Optimisme Ringankan Derita Hidup

Optimisme Ringankan Derita Hidup

“Rasulullah Saw mengagumi sikap optimis yang baik dan membenci sikap pesimis.”

Matan hadis ini diriwayatkan oleh Baihaqi dari Abu Hurairah dan Hakim dari Aisyah. Hadis ini disahihkan Imam As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash Shaghir: 7101. Disahihkan pula oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam Shahihul Jami’: 4985.

Hadis ini menggambarkan dalam diri manusia terdapat berbagai sifat dasar yang saling berhadapan, di antaranya sifat optimis dan pesimis. Keduanya harus dikelola dengan baik sehingga mengantarkan kita kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Secara umum sifat optimis akan mendatangkan berbagai kebaikan, karena Rasulullah Saw mengagumi sifat optimis. Sedangkan sifat pesimis banyak mendatangkan keburukan, karenanya beliau tidak menyukainya.

Rasulullah Saw mengagumi sikap optimis karena dapat mengundang hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi seorang muslim di dunia dan di akhirat. Rasulullah Saw juga membenci sikap pesimis hal ini dikarenakan;

Pertama, sikap optimis menjadikan seorang muslim mampu bertahan dalam kondisi sulit. Karenanya sikap optimis inilah yang membuat para sahabat mampu bertahan setelah mengalami kekalahan dalam perang Uhud dan merealisasikan kemenangan yang besar dalam perang-perang selanjutnya.

Kedua, menjadikannya tetap semangat dalam berkarya dan beramal. Sedangkan sikap pesimis akan membuat seorang muslim tidak lagi bersemangat untuk berkarya dan beramal. Dia lebih senang larut dalam kekecewaan, kesedihan, dan kepanikan. Sedangkan optimis akan terus mendorongnya untuk terus berkarya dan beramal, sehingga dia dapat merealisasikan apa yang dicita-citakannya.

Ketiga, membuat seorang muslim melakukan amal kebaikan secara optimal. Orang yang pesimis kadang berusaha untuk meraih apa yang dicita-citakannya, tetapi upaya yang dilakukannya seringkali hanya setengah hati dan tidak optimal sehingga tidak mampu mengantarkannya pada keberhasilan.

Keempat, mendorong seorang muslim mampu mengambil pelajaran dan keteladanan dari apa dan siapa pun yang layak dijadikan teladan.

Kelima, mendorong seorang muslim tetap memberikan kontribusi kepada orang lain. Pesimis seringkali mendorong seseorang bersikap kikir dan tidak mau memberikan kontribusi positif kepada orang lain. Sedangkan orang yang optimis akan tetap memberikan kontribusi positif kepada orang lain yang membutuhkan bantuannya.

Keenam, mendorong seorang muslim untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Setiap muslim hendaknya berusaha menumbuhkan sikap optimis dan mengikis habis sikap pesimis dengan menempuh langkah-langkah berikut;

Pertama, menyadari bahwa kita memiliki berbagai potensi keunggulan. Potensi keunggulan yang jika kita daya gunakan dengan baik, niscaya kita mampu mengatasi berbagai kesulitan dan rintangan yang menghadang. Bahkan kita bisa menjadi pemenang. Untuk menggali potensi keunggulan ini kita bisa membangun hubungan dengan orang yang memiliki optimism baik, mengubah kebiasaan intelektual dengan membaca buku, dan menjaga komitmen keagamaan.

Kedua, menyadari bahwa Allah Swt tidak memberikan ujian kepada hambaNya di luar batas kemampuannya. Kesadaran ini hendaknya diiringi dengan sikap-sikap positif seperti; memosisikan diri sebagai pemecah masalah dan mencari mutiara kebaikan dalam situasi yang paling buruk.

Ketiga, mengundang dukungan dan kekuatan Rabbani untuk mengatasi berbagai tantangan hidup yang sangat berat. Di samping  menggali potensi keunggulan yang terpendam, seorang mukmin hendaknya mencari dukungan dan kekuatan dari Allah Swt. Seorang penyair berkata, “Seandainya bukan karena pertolongan Allah kepada seorang pemuda, niscaya yang pertama kali mencelakakannya adalah jerih payahnya.” Beberapa langkah yang mengundang dukungan dan pertolongan dari Allah Swt seperti; berdoa kepada Allah Swt, melakukan amal ketaatan dan menghindarkan diri dari kemaksiatan; karena amal ketaatan akan menghadirkan kekuatan Rabbani, sebagaimana kemaksiatan akan menghilangkannya. Berbuat kebaikan kepada sesama kaum muslimin. Semakin banyak kita menolong orang lain, maka semakin banyak pula pertolongan dan dukungan yang akan kita dapatkan dari Allah Swt.

Itulah pemaparan mengenai perlunya sikap optimis saat kita menghadapi berbagai ujian hidup yang sangat berat. Dengan sikap optimis ini, ujian yang berat akan terasa sangat ringan dan menghadirkan beribu-ribu kebaikan serta masih memberikan ruang kepada kita untuk membangun impian dan harapan.

[Penulis: Fakhruddin Nursyam, Lc. Dosen Ma’had Abu Bakar UMS. Dimuat di Majalah Hadila Edisi Desember 2015]

Taufik
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos