Sepuluh Karakter Suami Ideal

Sepuluh Karakter Suami Ideal

Menjadi suami ideal, bisakah? Saya sendiri merasa bukanlah suami ideal. Saya hanya selalu berusaha untuk menjadi baik dan menjadi lebih baik lagi setiap hari. Mungkin tidak akan pernah sampai ke taraf ideal, karena memang tidak mudah untuk mencapainya.

Namun sebagai suami, saya tetap perlu memiliki peta yang jelas, seperti apa karakter ideal yang seharusnya saya miliki. Jika tidak memiliki peta ini, saya hanya berjalan melingkar-lingkar, menuruti ritme hidup dan rutinitas yang mekanistik.

Pada kesempatan kali ini saya ingin meringkaskan tulisan tentang sepuluh karakter suami ideal. Pertama, memiliki kemampuan untuk senantiasa memiliki cinta dan kasih sayang dalam jiwanya. Mungkin istri kita terasa sangat menyebalkan, atau tampak sangat menjengkelkan dengan perkataan dan perbuatannya setiap hari. Jika suami memang tidak suka dengan sikap itu, ingatkan dengan kelembutan, dengan cinta dan kasih sayang. Bukan malah sebaliknya, mendamprat, memaki, apalagi sampai berlaku kasar dan menyakiti hatinya.

Kedua, menundukkan egonya sehingga mudah mengalah, cepat mengakui kesalahan dan ada banyak maaf dalam dirinya. Apakah yang menghalangi seorang suami untuk meminta maaf dan memaafkan kesalahan istrinya? Apakah yang menghalangi suami untuk bersikap mengalah dan mengakui kesalahannya ketika ada perselisihan pendapat dengan istri? Itulah yang disebut dengan ego. Maka, tundukkan selalu ego Anda untuk istri tercinta, demi keharmonisan rumah tangga.

Ketiga, mampu membahagiakan istri, dan merasa senang jika bisa membahagiakan istrinya. Jika kita mampu membahagiakan istri, maka akan sangat banyak yang bisa kita dapatkan darinya. Misalnya, istri merasa nyaman dan tenang, dan akan mendukung berbagai keinginan positif suami, selama dia merasa bahagia. Membahagiakan istri itu bukanlah bab bagaimana memberikan semua yang diinginkan istri, namun bagaimana menyentuh perasaan dan hatinya.

Keempat, selalu fokus melihat sisi kebaikan dan kelebihan istri, serta cepat melupakan kekurangan istri. Sesungguhnyalah setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna, dimana hanya memiliki kelebihan saja dan tidak memiliki kekurangan. Sebagaimana juga tidak ada manusia yang hanya memiliki kelemahan dan kekurangan saja, tanpa memiliki kebaikan dan kelebihan apapun.

Kelima, memiliki peta kasih yang lengkap terhadap istrinya. Ini akan memberikan banyak sekali kemanfaatan. Misalnya, menumbuhsuburkan cinta dan kasih sayang, karena adanya rasa saling percaya.

Keenam, selalu mendekat kepada istri, bukan menjauh. Jika Anda tengah marah kepada istri, atau menyimpan kekesalan kepada istri, apa yang Anda lakukan? Semakin mendekat kepada istri, atau semakin menjauh? Sebagai suami, teruslah berusaha mendekati istri, jangan menjauh. Saat istri tampak emosional dan marah-marah, dekatilah, peluklah, bisikkan kalimat mesra di telinganya. Jangan diimbangi dengan kemarahan, emosi dan apalagi kekerasan serta kekasaran sikap.

Ketujuh, memiliki keterampilan praktis kerumahtanggaan. Suami bukan hanya bekerja mencari nafkah. Sesungguhnyalah pengerjaan kegiatan praktis kerumahtanggaan itu sangat fleksibel, tidak ada ketentuan baku tentangnya. Maka, lakukan musyawarah di rumah untuk membagi peran antara suami, istri, anak-anak, dan pembantu (jika memiliki pembantu rumah tangga). Lebih khusus lagi yang harus disepakati adalah peran suami dan istri di dalam rumah, agar tidak menimbulkan perasaan ketidakadilan.

Kedelapan, memberikan kesempatan dan dorongan kepada istri untuk maju, berkembang dan berprestasi. Tidak layak bagi suami untuk menghambat kemajuan dan perkembangan potensi istri. Pernikahan bukanlah lembaga untuk mensterilkan berbagai potensi dan prestasi salah satu pihak. Justru dengan pernikahan itu akan semakin mengoptimalkan berbagai potensi kebaikan dari suami dan istri.

Kesembilan, selalu tampak “young and fresh” di hadapan istri. Banyak suami yang menuntut istri dalam bentuk yang perfect, seperti harus selalu wangi, segar, harum, berdandan menarik, berpenampilan menyenangkan, dan lain sebagainya. Namun dirinya sendiri tampak tidak memperhatikan penampilan saat di rumah.

Juga, jangan bawa beban masalah dari luar rumah masuk ke dalam rumah Anda. Sebanyak apapun rasa lelah Anda dari melaksanakan aktivitas seharian, pulanglah ke rumah dalam kondisi segar dan bergairah menemui istri serta anak-anak.

Kesepuluh, selalu memperbarui motivasi dan menguatkan kembali makna ikatan dengan istri. Motivasi menikah adalah ibadah, bagian dari pelaksanaan aturan Ketuhanan, yang kemudian secara teknis administrasi diatur oleh negara. Sejak awal, motivasi ini telah diwujudkan dan dikokohkan dalam sebentuk ucapan atau ikrar, saat melaksanakan akad nikah di depan petugas pernikahan. Dalam perjalanan kehidupan berumah tangga, ikatan ini bisa mengendur dan melemah, maka harus selalu disegarkan dan dikuatkan. Semoga ada manfaatnya. <Cahyadi Takariawan/Dimuat di Hadila Mei 2014>

Admin Hadila
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos