Semakin Cantik di Usia Matang

Semakin Cantik di Usia Matang

Hadila.co.id – Wanita dan kecantikan, tak dapat dipisahkan. Adalah fitrah, bahwasanya wanita menyukai kecantikan dan menikmati segala aktivitas untuk ‘memperolehnya’. Seiring perhatian dan permintaan, menjamurlah pusat-pusat perawatan kecantikan, dari yang menawarkan treatment dan produk natural hingga yang high tech. Muncul pula metode-metode dari yang klinis hingga ekstrim, dalam hal mempertahankan kecantikan.

Cantik bersifat relatif, terlebih kecantikan fisik. Setiap negara, budaya, bahkan perorangan memiliki pandangan tersendiri tentang kecantikan. Di Indonesia cantik itu jika seorang wanita berambut panjang, berkulit putih, berhidung mancung, langsing, tinggi semampai, berbulu mata lentik, berpipi merona, dan sebagainya. Hingga produk-produk pemutih kulit, suplemen pelangsing, make up perona pipi dan pelentik bulu mata laris manis bak kacang goreng.

Majalah Newsweek edisi online, merangkum beberapa definisi cantik dari beberapa negara. Di Burma, cantik berarti yang berleher panjang. Di negeri Samba, Brasil; cantik berarti yang bertubuh ‘gitar’. Di Korea, cantik berarti yang berkelopak mata luas dan bulat. Di Selandia Baru, disebut cantik jika bermoko (tato wajah). Di bagian barat Afrika, cantik kalau bertubuh gemuk. Di Cina, cantik berarti yang berkaki panjang. Sedangkan di Iran, wanita disebut cantik jika ia mancung dan langsing.

 

Antara Cantik dan Matang

Banyak wanita yang beranggapan, jika usia semakin menua maka kecantikan akan memudar. Kerutan menghiasi wajah, tubuh tak selangsing dulu, problem kecantikan yang sebelumnya tidak ada pun mulai bermunculan. Hal-hal tersebut kerap dialami oleh wanita yang memasuki usia matang, 40 tahun ke atas. Bagi sebagian besar wanita, hal tersebut meresahkan. Hingga membuat mereka berusaha ekstra keras melakukan apapun untuk tetap terlihat cantik tanpa cela.

Padahal karena relatifnya pengertian cantik, berarti ketika kita mengejar kecantikan, yang kita dapat bukanlah kepuasan melainkan kelelahan. Karena cantik tidak ada batasnya. Maka cerdas, tatkala wanita mencukupkan diri dengan yang lebih esensial. Bukankah tidak sedikit kita jumpai, wanita yang matang namun tetap menarik dan dicintai?

Definisi cantik yang lebih general adalah cantik dalam makna kefemininan. Dimana disamping hal-hal fisik, definisi ini memunculkan pula beberapa variabel non fisik (yang familiar disebut sebagai inner beauty). Ini yang membuat setiap wanita memiliki hak dan pantas untuk dicintai. Karena di antara sekian hal yang dimiliki seorang wanita, pasti ada sesuatu yang menarik untuk dikagumi. Karena cantik tidak sama dengan sempurna. Dan dalam ketidaksempurnaan, sering kecantikan ditemukan.

Dengan demikian, sesungguhnya antara cantik dan matang bukanlah sesuatu yang tak sejalan. Justru menjadi sebuah perpaduan yang pas. Setiap manusia hendaklah senantiasa ’tumbuh’ seiring usia. Sehingga usia matang berarti pula matang secara emosional. Pengalaman, adalah kekuatan dan kelebihannya sehingga menjadi lebih bijak dalam menghadapi kehidupan. Dia memahami betul dirinya, sehingga lebih bisa memantas diri secara fisik; sesuai porsinya, tepat kondisinya, tidak berlebihan.

Dengan kata lain, cantik bisa diperoleh dari kematangan sikap (attitude). Wajah yang cantik bila tidak didukung dengan sikap yang baik tentunya menjadi tidak kelihatan cantik. Tetapi seseorang dengan kekurangan pada fisiknya namun mempunyai sikap yang baik dan menyenangkan, menjadi poin tersendiri bagi orang lain. Dengan kematangan sikap ini, seluruh potensinya menjadi menarik (charming). Kecerdasan dan wawasan luasnya membuat selalu menyenangkan. Kesabaran membuatnya nampak anggun. Keramahannya membuat kehadirannya dirasakan hangat. Keibuaannya membuatnya nampak bersahaja dan berkarakter kuat (powerful).

