Derajat Manusia di Hadapan Allah Swt

Derajat Manusia di Hadapan Allah Swt

Oleh : Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Hadila.co.id – Salah satu upaya setan untuk menyesatkan manusia adalah dengan membisikkan kalimat-kalimat indah, tetapi menipu. Seolah itu benar, padahal isinya kesesatan. Itulah kalimat-kalimat racun, yang sedang diperjuangkan liberal untuk merusak akidah kaum muslimin.

“Demikianlah Kami jadikan musuh bagi setiap nabi, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, mereka saling membisikkan kepada yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Q.S. Al-An’am (6): 112)

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt. “Allah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan.” (Q.S. As-Shaffat (37): 96)

Namun manusia tidak sama derajatnya di hadapan Allah. Bahkan salah satu yang sangat banyak dibahas dalam Alquran adalah membedakan antara penduduk surga dan penduduk neraka. “Tidaklah sama penghuni neraka dengan penghuni jannah; penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Hasyr: 20)

Manusia yang baik dan yang buruk jelas beda. “Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu.” (Q.S. Al-Maidah (5): 100)

Allah sebut orang mukmin dengan khoirul bariyah (makhluk terbaik) dan Allah sebut orang kafir dengan syarrul bariyyah (makhluk terjelek). “Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (Q.S. Al-Bayyinah (98): 6 – 7)

Bahkan Allah membedakan antara orang berilmu dan orang yang tidak berilmu. “Sampaikan, tidaklah sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui.” (Q.S. Az-Zumar (39): 9).

Tidak semua pembenaran layak dianggap meremehkan orang lain atau tidak menerima pendapat orang lain. Kita semua yakin 2 x 3 = 6. Ketika ada anak kelas 1 SD yang memberikan jawaban salah, kemudian guru meluruskan, tentu saja bukan berarti guru meremehkan anak itu atau tidak menerima pendapatnya.

Allah memberikan kita akal untuk menimbang setiap informasi yang kita terima. Sehingga manusia bisa mencapai derajat kebenaran mutlak. 3 + 1 = 4, itu kebenaran mutlak berdasarkan logika dasar manusia.

Demikian pula ini berlaku dalam masalah agama. Setiap Muslim wajib merasa benar dengan agama dan keyakinan yang dia miliki. Karena membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, itu bukti iman. Allah memuji orang mukmin yang tidak ragu dengan kebenaran imannya,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Hujurat (49): 15)

Allah memuji orang mukmin yang membenarkan Alquran. “Orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.” (Q.S. Muhammad (47): 2)

Sebaliknya, Allah memerintahkan kita untuk memerangi orang yang menyimpang dari ajaran Islam, “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah (upeti) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. at-Taubah: 29)

Ketika ada seorang mengaku mukmin, tetapi dia masih meragukan kebenaran rukun iman, meragukan kebenaran Alquran dan hadis shahih, menganggap itu bukan kebenaran mutlak, maka dia belum mukmin. Allahu a’lam. <Majalah Hadila Edisi Februari 2019>

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos