Hadila.co.id — Menanti buah hati, memerlukan kesabaran, pantang menyerah, ikhlas, doa, sedekah, dan yakin akan diberi oleh Allah Swt. Hal inilah yang menjadi inti perbincangan Hadila dengan Ibu Triwi dan Bp Almahmudi Zaelani, Sepasang suami istri yang mendapatkan buah hati setelah menanti selama 10 tahun.
Setiap orang yang telah menikah tentu memiliki harapan untuk memiliki momongan. Namun karena belum diberi, sambil menunggu, apa yang Bapak-Ibu lakukan untuk mendapatkannya?
Setiap keluarga itu pasti ingin punya anak sebagai obat lelahnya. Keluarga kalau tidak ada anak rasanya kok belum hidup. Makanya, sejak menikah di tahun 2004 silam, kami selalu berusaha melakukan banyak hal untuk bisa segera mendapatkan momongan. Kami mengikuti semua saran dari keluarga, sahabat, dan tetangga yang sesuai syari dan dapat diterima oleh ilmu medis, seperti; terapi, pijat, obat, dan ke dokter. Dan dari semua hal itu, kami dinyatakan normal dan hanya kelelahan saja, jadi kami disarankan untuk mengurangi aktivitas. Saat itu aktivitas saya dan suami memang padat, sebagai ibu rumah tangga, guru kelas, staf wakil kepala sekolah, dan juga kuliah. Pun dengan suami.
Apakah Ibu dan Bapak tidak ingin mengangkat anak selama proses menunggu?
Kami sempat ingin mengangkat anak, tetapi karena suatu hal dan mungkin juga karena belum di izinkan Allah Swt akhirnya nggak bisa-bisa. Saya sempat ke panti Asuhan untuk mengadopsi anak, tetapi karena usia saya masih muda jadi belum bisa. Lalu saya mencoba mengadopsi dari rumah sakit, dan ternyata di rumah sakit juga sudah banyak yang mengantri.
Wali murid suami saya juga ada yang memiliki banyak anak dan ingin di adopsikan, tetapi saat kami mau mengadopsi ternyata sudah diadopsi saudaranya. Terakhir kami ingin mengadopsi anak asisten rumah tangga kakak saya yang memiliki banyak anak, tetapi tidak diizinkan suaminya.
Karena itulah, kami putuskan selama saya (istri) belum manopouse, kami tak ingin mengangkat anak. Dan kami akan terus berusaha sampai titik itu (manopouse). Baru ketika nanti sudah manopouse, kami akan mengangkat anak.
Apakah ada tanggapan dari keluarga Ibu dan Bapak, kemudian tetangga dan teman terkait ini?
Ada. Jika keluarga, mereka lebih mengarahkan dan memberikan saran pada kami. Mereka tidak ada yang berani bertanya karena menjaga perasaan kami berdua.
Jika teman dan tetangga, saat kumpul mereka bertanya “Anakmu mana?” maka kami hanya jawab, “Belum. Nanti pasti dikasih Allah, kok. Doakan saja.” Kata-kata itulah yang menjadi penguat kami. Selain itu, kami harapkan semakin banyak doa akan semakin baik. Makanya, kalau ada yang tanya selalu kami minta doanya. Kami selalu yakin Allah Swt akan memberi kepada hambanya yang meminta, cepat atau lambat.
Pernahkah Ibu mengalami down ketika berusaha?
Pernah, tetapi hanya sekilas saja. Saya sempat putus asa, tetapi saat itu suami terus memotivasi dan meyakinkan saya bahwa Allah Swt akan memberikan momongan pada kami.Allah Swt masih ingin melihat usaha kami dan menganggap kami belum pantas mendapatkan amanah itu. Baru setelah itu saya bangkit dan berusaha lagi. Ketika semangat saya bangkit lagi, kami kemudian mengikuti program kembali.
“Ibu, bapak, apapun obatnya, semahal apa pun dia, tetapi kalau tidak dari dalam kemauan ibu dan bapak sendiri tidak akan bisa. Semua pikiran diselehke, di bawa santai saja dan serahkan sama Allah. Insha Allah nanti akan diberi kemudahan sama Allah,” begitulah nasihat dokter untuk program saya.
Mengikuti saran dokter tersebut, kami mulai mengurangi beberapa aktivitas. Kemudian, kami yang awalnya sangat menginginkan anak, semenjak saat itu tetap berusaha, tetapi lebih ikhlas dan memasrahkan hasil usaha kami pada Allah Swt.
Dan Alhamdulillah, setelah 3 bulan mengikuti program, saya dinyatakan hamil. Meski dokter juga mengatakan kandungan saya sangat lemah dan harus di berikan obat penguat kandungan selama tiga bulan.
“Jika bisa diselamatkan, ya memang rejeki Ibu. Tetapi jika memang tidak bisa, berarti bukan rejeki Ibu,” ungkap dokternya.
Bagaimana perasaan Ibu setelah tahu bahwa Ibu hamil?
Senangnya luar biasa. Senangnya itu sampai sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Saya dan suami sampai nangis berdua mengetahui kehamilan ini. Betapa tidak, setelah selama sepuluh tahun kami menanti dan berusaha, akhirnya Allah Swt memberikan kami amanah yang luar biasa berupa anak.
Memang benar, usaha, doa, ikhlas, dan yakin pada Allah Swt adalah kuncinya. Dan selain itu tidak lupa sedekah, saya dan suami memang senang bersedekah sejak awal menikah. Karena selain melegakan hati, sedekah juga akan mendatangkan rezeki yang berlipat. Seperti kami yang mendapatkan rezeki yang sangat besar berupa kehadiran anak.<>
Penulis: Rahmawati Eki, Hadila Edisi Agustus 2015, Menanti Buah Hati.