Kecantikan dari dalam (inner beauty) inilah yang perlu dibangun ketika seseorang semakin dewasa, sehingga mampu membentuk diri semakin cantik dari waktu ke waktu, tanpa terbatasi usia.

Agar Secantik Bidadari

Setiap wanita telah diciptakan dengan kecantikan (fisik)nya masing-masing. “Dan manusia telah diciptakan dengan sebaik-baik rupa.” [Q. S. At Tin (95): 4]. Hal ini harus diyakini. Bukan semata-mata karena memang demikian (fakta). Tapi juga karena keyakinan ini pulalah yang akan memancarkan aura kecantikan selanjutnya. Keyakinan ini yang disebut self esteem (penerimaan diri). Sebagai seorang muslim self esteem lebih dalam membentuk rasa syukur kepada Allah Swt. Dan berimplikasi pada penjagaan atas anugerah tersebut.

Kecantikan fisik seorang wanita adalah anugerah, tapi juga ujian. Dapat menjadi fitnah belaka, ataupun keberkahan. Jika kecantikan menjebak pada keinginan disanjung, bahkan kemaksiatan, maka cantik itu bencana. Namun jika kecantikan itu dijaga bagi hal-hal yang diridhoi Allah, maka cantik itu kehormatan. Cantik itu berkah.

Gambaran kecantikan hakiki, adalah kecantikan bidadari. Semua wanita muslim pasti menghendaki secantik bidadari. Ia khusus diciptakan Allah sebagai pahala kelak, bagi hamba-hambanya yang taat. Kecantikannya bersumber pada dimensi ilahiah (hati).

Digambarkan dalam beberapa nash bidadari memiliki sifat-sifat: Pertama,  tunduk. Tunduknya bidadari ini adalah taat kepada Allah, dan tunduk pandangannya. Jika kita menghendaki serupa bidadari, maka kita pun harus tunduk pandangan, hati dan jiwa. Tunduk pandangan selain menjaga rasa malu juga berarti menundukkan diri dari hal-hal yang sifatnya material. Tunduk hati adalah kebijaksanaan yang terpancar menjadi kejernihan berpikir, kesabaran, tenang dan sikap yang senantiasa positif. Tunduk jiwa berarti tunduknya spiritual pada Rabb. Sejalan dengan ungkapan lugas seorang ulama negeri seberang, Pahrol Mohammad Joui, “Ingatlah, yang baik itu cantik, tetapi yang cantik itu tidak selalu baik.”

Kedua, syukur. Syukurnya wanita dunia adalah dengan menjaga apa yang dianugerahkan kepadanya.  Menjaga kecantikan agar dinikmati yang berhak (pasangan), juga menempatkan diri sebagai ‘pakaian’ baginya, merupakan salah satu cara konkritnya. Ini menjadi rambu kita dalam berhias; mendapatkan rida suami dan menjaga keharmonisan. Berhias untuk suami, mungkin telah dipahami banyak istri. Namun terkadang menjadi ‘pakaian’nya sering diabaikan. Tampil cantik, menyeimbangkan diri dengan (posisi, lingkungan pergaulan, jabatan, dll) suami juga sangatlah diperlukan. Asal tetap menjaga tatanan syar’i.

Ketiga, menyenangkan. Menyenangkan ini, jabarannya sangat luas. Salah satu yang diungkapkan mengenai menyenangkannya bidadari adalah harum. Maka kita pun hendaknya demikian, senantiasa harum di hadapan pasangan, segar dan memenuhi apa-apa yang disukainya. Senyum juga dapat menambah kecantikan, dan kesenangan bagi yang memandang. Karena senyum memancarkan apa yang ada di hati. Beauty is not in the face; beauty is a light in the heart.

Keempat, passion. Bidadari cantik karena diciptakan bersemangat menjadi pasangan bagi hamba-hamba Allah yang saleh. Maka jika kita ingin secantik bidadari, dalam setiap aktivitas hendaknya kita munculkan passion. Passion ini berpusat pada ridho Allah.  Islam memandang puncak kecantikan wanita berbanding lurus dengan tingkat ketundukan dan kepasrahannya pada Allah Swt. Ibnu Abbas berkata: “Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya di dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya.” Sehingga tidak berlebihan jika disebut bahwa the most beautiful make up for woman is passion.<Dimuat di Majalah Hadila Edisi Desember 2014>

Redaksi
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos