Orang Tua Harus Kembali Kepada Fitrah Pengasuhan, Bagaimana Caranya?

Orang Tua Harus Kembali Kepada Fitrah Pengasuhan, Bagaimana Caranya?

SOLO, Hadila – Pakar parenting yang juga founder Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Benih, Robiah Al Adawiyah, mengajak para orang tua muslim untuk kembali kepada fitrah pengasuhan. Hal itu untuk menjaga fitrah anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang saleh.

Ustazah Vida, panggilan akrabnya, mengungkapkan anak adalah anugerah, amanah, juga ujian dari Allah Swt. Di era teknologi seperti sekarang, ancaman bagi anak-anak yaitu perasaan bosan, kesepian, marah, tertekan, dan kelelahan. Pengalihan dari ancaman itu, justru banyak anak dibiarkan bermain gadget, ngegame dan mengakses internet terlalu lama. Hal itu memunculkan masalah baru. Kenapa ada orang tua memberikan gadget ke anaknya biasanya karena mengikuti tren, tidak tahu bahayanya, mau memanjakan anak, dan terkadang gadget menjagi baby sitter digital. “Agar ibunya bisa menyelesaikan pekerjaan rumah, anaknya dikasih handphone,” ujarnya saat menjadi pembicara Seminar Hari Ibu bertema Menjadi Ibu Cerdas untuk Masa Depan Generasi Gemilang yang digelar Pimpinan Daerah Salimah Surakarta di aula Kantor Kelurahan, Kratonan, Solo, Ahad (23/12).

Oleh karena itu, Ustazah Vida mengajak para orang tua untuk kembali kepada fitrah pengasuhan. Fitrah pengasuhan yang pertama yaitu menjaga fitrah keimanan anak. Rasulullah bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, bersih, maka kedua ibu bapaknyalah yang akan menyebabkan anak ini menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Oleh karena itu, orang tua hendaknya menginstal anak agar cinta tauhid. Usia 0-6 tahun, anak dikuatkan tauhid rububiyahnya. Yaitu pemahaman bahwa Allah Swt itu pemelihara. Tanamkan konsep positif tentang Allah Swt. “Jangan sering sampaikan soal neraka dahulu. Tapi ajak anak melakukan ibadah agar disayang Allah Swt, karena cinta Rasulullah,” ugkapnya.

Anak usia 7-11 tahun, tanamkan tentang tauhid mulkiyah untuk mendisiplinkan anak. Usia 12 tahun ke atas, tanamkan tauhid uluhiyah, penguatan pemahaman bahwa Allah Swt sebagai yang disembah. “Insya Allah jika di masa kecil masalah tauhid ini benar-benar ditanamkan dengan baik oleh orang tua, ketika anak sudah besar, mereka sudah terbiasa melakukan ibadah, tanpa menunggu perintah,” jelasnya.

Fitrah pengasuhan kedua, lanjutnya, yaitu fitrah bermain. Menurutnya, anak-anak saat ini tak sekadar butuh mainan, tapi juga permainan. Artinya anak-anak butuh aktivitas bermain yang akan membuat mereka belajar banyak hal. Kalau sekadar diberi mainan, anak akan main sendiri. Kalau permainan, mereka akan bermain dengan temannya sehingga belajar bersosialisasi. Orang tua pun harus meluangkan waktu untuk bermain bersama anak. Ketika bersama anak, jangan sampai orang tau justru sibuk dengan gadgetnya masing-masing.

Fitrah pengasuhan ketiga, terangnya, fitrah belajar dan bernalar. Anak-anak biasanya memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Ketika anak-anak banyak tanya, orang tua jangan justru marah. Tapi berikan penjelasan sehingga rasa ingin tahu anak terpenuhi, daripada mereka bertanya kepada orang yang salah. “Terkadang yang terjadi, ketika anak banyak bertanya, orang tua justru sebel,” ujarnya.

Fitrah pengasuhan keempat, yaitu fitrah bakat. Orang tua harus menyadari bahwa setiap anak memiliki bakat tersendiri. Bakat adalah pola pikiran, perasaan, dan sifat alami dan bisa digunakan untuk produktivitas. “Bakat yang dimaksud bukan sekadar bisa menyanyi, baca puisi, dan bakat lainnya yang selama ini sering kita tahu. Namun juga bakat lainnya yang sebaiknya diketahui orang tua,” ujarnya.

Kelima, fitrah bersosialisasi. Anak harus dibiasakan bersosialisasi. Tugas orang tua bukan membuat anak steril dari dunia luar, tetapi menyiapkan anak agar memiliki imunitas yang kuat terhadap dunia luar. Jika anak daya imunnya kuat, mereka akan bisa membedakan mana yang baik dan buruk, sehingga tidak mudah terpengaruh.

Keenam, fitrah perkembangan. Ketika anak usia 0-6 tahun, dia harus dekat dengan ayah dan ibunya karena itu usia masa pemantapan gender. Usia 7-11 tahun, adalah masa penyiapan pra akil balig pertama. Pada usia itu, anak laki-laki harus dekat dengan ayahnya dan anak perempuan harus dekat dengan ibunya. Pada usia 12-15, adalah masa pra akil balig kedua, usahakan anak laki-laki dekat dengan ibunya dan anak perempuan dekat dengan ayahnya. Usia 15 tahun ke atas adalah masa akil balig sempurna. Ini merupakan fase penyiapan pernikahan dan keayahbundaan, juga fase kemandirian finansial.

Di akhir sesi, Ustazah Vida mengajak peserta untuk berkarier menjadi orang tua. Yaitu sebagai pengasih, pengasuh, pengasah, update perkembangan, tekun dan sabar, memiliki program, komunikatif dan bersinergi. <Eni Widiastuti>

 

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos