Saat Ananda Tahu ‘Masalah’ Orang Dewasa

Saat Ananda Tahu ‘Masalah’ Orang Dewasa
Sumber foto: freepik.com

Hadila – Asalamualaikum, Ustazah. Saya punya anak perempuan kelas 2 SD. Kebetulan di lingkungan saya ada pasangan yang bercerai karena perselingkuhan, dan sempat jadi perbincangan. Sampai anak saya pun tahu. Anak saya pernah ngobrol sama temannya, bilang kalau ayah si A jahat karena sudah selingkuh. Si A adalah anak dari pasangan yang bercerai itu. Saya takut perkembangan mental anak saya terganggu, karena di usianya sekarang sudah paham hal-hal semacam itu. Bagaimana cara mengatasinya? [Elia, Sragen]

Wa’alaykumsalam Wr. Wb. Di era sekarang memang informasi apa pun, baik positif maupun negatif berlimpah ruah. Kosakata, perilaku, kabar berita didapat dari media sosial atau percakapan di sekitar kita. Bahkan bagi orang dewasa sekalipun; lalu lintas kabar berita tersebut dapat terasa meresahkan dan menakutkan. Apalagi bagi anak-anak yang masih belum matang cara berpikir dan bertindaknya. Dalam kasus Bunda Elia, bagaimana agar tumbuh kembang anak tidak terganggu?

  1. Selalu perbanyak kata-kata, respons, aktivitas positif

Kata-kata, respons, dan tindak tanduk orang tua menjadi teladan bagi anaknya. Membentak atau memarahi  ketika mereka berperilaku kurang terpuji, seperti mengucapkan kata “selingkuh”, hanya akan membuat anak tambah bingung dan waswas.

Ketika Ananda mengucap kata “selingkuh”, orang tua yang mendengarnya mengiringi dengan kalimat, “Astaghfirullah, innalillah, subhanallah, laa haula wa laa quwwata illa billah.” Respons ini memberi edukasi bagi Ananda bahwa kata “selingkuh” bukan kata positif dan tidak boleh diulang-ulang. Kata “selingkuh”  bagi anak-anak mirip kata-kata umpatan lain.

  1. Gali kognisinya

Bila memergoki Ananda mengucap kata “selingkuh”, ajak ia bicara berdua. Lakukan beberapa hal sebagai berikut, (1) Tanyakan, di mana mendapat kosakata “selingkuh”? Apa artinya. Kalau Ananda berkata, “Aku gak tau arti selingkuh,” tutup perbicangan dengan nasihat bijak bahwa kalau Ananda sudah besar akan diberi tahu apa arti kata tersebut. Tak perlu menjelaskan panjang lebar.

(2) Kalau Ananda memberi penjelasan tepat dengan kosakata sopan seperti, “Selingkuh itu ayahnya pacaran lagi,” maka jelaskan bahwa pacaran itu tidak baik. Beri penjelasan dengan kata-kata masuk akal untuk anak seusianya.

(3) Kalau Ananda memberi penjelasan dengan kosakata tidak sopan, seperti kata-kata mengumpat terkait ayah temannya dan selingkuhannya; tegaskan bahwa kata-kata buruk hanya mengundang murka Allah. Bunda perlu garis bawahi bahwa kata-kata tersebut dilarang diulangi lagi.

  1. Gali emosinya

Tanyakan apa yang Ananda rasakan ketika mendengar cerita temannya. Ingat, Bunda sebaiknya jangan terpancing menggunakan kata “selingkuh.”

Dengarkan dengan saksama apa yang menjadi sudut pandang Ananda. Mungkin, ia sedih karena temannya terlihat sedih dan tertekan. Mungkin ia takut dan cemas, jika ortunya mengalami hal serupa. Mungkin ia ikut curiga dengan ayahnya. Ketika emosi Ananda dapat digambarkan detail, orang tua dapat mengambil sikap jauh lebih jernih.

Misal, Ananda berkata, “Ma, papanya temanku selingkuh.”

Astaghfirullahaladzim, laa haula walaa quwwata illa bilah,” respons bunda.

“Jahat sekali papanya selingkuh ya, Ma,” Ananda mengulang lagi kata selingkuh.

“Kondisi teman Kakak bagaimana?” Bunda berusaha mengalihkan fokus Ananda dari kata selingkuh.

Percakapan di atas hanya ilustrasi. Boleh jadi, dalam kenyataan, Bunda menghadapi kondisi lebih sulit. Karena Ananda begitu tertarik dengan kata “selingkuh” itu, sehingga bolak-balik mengulanginya.

Teruslah berkata dan bersikap positif, dengan menunjukan empati pada Ananda. Kenapa? Karena dalam tubuh kecilnya, isi kepalanya berkecamuk antara rasa ingin tahu dan kecemasan. Bila Bunda mengambil langkah negatif, seperti membentak dan mengatakan, “Gak usah ngomong begituan!”, boleh jadi Ananda menyimpan keresahannya sendiri.

  1. Beri dukungan

Bila Ananda merasa sedih, resah, bahkan curiga pada ayahnya; maka peluk Ananda dan katakan sebaiknya mereka memohon perlindungan pada Allah Swt agar jauh dari godaan setan.

  1. Ajak Ananda mengambil langkah positif

Agar Ananda menjadi pribadi solutif, ajak ia untuk memberikan hadiah bagi temannya. Bisa dengan memberi hadiah buku diari atau sketchbook agar temannya mencurahkan isi hati, dsb.

  1. Ajak sekolah melakukan pengawasan

Sampaikan pada guru atau wali kelas tentang perkembangan terkini. Diskusikan berbagai langkah terbaik untuk perkembangan psikis seluruh siswa, termasuk siswa yang orang tuanya mengalami perceraian. <>

 

Konsultan: Sinta Yudisia Wisudanti, M.Psi., Psikolog. 

(Pembina FLP dan  Ruang Pelita (Pendampingan Psikologi dan Literasi))

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos