Hadila.co.id — Agus marah. Durian yang baru dibelinya tidak sebagus yang diharapkan. Sambil ngomel Agus menyesal membeli durian di Pasar Doro. Padahal pedagangnya bilang ini kualitas terbaik. Melihat hal tersebut, Antin, teman kerja Agus, berkata, “Makanya kalo beli durian di Jalan Nusantara aja, dekat simpang. Bapaknya yang jual baik banget.”
Antin menceritakan pengalamannya di tempat yang dimaksud. Penjualnya mengatakan kualitas barang dengan sebenarnya. Jika bagus, dia bilang bagus. Jika memang tidak bagus, juga dia katakan kepada calon pembelinya letak cacatnya. Cerita itu tersebar sehingga pelanggannya bertambah. Hampir semua orang di Pekalongan tahu tempat bapak penjual durian yang jujur itu. Dekat Masjid Baitul Karim, tempat dia salat setiap waktunya tiba.
Seorang anak terlihat serius menyemir sepatu di ruang tunggu terminal Pekalongan. Setelah selesai, sepatu dikembalikan kepada pemiliknya. Lelaki pemilik sepatu menyodorkan uang Rp. 2.000 sambil mengucapkan terima kasih. Namun lelaki itu kaget ketika sang anak mengembalikan uangnya, “Kebanyakan Om, ongkosnya seribu saja.” Dug! Lelaki muda ini terhenyak. “It-just-does-not-compute-with-my-logic!” Orang seperti dia masih berani menolak uang yang bukan haknya.
Kejujuran, sebuah nilai yang agung dan terbukti menjadi kunci segala keberhasilan. Dalam buku The Corporate Mystic, Gay Hendricks dan Kate Ludeman memasukkan Kejujuran sebagai poin pertama dari 12 ciri pemimpin.
AA Gym sering menyinggung dalam setiap ceramahnya tentang menjadi orang terpercaya sebagai modal utama dalam bisnis. Ippho Santosa, marketer muda Batam memasukkan Be Credible sebagai poin pertama dalam Eternity Marketing-nya. Hermawan Kertajaya memasukkan Guard Your Name, Be Clear, and Who Your Are dalam “The 10 Credos of Compassionate Marketing”-nya.
Semuanya mencontoh pada kesuksesan Nabi Muhammad dalam berdakwah dan berbisnis dengan modal kejujuran hingga digelari Al Amin. Seorang marketer yang jujur akan mendapatkan keuntungan ganda, meraih pelanggan, produknya terjual dan meraih kepercayaan orang lain. Jika ada pepatah, ”Jual lah diri sebelum menjual produk,” itu memang benar adanya. Sebaliknya seorang marketer tanpa memiliki kejujuran akan ditinggalkan oleh pelanggannya. Kredibilitas pribadinya pun akan hancur.
Dalam agama, seorang marketer yang jujur dan terpercaya akan mendapatkan limpahan karunia dan berkah dari-Nya. Bahkan pedagang yang jujur mendapatkan kemuliaan yang setara dengan para syuhada. Jadi, bersikaplah Jujur!
[Oleh: Jumadi Subur | Motivator dan Trainer]