Cara Mengetahui Potensi Anak

Cara Mengetahui Potensi Anak

Hadila – Mengetahui potensi anak sejak dini merupakan tugas setiap orang tua. Ini diperlukan agar kita bisa mengarahkan anak-anak secara tepat. Lalu, bagaimana cara mengetahui potensi setiap anak yang berbeda-beda? Hadila telah berbincang dengan coach Ahmad S. Ahid, M.Psi., Career Strategist and Talents Mapping Practitioner dari BENSMA Training and Consulting Surakarta. Berikut ulasannya!

Bagaimana cara mengetahui potensi anak?

Paling mudah, kita melakukan pengamatan. Bahasa psikologinya, mengobservasi, memantau, melihat. Apa yang diobservasi? Yang diobservasi itu perilaku anak.

Dalam pengamatan ini, agar fokus, maka yang diamati adalah sesuatu yang berulang-ulang dan alami. Misal anak suka mengajari adiknya. Bisa jadi itu adalah bakat atau potensinya, sehingga orang tua diharapkan memiliki kepekaan memahami perilaku anak yang terjadi berulang-ulang dan alami.

Pengamatan ini bisa dilakukan ketika anak umur berapa?

Ketika anak sudah bereaksi sosial. Jadi, tidak ada batasan umur. Sedini mungkin sudah bisa diamati. Namun, jangan terburu-buru menjustifikasi, “Anak pasti bakatnya ini,” sebab perkembangan anak kan panjang, stimulasi dari luar juga bisa berubah-ubah atau berbeda-beda.

Contoh begini, ketika di rumah tidak mendapat kesempatan melatih kepemimpinan karena tidak ada stimulasi. Namun, setelah dimasukkan ke sekolah, ternyata dia mendapat kesempatan itu. Maka, muncullah bakatnya untuk mengatur orang, dan sebagainya.

Setelah tahu potensi anak, apa yang harus dilakukan?

Melakukan pendampingan dan memfasilitasi. Mengapa demikian? Misalnya begini, ada anak yang senang mengajari orang. Senang mengajari itu kan sebuah sifat. Sifat ini harus dikonversi menjadi aktivitas. Apa aktivitasnya? Ya dia teaching, mengajar. Misal, diberi kesempatan untuk mengajari adiknya.

Nah, ketika si anak beraktivitas membimbing adiknya, orang tua mengamati lagi, bagaimana ekspresi dia. Untuk memastikan aktivitas tadi potensi dia/bukan, kita memerlukan ukuran yang namanya 4E.

(1) Enjoy. Dia enjoy nggak dalam proses itu. (2) Easy, mudah. Maksudnya, aktivitas itu mudah ia lakukan, tidak kesulitan meskipun ada sesuatu yang baru. (3) Excellent. Hasilnya bagus, ada dampaknya. (4) Earn, menghasilkan sesuatu. Keempat hal ini menjadi ukuran bagi orang tua untuk proses pengamatan perilaku anak yang tadi diprasangkai sebagai potensinya.

Kalau orang tua mengarahkan agar anak suka terhadap suatu hal, boleh, tidak?

Mengarahkan dalam batasan anak itu punya potensi, boleh-boleh saja. Nanti anak yang merasakan, dia akan memberi respons. Contohnya, orang tua pengin anaknya jadi dokter, kebetulan orang tua tersebut adalah dokter, lalu diajaklah anak untuk melihat praktik dokter.

Ini bukan dalam rangka mengarahkan agar anak jadi dokter, tapi ingin mengetahui respons. Bagaimana respons si anak ketika mengetahui profesi dokter, apakah senang, excited, atau tidak? Ini diperlukan agar dalam mengarahkan tidak salah langkah. Orang tua wajib mengarahkan, tapi harus sesuai dengan potensi anak, agar anak berkembang dengan baik.

Kalau mengarahkan ke hal-hal yang sebenarnya tak disukai anak, tapi orang tua pengin anak punya potensi di situ, gimana?

Memaksakan itu sesuatu yang akhirnya tidak baik. Ketika orang tua punya ekspektasi terhadap sebuah profesi, lalu ditanamkan dari awal, tapi anak tidak memiliki sifat-sifat pendukung, maka nanti kasihan anak.

Kalau kita mau jadi orang tua bijak, ya cari tahu kekuatan anak itu apa. Kemudian kita hubungkan, apakah kekuatan anak itu mendukung pada profesi yang kita ingin arahkan atau tidak.

Tanda anak punya potensi itu, selain dia suka, apakah perlu jago juga?

Suka itu awalan, minat. Nah, minat ini perlu dikonfirmasi dalam suatu aktivitas; latihan, proses. Ketika si anak menikmati prosesnya, dia akan jadi jago.

Anak bukan kertas putih yang tiba-tiba jadi sesuatu jika dikasih ini/itu. Anak itu bisa mereaksi sendiri, misalnya ia ingin menyanyi. Lalu kita amati, ternyata dia memang senang menyanyi. Itu bisa jadi minat. Maka, jangan abaikan minat anak, karena itu awalan kita bisa meng-cross check, apakah minat itu bisa jadi bakat atau tidak. <Ibnu Majah/Dimuat di majalah Hadila cetak edisi Agustus 2023>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos