Produktivitas Cinta Dalam Keluarga

Produktivitas Cinta Dalam Keluarga

Oleh Cahyadi Takariawan (Konsultan Keluarga dari JFC)

Apa makna produktif dan produktivitas dalam kehidupan kita? Secara umum kita memahami, produktif adalah pemanfaatan sumber daya yang berdaya guna dan berhasil guna. Apabila pada semua waktu yang kita miliki bisa memberikan kemanfaatan kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, itulah bentuk produktivitas waktu.

Sebagian orang menyempitkan makna produktivitas semata-mata dengan uang atau kemanfaatan praktis lainnya. Namun bagi orang beriman, tentu produktivitas tak bisa diukur hanya dengan uang, fasilitas, jasa atau pun barang. Bagi orang beriman, produkivitas itu multi dimensi. Terdiri dari unsur yang beragam. Tidak hanya konteks material, tetapi juga spiritual, emosional, serta sosial. Karena kebutuhan hidup manusia bukanlah dimensi tunggal.

Setelah menikah, suasana kehidupan menjadi sangat berubah. Ritme kehidupan serasa sangat berbeda. Sebagian suami ada yang tiba-tiba merasa banyak membuang waktu percuma, “hanya” untuk mengantar atau menjemput istri tercinta. Seorang istri bisa merasa melakukan “hal bodoh” yang tak pernah dilakukan sebelum menikah, hanya untuk duduk dan menemani suami makan siang. Hanya di rumah untuk menemani suami, tidak kemana-mana.

Seorang ibu rumah tangga bisa merasa banyak waktu terbuang sia-sia karena habis untuk mengurus dua anak kecil yang polah tingkahnya tak bisa dikendalikan. Pada kondisi seperti ini, banyak orang mulai mempertanyakan makna produktivitas. Suami mudah uring-uringan karena merasa harus melakukan hal-hal tidak penting dan tidak produktif. Istri mudah marah karena merasa tidak produktif lagi setelah menjadi istri dan memiliki anak. “Dulu bisa melakukan banyak hal, sekarang tidak bisa”, demikian keluhnya.

Mereka merasa sangat banyak membuang waktu tanpa aktivitas yang “penting” dan memberikan kemanfaatan. Berbeda dengan sebelum menikah. Berbeda pula dengan ukuran di tempat kerja. Benarkah demikian kondisinya?

Merawat Cinta

Sesungguhnya hidup berumah tangga memerlukan kesungguhan, perhatian, perawatan serta penjagaan. Ada cara dan seni tersendiri dalam merawat dan menjaga cinta kasih dalam kehidupan berumah tangga, yang tidak semuanya bercorak material.  Apabila suami dan istri tidak melakukan upaya perawatan dan penjagaan keharmonisan hidup berumah tangga, akan menyebabkan kelemahan sendi-sendi yang menyangga keutuhan keluarga. Tentu hal ini sangat berbahaya. Jika pondasi keluarga lemah, akan lemah pula bangunannya. Keluarga mudah goyah, cinta mudah layu bahkan punah.

Terkadang tindakan yang diperlukan untuk maksud itu sangatlah praktis dan terkesan tidak penting serta tidak produktif. Misalnya saja, jalan-jalan berdua, mengobrol berlama-lama, bercengkerama berdua, mengantar dan menjemput, menemani kegiatan, dan lain sebagainya. Itu semua terasa sebagai “wasting time” bagi sebagian kalangan yang terbiasa hidup terencana, serta terbiasa mengelola sumber daya secara efektif dan efisien. Sesungguhnya cara merawat cinta kasih dalam keluarga sangat berbeda dimensinya dengan mengejar target perusahaan atau organisasi profit lainnya.

Mencintai suami, menyayangi istri, menjaga keharmonisan keluarga, terkait dengan aspek perasaan, kejiwaan, juga pikiran yang sangat unik, sangat pelik. Namun pada saat yang sama juga simpel dan sederhana. Suami dan istri harus meluangkan waktu untuk selalu menyambung komunikasi setiap hari, tanpa perlu meributkan tema pembicaraan. Tidak perlu ada tema yang penting, tidak perlu ada agenda yang penting, tidak harus ada keperluan yang penting untuk mengobrol dengan pasangan. Karena definisi penting itu seringkali justru tidak penting.

Produktivitas Cinta

Kegiatan dalam keluarga, sangat banyak menyita waktu dan perhatian kita. Bisa jadi, melayani suami, membantu kerepotan istri, menemani makan malam, menemani jalan-jalan, memberikan hadiah, memberikan kejutan, adalah hal yang tampak tidak penting dan membuang banyak waktu, dibandingkan dengan sejumlah agenda penting lain di perusahaan atau lembaga tempat bekerja. Namun itulah produktivitas cinta dalam keluarga yang harus ada. Cinta akan layu jika tidak disemai dan dijaga dengan berbagai tindakan nyata.

Berbagai tindakan menyemai cinta bersama keluarga sesungguhnya menjadi penting dan amat produktif untuk mewujudkan kelekatan hubungan dengan pasangan. Itu semua adalah aktivitas yang produktif dalam membangun kebahagiaan dan keharmonisan keluarga. Jadi, bukan wasting time, bukan kesia-siaan, bukan “hal bodoh”, bukan pula pekerjaan tidak penting. Bayangkan jika suami istri tidak mau melakukan aktivitas untuk merawat cinta kasih, akan bisa menghancurkan kebahagiaan berumah tangga.

Mengurus anak yang sampai menguras banyak waktu, menemani anak bermain, mendampingi anak belajar, membersamai kegiatan anak, tampak sebagai hal yang membuang banyak waktu. Namun itu adalah aktivitas yang penting dan produktif untuk proses pendidikan anak. Agar mereka tumbuh berkembang menjadi anak saleh dan salihah. Itulah produktivitas cinta dalam keluarga. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Juni 2018>

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos