Menjadi Pemimpin yang Melayani

Menjadi Pemimpin yang Melayani

Hadila.co.id — Dalam buku Belajar Dari Dua Umar, saya menemukan kisah yang menggetarkan hati. Suatu hari, Amirul Mukminin menerima kiriman habish—jenis makanan paling enak di Azerbaijan, yang dikirim gubernur. Merasakan nikmatnya makanan itu, Umar bertanya pada utusan gubernur, apakah semua rakyat di sana memakan makanan seperti itu.

“Tidak, tidak semua bisa menikmatinya,” jawab utusan itu.

Wajah sang khalifah langsung memerah. Dia segera memerintahkan utusan itu untuk membawa kembali habish ke negerinya. Kepada gubernur, dia menulis surat, “…Makanan semanis dan selezat ini bukan dibuat dari uang ayah dan ibumu. Kenyangkan perut rakyatmu dengan makanan ini sebelum engkau mengenyangkan perutmu.”

Umar bin Khattab telah memberikan pelajaran teramat berarti. Pemimpin harus memikirkan rakyat sebelum dirinya sendiri. Dalam kesempatan lain Umar pernah menyatakan, “Saya orang pertama yang merasakan lapar kalau rakyat kelaparan dan orang terakhir yang merasakan kenyang kalau mereka kenyang.”

Pemimpin adalah pelayan umat. Pejabat adalah pelayan masyarakat. Penjual adalah pelayan pelanggan. Ini telah menjadi kesepakatan tak tertulis dalam setiap sisi kehidupan. Dalam satu masa, pemahaman ini mengalami distorsi. Bahkan tidak jarang pemimpin yang minta dilayani.

Seandainya ada pemimpin seperti Umar bin Khattab yang rela berkeliling melakukan pengawasan langsung terhadap keadaan rakyatnya. Tentu jiwa pelayanan kepentingan umat akan menjadi prioritas utama.

Kesadaran melayani orang lain adalah praktik yang telah dilakukan sejak dulu. Bahkan telah dicontohkan para nabi. Melayani dengan ketulusan, membantu orang dalam menyelesaikan masalah merupakan praktik melayani yang memiliki kemuliaan.

Menjadi birokrat atau pegawai di instansi atau dinas apapun, adalah profesi melayani kebutuhan pelanggan, dan rakyat adalah pelanggannya. Bekal utamanya adalah menanamkan sikap helpfull terhadap keluhan pelanggan. Perusahaan yang tidak mau melayani akan ditinggal oleh konsumennya. Karena itu, hampir semua perusahaan memiliki jargon pelayanan terbaik bagi pelanggannya.

Melayani kebutuhan pelanggan berarti membantunya menemukan kemudahan dan manfaat dari produk atau jasa yang dibeli. Jiwa melayani akan menumbuhkan empati, melembutkan hati, dan mengajarkan keterbukaan. Namun, yang paling penting dari itu semua adalah tumbuhnya kebahagiaan dan kepuasan batin ketika dengan bantuan kita orang lain senang dengan apa yang didapatkan.<>

Sumber: diolah dari akun facebook Jumadi Subur.

Redaksi
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos