Hati-hati Posting di Media Sosial

Hati-hati Posting di Media Sosial

SUKOHARJO – Untuk meraih masa depan yang cerah, pemuda harus berani melakukan suatu gebrakan. Mereka harus menjadi agent of change sebagaimana yang kerap digembar-gemborkan.

Di era milenial seperti sekarang ini, perubahan dapat diwujudkan dengan karya-karya inovatif yang mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan.

Terkait hal ini, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)–dalam rangka Kongres PWI XXIV Road to Campus, bersama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Seminar Nasional dengan tema Yang Muda yang Berkarya; Generasi Milenial Optimis Menatap Perubahan di Auditorium UMS, Kamis (27/9).

“Kami menyelenggarakan acara ini di kampus agar para sivitas akademika yang merupakan calon pemimpin di masa depan dapat merasakan adanya kegiatan Kongres PWI yang akan dibuka besok (28/9),” ujar Hendry Chairudin Bangun, Sekjen PWI Pusat dalam sambutannya.

Selanjutnya, dalam sambutan yang lain, Rektor UMS, Dr. Sofyan Anif, M.Si., menyampaikan bahwa perubahan masa depan dapat dilakukan dengan mempersiapkan guru-guru terbaik. Namun, di samping itu, ia juga menyebut bahwa wartawan juga memiliki peran serupa untuk perubahan. “Inilah yang membuat saya senang bisa bertemu dengan teman-teman PWI, dan PWI menyelenggarakan acara di sini, sehingga mahasiswa bisa banyak belajar dan termotivasi,” tuturnya.

Dalam kegiatan ini, hadir empat narasumber sebagai pembicara. Yaitu Meidyatama Suryodiningrat, Direktur Utama Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara; Fikar R Mohammad, CEO ceknricek.com; Agung Yudha dari Twitter Indonesia;  Agus Sudibyo, Direktur Media Watch; dan dipandu Pemimpin Redaksi Harian Umum Solopos, Suwarmin, sebagai moderator.

Zaman sekarang, seseorang tidak harus menjadi orang terkenal, tetapi sudah bisa menjadi narasumber. Demikian pendapat Agung Yudha dari Twitter Indonesia. Hal itu cukup dilakukan dengan menulis (memposting) sesuatu di media sosial (medsos). “Kalau kebetulan apa yang ditulis itu bagus, cocok untuk quote tulisan di media, bisa diambil,” terangnya.

Oleh sebab itu, Agung menambahkan agar kita selalu memikirkan terlebih dahulu sebelum memposting sesuatu di medsos. “Apa yang kita posting, kita tweet, di medsos itu akan menjadi CV kita. Teman-teman harus tahu, kalau para HRD itu banyak yang memantau medsos.”

Jadi, lanjutnya, jadikan medsos sebagai media untuk promosi diri dengan menampilkan profil diri yang baik/positif, sehingga kelak tidak akan ada penyesalan akibat postingan di medsos. “Kesannya memang remeh, tetapi ini benar-benar memberi dampak yang nyata,” tandasnya.

Sementara itu, Fikar R. Mohammad, CEO ceknricek.com mengingatkan untuk jangan pernah bangun tidur jika hanya ingin mencari uang, jangan bangun tidur jika hanya ingin melakukan pencitraan diri, tetapi bangunlah hanya jika kita bangun, dunia akan berubah menjadi lebih baik, bangunlah untuk memberi manfaat.

“Kalau kita hidup hanya untuk uang dan pencitraan diri, sama saja kita hidup untuk menunggu waktu mati. Kita punya banyak uang, kita punya citra diri baik, tapi tidak bermanfaat bagi orang lain, thats not success. You lost,” jelasnya.

Fikar mengaku bahwa dirinya tidak terlalu suka mengekspos success story. Ia lebih suka bekerja secara senyap, tetapi mampu memberikan manfaat bagi banyak orang. “So, ketika kita bekerja, jangan pernah bekerja untuk uang atau citra diri, thats nothing. Benar, kamu akan capek sendiri. Tetapi bekerjalah untuk memberikan manfaat pada banyak orang.”

Acara berlanjut dengan pembahasan aspek jurnalistik yang disampaikan Meidyatama Suryodiningrat, Direktur Utama LKBN Antara. Ia mengungkapkan beberapa hal yang kerap melatarbelakangi seseorang ingin menjadi wartawan; pertama, senang menulis. Kedua, aktivis ketika di kampus, dan ketiga, memang butuh pekerjaan.

Selanjutnya, ia menceritakan beberapa hal terkait sistem kerja seorang wartawan.

Terakhir, pemaparan disampaikan Agus Sudibyo, Direktur Media Watch. Ia menyampaikan beberapa hal soal fenomena evolusi ekologi media. “Saat ini hampir setiap orang punya smartphone, bahkan menurut riset, jumlah smartphone di Indonesia jauh lebih banyak daripada jumlah penduduknya,” terang Agus.

Dari sini, ia menambahkan bahwa kita harus memiliki skill penggunaan media digital dengan baik. Sehingga apa pun yang kita lakukan dengan smartphone, akan selalu memberi dampak positif bagi diri kita.

Secara umum acara yang dihadiri oleh mahasiswa, beberapa pemimpin redaksi media, dan wartawan ini berlangsung lancar. <Hadila/Ibnu Majah>

Redaksi
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos