Standar Cantik Akan Terus Berubah

Standar Cantik Akan Terus Berubah

Hadila.co.id – Berbicara tentang kecantikan di usia matang, ada hal-hal yang berbeda dibandingkan dengan kecantikan di usia muda. Bagaimana hal tersebut dikelola untuk kebahagiaan dengan pasangan, akan diuraikan dalam wawancara Hadila kali ini bersama Tri Rejeki Andayani, S.Psi, PsiDosen Psikologi Fakultas kedokteran UNS.

 Kecantikan dan perasaan ingin cantik adalah nikmat Allah. seberapa hal itu ‘penting’ bagi seorang wanita?

Cantik  secara fisik itu bisa dilihat. Yang tidak bisa dilihat adalah, orang tersebut merasa cantik atau tidak, karena yang tahu adalah dirinya masing-masing.  Jadi secara umum, cantik itu ‘penting’ bagi seorang wanita terlepas orang tersebut meletakkan urusan cantik ini pada prioritas nomer ke berapa.

Mengapa? Kalau mau jujur pasti karena orang lain, agar dia dilihat cantik di hadapan orang lain. Orang lain ini kemudian siapa? Apakah dia ingin dilihat cantik oleh suaminya saja atau ingin dilihat orang seluruh Indonesia? Sehingga sampai ikut acara kontes-kontes kecantikan.

Adakah hal tersebut karena ‘tuntutan’ dari laki-laki (pasangan)? Atau hanya sekadar perasaan wanita saja?

Lebih ke dua-duanya. Kadang suami melihat istri berdandan bilang, “udahlah udah cantik kok” tapi kalau istri merasa belum, ya tetep belum yakin. Karena cantik itu erat hubungannya dengan tingkat PD. Misal hanya mengacu pada orang lain, dalam hal ini suami. Suami bilang, “kamu cantiknya itu begini lho”, tapi sementara istri merasa bahwa itu bukan standarnya, jika dipaksakan istri akan tidak nyaman. Begitu juga sebaliknya.

Kaitannya dengan kehidupan berumah tangga, benarkah kecantikan seorang istri bisa menjadi salah satu sumber kecintaan suami?

Mestinya iya, karena orang senang melihat yang cantik-cantik. Namun tolok ukur cantik secara fisik itu temporal, karena ada tren yang dari waktu ke waktu berubah. Ukuran cantik yang permanen adalah non fisik, termasuk akhlak tentunya. Sehingga wanita tidak perlu ngoyo mengejar ukuran fisik.

Perlukah kemudian kecantikan ini mendapatkan porsi perhatian yang lebih dari istri, untuk mempertahankan ‘perhatian’ suami? Terlebih bagi beberapa istri dari suami dengan karir cemerlang dan lingkup pergaulan yang luas?

Perlu. Karena suami istri itu saling menutupi apa yang menjadi kekurangan (sebagai pakaian). Kemudian istri mendampingi suami itu juga sebagai perhiasan. Kalau suami makin tinggi jabatannya, lingkungan pergaulannya makin luas, lingkungan sekitarnya juga tampilannya ‘lebih baik’ dari yang kemarin-kemarin. Kemudian untuk pertemuan kantor istri harus mendampingi, otomatis harus menyeimbangkan hal itu.

Namun tetap, tampil jadi diri sendiri itu yang paling penting. Artinya, kalau orang lain pakai yang glamor bukan berarti istri harus seperti itu. Tetapi mengimbangi perubahan dari suami, itu yang penting. Semakin usia matang, standar cantik itu mulai berubah. Kalau sudah jadi ibu, cantiknya seorang istri itu kalau ‘keibuannya’ itu keluar. Bukan ‘kegadisannya’ atau ‘kecentilannya’.

Benarkah, sebenarnya, seorang suami berharap istri menyesuaikan penampilannya dengan dirinya?

Benar, seorang suami ingin penampilan istrinya berubah agar lebih cantik ada yang berani menyampaikan ke istri, namun banyak juga yang takut. Pertama, takut menyinggung. Kedua, takut untuk dituntut. Seorang suami ingin istrinya jadi cantik takut dituntut balik ketika istri meminta biaya untuk perawatan kecantikan.

Persoalan ini sebaiknya dibicarakan. Karena itu salah satu sumber kecintaan suami kepada istrinya. Kalau suami tidak mau menyampaikan ke istri supaya istri lebih cantik, lama-lama suami bisa melirik orang lain ‘yang lebih cantik’.

Kematangan usia, akankah menjadi kelemahan atau justru bisa menjadi kelebihan bagi penampilan seseorang?

Kalau dari segi fisik, makin tua bisa jadi makin jadi kelemahan. Ini jelas. Tapi dari segi psikis, segi sosial, dia akan semakin matang, akan semakin bijak. Secara psikologi sosialnya ; makin tua seseorang maka akan semakin bisa membawa diri dengan baik.

Kemudian yang lebih penting adalah pengelolaannya, agar kelemahannya tidak menjadi fokus, tapi bisa beralih ke kelebihannya yang bisa jadi sumber kecantikan. Karena sumber kecantikan tadi tidak hanya dari segi fisik, bisa akhlaknya, bisa perilakunya, kemampuan mengurus anak dan keluarga, dsb.

Bagaimana agar semakin cantik di usia matang (dalam lingkup berpasangan dengan suami)?

Pertama, cantik fisik akan tetap dilihat. Tapi dengan standar usia matang itu cantiknya seperti apa, kita harus tahu diri. Tidak usah ngoyo sampai menyakiti diri sendiri atau harus mengeluarkan biaya yang teramat besar yang kemudian menjadikan hal-hal lain terabaikan.

Cantik secara fisik itu gampang dipelihara. Kita kan tidak mungkin cantik tanpa mandi. Atau yang terkait dengan kecocokan busana. Itu juga fisik, tapi masih bisa diupayakan ketika berusia matang. Potensi-potensi seperti itulah yang harus semakin digali di usia matang. Tidak selalu  berorientasi fisik namun menjadikan kecintaan suami.<Dimuat di Majalah Hadila Edisi Desember 2014>

Sumber foto: youtube.com

Redaksi
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos