Istri Enggan Punya Anak Lagi, Suami harus Bagaimana?

Istri Enggan Punya Anak Lagi, Suami harus Bagaimana?

Hadila – Asalamualaikum, Ustazah. Saya seorang suami yang sudah menikah 10 tahun, anak saya 1 usia 9 tahun. Dulu, saya dan istri sepakat kalau mau punya anak lagi setelah anak pertama minimal usia 5 tahun. Namun, saat anak sudah 5 tahun, istri berubah pikiran, dan tidak mau punya anak lagi. Saya tanya alasannya, jawabannya tidak jelas. Cuma bilang pokoknya nggak mau, sudah cukup 1 saja. Sampai sekarang anak saya sudah 9 tahun, kami belum punya anak lagi karena istri tidak bersedia, sementara saya sangat ingin punya anak lagi. Bagaimana saya harus bersikap, Us? (Catatan: istri tetap bersedia berhubungan, tetapi dia KB). [Hamba Allah, Bekasi]

 

Konsultan: Ustazah Widayati Lestari (Psikolog dan Konsultan Keluarga)

Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Ketika seseorang memutuskan berumah tangga, artinya siap untuk menghadapi berbagai perbedaan di antara suami maupun istri. Salah satu yang sangat memungkinkan terjadi perbedaan pada suami-istri adalah tentang perencaanaan anak. Kadang ada suami yang sudah sangat ingin menambah anak, sementara istri belum ingin punya anak lagi. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan suami ketika hal tersebut terjadi, di antaranya:

  1. Komunikasi dari Hati ke Hati

Hal ini penting agar kita bisa memahami alasan istri menolak memiliki anak. Apakah karena kekhawatiran, misalnya khawatir kesulitan yang bantu jaga anak jika sang ibu bekerja, trauma rasa sakit, tidak mau repot, ataupun kekahawatiran lain seperti ingin fokus mengurus anak pertama atau kecemasan tentang kondisi ekonomi yang merasa belum terpenuhi.

Dengan mengetahui alasan sang istri, maka suami akan lebih bijak dalam memutuskan langkah berikutnya dan bisa memberikan solusi yang tepat. Usahakan juga saat berkomunikasi pilih waktu yang tepat, seperti saat makan di luar bersama istri, suasana santai juga diiringi dengan kata-kata lembut tanpa emosi, karena kondisi psikologis istri salah satunya tergantung dengan bagaimana cara suami memperlakukannya.

  1. Evaluasi Diri

Maksudnya adalah bagaimana sikap kita selama ini ketika anak masih kecil. Apakah sebagai suami, Anda sudah berusaha membantu merawat anak bergantian dengan istri. Hal ini penting, karena tidak sedikit suami yang ketika istrinya melahirkan dibiarkan merawat dan mendidik anak sendirian, yang membuat istri merasa kelelahan. Apalagi jika istri juga berperan ganda, yakni sebagai ibu bekerja dan ibu rumah tangga.

Usahakan ini menjadi topik yang yang kita evaluasi dan sampaikan kepada istri untuk siap membantu, ataupun menyediakan asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumah jika memang diperlukan.

Selain itu, juga kesiapan dari sisi ekonomi. Rezeki memang mutlak di tangan Allah, dan sebagai seorang muslim, kekhawatiran terhadap rezeki tidak perlu ada. Namun, merencanakan apakah perlu menambah usaha jika penghasilan masih belum memenuhi, itu menjadi salah satu hal yang perlu dibicarakan bersama istri, agar istri merasa bahwa kesiapan Anda sebagai suami untuk menambah anak memang sudah matang.

Berbagai faktor tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mental istri, karena bagaimana pun harapannya tidak sekadar menambah anak, tetapi melahirkan anak-anak yang berkualitas, baik fisik, psikologis, maupun secara agama. Itu membutuhkan ibu yang juga sehat secara mental, fisik, dan agama.

  1. Pertimbangkan Usia

Jika usia istri masih di bawah 40 tahun, perlu juga dijelaskan pada istri karena usia masih produktif dan sehat, sehingga masih bagus untuk usia kehamilan. Jika sudah di atas 40 tahun, perlu untuk mengecek berbagai kesiapan agar anaknya menjadi generasi yang sehat dan kuat.

  1. Bersabar dan Berdoa

Bagaimana pun kesabaran menghadapi perbedaan dengan pasangan akan membantu menguatkan ikatan pernikahan, sebagaimana dalam Surah An Nisa ayat 19, “…Jika kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.”

Berumah tangga adalah sarana mendapatkan pahala serta berharap sakinah, mawadah, wa rahmah, maka kesabaran dan doa menjadi kunci utama dalam menyelesaikan berbagai masalah pernikahan. Tetaplah bersabar dan bersikap baik terhadap istri, serta memohon pada Allah agar diberi jalan terbaik. Insyaallah, saat kita melibatkan Allah dalam urusan apa pun, Allah akan selalu membersamai kita dan menunjukan langkah-langkah serta jalan keluar terbaik. <Dimuat di majalah Hadila edisi Oktober 2023>

 

 

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos