai Nabi Allah, langsung memutuskan sesuatu; dan pasti Aisyah pun akan mengikuti keputusan tersebut. Namun hal itu tidak beliau lakukan, justru beliau meminta pertimbangan kepada Aisyah, “Bagaimana pendapatmu, jika Abu Bakar yang melakukan?”

Ketiga, cara mengatasi masalah rumah tangga secara islam yakni selalu mendahulukan pasangan. Mari perhatikan penggal berikut ini. Setelah Abu Bakar datang, Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, “Kami telah memanggilmu untuk mengadili kami berdua.” Rasulullah melirik ke arah ‘Aisyah dan berkata, “Engkau atau aku yang berbicara?”  Aisyah menjawab, “Bicaralah dan jangan engkau berkata kecuali hal yang benar.”

Betapa mulia akhlak beliau berdua. Dalam situasi konflik, tetap mendahulukan dan memuliakan pasangan. Alangkah indahnya jika pasangan suami istri berbicara secara bergantian, dengan mempersilakan pasangannya untuk memulai.

Keempat, menghadirkan mediator yang dipercaya kedua belah pihak. Kehadiran Abu Bakar adalah untuk memediasi urusan Nabi dengan Aisyah. Sosok Abu Bakar adalah orang yang dipercaya oleh kedua belah pihak. Nabi sangat percaya kepada Abu Bakar, sementara Aisyah adalah anak Abu Bakar.

Keduanya memiliki kedekatan dengan Abu Bakar, hal ini lebih menjamin Abu Bakar akan bersikap adil karena tidak hanya dekat dengan salah satu dari keduanya.

Kelima, menghindari tindak kekerasan fisik maupun psikis. Perkataan Nabi Saw kepada Abu Bakar, “Kami tidak memintamu untuk ini (menampar) dan kami tidak memintamu untuk ini (memarahi),”  menunjukkan sikap Nabi Saw yang tidak ingin melakukan dan melihat tindak kekerasan fisik dan kekerasan psikis terhadap istri beliau.

Beliau sendiri tidak pernah menggunakan kekerasan fisik maupun psikis dalam berinteraksi dengan istri, maka beliau juga tidak menghendaki orang lain melakukan kekerasan itu terhadap istri beliau.

Pelajaran penting bagi kita semua, dalam kondisi emosi, marah atau konflik sehebat apa pun, hindarilah melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap pasangan.

Tetaplah berusaha menyelesaikan masalah dengan cara bijak dan dewasa, sebagai sesama insan beriman, sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai dan menyayangi. Itulah sekelumit cara mengatasi masalah rumah tangga secara Islam. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Mei 2018>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos