SOLO – Assalamualaikum. Saya seorang anak. Setiap kali di rumah, saya selalu mendengar obrolan kedua orang tua saya yang membicarakan kejelekan orang lain (tetangga dan rekan-rekan). Apakah itu termasuk bergibah? Lantas, bagaimana sebaiknya saya bersikap, perlukah mengingatkan kedua orang tua, dan bagaimana caranya? (08570934xxxx)
Jawaban Konsultan Keluarga asal Solo, Farida Nur’aini
Waalaikumsalam Wr. Wb. Saudaraku yang baik, sudah menjadi kewajiban kita sebagai muslim, apabila melihat kemungkaran kita harus berupaya merubahnya. Dengan segala apa yang kita punya. Sebagaimana hadis dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim)
Posisi sebagai anak tentu bukan pada pemegang tangan atau kekuasaan. Hal ini akan mudah dilakukan oleh para pejabat atau orang yang mempunyai kedudukan untuk memberikan aturan bagi bawahannya. Baik aturan menyuruh atau melarang berbuat sesuatu. Jika kondisi memungkinkan, misalnya orang tua akan mengikuti pengajian dan Anda sebagai panitia maka setting acara sehingga materi kajian menjelaskan tentang gibah.
Selanjutnya posisi sebagai anak yang lebih tepat adalah pada level kedua yaitu dengan lisan. Maka upayakan untuk mengingatkan orang tua agar tidak menggunjing atau menggibah tetangga. Caranya bagaimana? Tentu bukan seperti orang tua menasihati anak. Bisa secara langsung atau tidak langsung. Cara langsung, sampaikan dengan bahasa yang sopan untuk mengalihkan pembicaraan. Misalnya, dekati ibu kemudian pegang tangannya. “Bu, sayurnya tadi kok enak sih. Dikasih bumbu apa?” atau tema lain sesuai kondisi saat itu. Jika dengan dialihkan orang tua tetap melakukan gibah, lakukan jurus kedua. Sampaikan dengan sopan, “Ibukku sayang, urusan orang ya macem-macem. Kita doain aja ya, Bu, Semoga Bu X segera ada kemajuan.”
Bisa jadi walau sudah diingatkan, orang tua tetap saja melakukan. Maka bersabarlah. Usahakan dengan telaten dan natural.
Disamping usaha tersebut, jangan lupa doakan orang tua. Hati itu milik Allah. Maka mintalah kepada Allah untuk melembutkan hati orang tua sehingga bisa lebih menerima kekurangan orang lain. Demikian. Semoga bermanfaat. Tetap sabar ya. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi April 2018>