Pentingnya Menyiapkan Makanan yang Baik Bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani

Pentingnya Menyiapkan Makanan yang Baik Bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani

Oleh: Ustaz Fachruddin Lc (Pengasuh Ponpes Abi Ummi, Boyolali)

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (Q.S. An Nahl: 114)

Kilas Penjelasan

Di antara hikmah terjadinya musibah adalah agar kita semakin mendekatkan diri kita kepada Allah Ta’ala. Firman-Nya, ”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (Q.S. Al An’aam: 42)

Ayat yang kita kaji pada edisi ini memberikan salah satu piranti agar kita senantiasa kembali kepada Allah Ta’ala, serta berdoa dan beribadah kepada-Nya. Yaitu dengan memakan makanan yang halal dan baik serta mensyukuri nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita. Hal ini menuntut kesadaran dan peran yang benar dari kita agar makanan yang kita makan, tidak hanya sebagai penghilang lapar dan dahaga, tetapi juga sebagai asupan gizi yang menghasilkan kesehatan yang prima dan perlindungan dari wabah yang sedang melanda. Bahkan lebih dari itu, dapat  mengantarkan kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa beribadah kepada-Nya.

Menjaga Kehalalan Makanan

Di antara kewajiban keluarga muslim adalah menjaga kehalalan makanan yang dikonsumsinya. Hal ini dengan senantiasa saling mengingatkan agar semua anggota keluarga memiliki komitmen hanya mengonsumsi makanan yang halal. Oleh karena itu, setiap kali sang suami atau sang ayah hendak berangkat kerja, maka istri, ibu atau anak-anaknya berpesan agar ia mencari rezeki yang halal. Sebagian istri salafus shalih berkata kepada suaminya, “Wahai suamiku, bertakwalah kepada Allah dan janganlah engkau memberi makan kami dengan rezeki yang tidak halal.”

Di samping menjaga kehalalan sumber makanan, keluarga muslim juga berkewajiban menjaga kehalalan makanan dalam proses pengolahannya. Jangan sampai seorang ibu mencuri kayu bakar tetangga atau mengemplang gas elpiji di toko sebelah untuk memasak makanan. Jangan menggunakan bahan dan bumbu masak yang terbuat dari sesuatu yang haram ataupun syubhat.

Saat menyajikannya juga jangan sampai membuat sakit hati tetangga dengan membiarkan mereka mencium aroma masakannya, tetapi tidak dapat menikmati rasanya. Jangan sampai semua anggota keluarganya kekenyangan, sedang para tetangganya kelaparan. Jangan lupa mengingatkan seluruh anggota keluarga untuk menyebut nama Allah dan berdoa sebelum menyantap makanan, menerapkan adab-adab makan sesuai sunah Rasul Saw.

Menjadikan Makanan Enak dan Bergizi

Ketika menjelaskan makna “halalan thayyiban” sebagian ulama berkata, “Halal adalah sesuatu yang secara syar’i diizinkan untuk kita konsumsi. Sedang thayyib adalah sesuatu yang enak rasanya untuk kita konsumsi dan berguna bagi tubuh kita sebagai penyuplai energi, stamina, dan imunitas dari berbagai penyakit”. (lihat At Tahrir wat Tanwir/14/308)

Jadi, kita perlu belajar memasak atau membaca resep-resep masakan yang enak dan lezat sehingga dapat menyajikan makanan yang sedap dan mengundang selera untuk menyantapnya. Kita juga perlu belajar atau membaca seputar ilmu gizi sehingga dapat memberikan asupan gizi secara tepat dan proporsional. Kita juga perlu mengetahui potensi penyakit yang kita idap, mengontrol pola makan dan menjauhkan diri kita dari makanan yang menjadi pantangan. Kita juga harus berusaha menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang sangat membahayakan. Di antaranya adalah kebiasaan mengonsumsi zat-zat adiktif seperti rokok dan minuman keras, atau menggunakan bumbu penyedap kimiawi yang membahayakan organ-organ tubuh mereka.

Menghidupkan Nuansa Syukur

Dengan mengonsumsi makanan yang halal dan lezat, diharapkan kita dapat bersyukur kepada Allah Ta’ala. Senantiasa mengingat bahwa semua kenikmatan yang kita dapatkan tidak lain adalah anugerah dari Allah Ta’ala. Dan senantiasa membaca doa dan puji syukur setelah selesai menyantap makanan.

Jika kita termasuk tipe orang yang tidak pandai memasak, meski sudah belajar dan mencoba berbagai resep para koki terkenal, maka kita harus mencari pembantu atau tukang masak yang pandai memasak. Dengan begitu, kita dapat melakukan aktivitas lain yang berguna bagi keluarga. Teladan kita dalam hal ini adalah Asma’ binti Abu Bakar Ra. Di awal pernikahannya dengan Zubair bin Awwam, ia sama sekali tidak pandai memasak, lalu ia berguru dan meminta bantuan para tetangga dari kalangan Anshar untuk membuat roti dan menu lainnya. Sebagai kompensasinya, ia rela mengerjakan sebagian dari pekerjaan yang biasanya dilakukan para suami yaitu merawat kuda dan mengelola sawah ladang milik suaminya.

Kita juga perlu mengetahui referensi kuliner yang murah, enak, dan bersih, serta secara berkala mengajak keluarga untuk makan di luar untuk mengusir kebosanan terhadap rutinitas menu yang dikonsumsi. Semua itu bertujuan agar seluruh anggota keluarga senantiasa bersyukur kepada Allah atas semua nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita dengan meningkatkan ubudiyah kepada Allah Ta’ala. Wallahu a’lam bish shawaab. <>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos