Hadila.co.id — Merasa bahwa pasangan orang lain lebih baik dari pasangan kita sendiri, yang diperibahasakan sebagai ‘rumput tetangga lebih hijau’ kadang terlintas dalam benak kita. Bagaimana hal ini bisa muncul? Bagaimana mengantisipasinya? Simak wawancara kami berikut dengan Ustaz Fatchul Arifin, Ketua IKADI (Ikatan Dai Indonesia) Kota Surakarta yang juga berprofesi sebagai Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Memandang orang lain seolah lebih baik dari diri sendiri, bagaimana Islam membahas hal ini?
Secara umum dan dalam kadar tertentu, sifat ini wajar dan baik. Pertama, agar kita tidak menjadi orang sombong, merasa hebat dan lebih baik dari orang lain. Kedua, menjadi motivasi dan inspirasi untuk terus memperbaiki diri (dalam amal ibadah maupun prestasi kehidupan). Ini dengan catatan, jauh dari perasaan keluh kesah dan iri hati. Meski demikian, sifat ini juga ada kekurangannya, yaitu menimbulkan kurangnya rasa syukur atas anugerah Allah pada diri kita.
Lebih khusus terkait pasangan, terkadang seseorang merasa pasangan orang lain lebih baik dari pasangannya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Kalau terkait pasangan, lain lagi ceritanya. Kita tidak boleh berpandangan seperti itu. Kita harus yakin bahwa apa yang telah diberikan oleh Allah pada kita adalah hal terbaik dan pasti tepat untuk kita. Manusia merasa seperti itu karena manusia sangat lemah dan terbatas pengetahuannya. Sedang Allah lebih tahu. Allah berfirman, “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [Q.S. Al-Baqarah: 216]
Sering kali yang menjadikan hati berontak, merasa tidak nyaman atau tidak pas, bermula dari hati yang tidak mau bersyukur.
Apakah hal ini berbahaya? Bagaimana Islam memandangnya?
Sikap memandang pasangan orang lain lebih baik dari pasangan kita, sangat berbahaya. Ini akan menjadi awal kehancuran sebuah rumah tangga. Jangan biarkan tumbuh sikap/ perasaan seperti ini pada hati kita, karena akan menumbuhkan amal/ perilaku lain yang negatif yang sangat dibenci dalam Islam.
Sebagaimana yang telah saya sampaikan di atas, bahwa sikap ini berawal dari diri yang kurang bersyukur atas semua yang telah dianugerahkan Allah pada diri kita. Kurang lapang dada dalam menerima semua hal dan adanya sifat iri atas nikmat yang ada pada orang lain. Padahal dalam suatu hadis, Rasulullah Saw melarang bersifat hasad (iri) kecuali dalam dua hal. Pertama, hasad kepada orang lain yang diberi oleh Allah ilmu pengetahuan, dan dia mengamalkannya. Kedua, hasad kepada orang yang diberi Allah harta, dan dia menginfakkan untuk menaati Allah.
Bagaimana kemudian kita menyikapi kecenderungan ‘memandang’ kita yang seperti ini?
Kita harus segera menyadari bahwa memandang pasangan orang lain lebih baik dari pasangan kita adalah sikap yang salah dan harus diperbaiki. Pupuk dalam diri kita rasa syukur kepada Allah. Latih dan tingkatkan rasa lapang dada, menerima/ qona’ah dengan senang hati yang menjadi bagian dari kita. Kemudian, jauhi sikap iri hati terhadap berbagai hal yang ada pada orang lain. Masing-masing sudah ada bagiannya. Tidak ada yang tertukar, tidak ada yang keliru. Allah lebih tahu apa yang pas dan terbaik untuk diri kita.
Langkah apa yang harus dilakukan agar terhindar dari ‘godaan’ merasa bahwa pasangan orang lain lebih dari pasangan kita ini?
Pertama, tundukkan pandangan. Karena berawal dari mata akan turun hati. Jika mata liar suka memandang hal-hal yang bukan menjadi haknya, maka hati akan menjadi kotor dan dampaknya perilaku pun juga akan kotor. Jika kita menjaga pandangan kita, maka hati kita akan menjadi tenang. “… Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” [Q.S. An-Nur (24): 30-31]
Kedua, selalu bersyukur atas semua anugerah Allah. Karena dengan syukur Allah akan meningkatkan dan menambah kebaikan atas semua nikmat yang telah kita terima. Dengan syukur pasti semuanya akan terasa pas, nikmat, dan nyaman. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” [Q.S. Ibrahim: 7]
Ketiga, penuhi memori dengan kebaikan-kebaikan pasangan kita. Sesungguhnya sangat banyak sekali kebaikan yang telah dilakukan oleh pasangan untuk kita.
Keempat, jaga keharmonisan rumah tangga kita. Diskusikan secara terbuka, apa yang kita sukai dan tidak kita sukai. Selalu hadirkan momentum yang mengesankan sehingga kita dan pasangan selalu betah di rumah dan terwujud baiti jannati. [Dimuat Hadila Edisi September 2014]