Cara Memahami Kode-Kode Istri

Cara Memahami Kode-Kode Istri

Hadila – Asalamualaikum, Ustazah. Izin bertanya, bagaimana cara menghadapi istri yang suka memberikan kode-kode tertentu, tapi sulit dipahami suami? Misal, istri lagi diam saja, lalu ditanya, “Kamu kenapa?” Dia bilang nggak pa-pa. Kalau kita cuekin, dia marah. Kalau ditanya terus, marah juga karena sudah bilang nggak pa-pa. Kondisinya mirip ditanya mau makan apa, jawabnya terserah. Saya sebagai suami berusaha peka, tapi istri kayak berlebihan. (Usia pernikahan kami belum ada setahun). Mohon nasihatnya. [Gio, Pacitan]

Konsultan: Widayati Lestari MPsi

Wa’alaikumsalam. Menikah adalah proses penerimaan dan penyesuaian seseorang terhadap kondisi pasangannya—pasangan yang tentu saja karakter aslinya baru akan kita temukan setelah hidup bersama. Maka dalam perjalanannya, banyak yang belum kita pahami dari pasangan kita sebagaimana yang Saudarai alami. Ada beberapa hal yang bisa coba kita lakukan, di antaranya:

  1. Memahami Masa Adaptasi Pernikahan

Dalam banyak penelitian seputar pernikahan dijelaskan bahwa proses adapatasi pasangan secara umum membutuhkan waktu 8 sampai 10 tahun, walaupun ada yang memerlukan waktu kurang dari usia tersebut. Namun secara umum, adaptasi itu butuh waktu untuk memahami, mencerna, dan menganalis karakter. Apalagi di usia pernikahan yang baru satu tahun, tentu hal ini sedang butuh banyak ikhtiar untuk adaptasi, karena biasanya masing-masing individu, yakni suami dan istri baru keluar karakter aslinya, egonya pun masih besar.

Dengan kata lain, dalam pernikahan bukan sekadar “aku dan kamu.” Namun, bagaimana “aku dan kamu” itu berubah menjadi kita, sehingga tak lagi ego yang ditonjolkan, tetapi sudah merasa menjadi satu. Tentu saja hal ini memerlukan latihan, dan dalam latihan tentu butuh waktu yang bisa jadi tidak hanya setahun atau dua tahun, tetapi lebih dari itu.

  1. Memahami Bahasa Wanita

Dalam buku Why Men Lie and Woman Cry, sang penulis, Alan & Barbara Pease, mengatakan bahwa bagi para pria, wanita sering kali dipandang sebagai makhluk yang tidak jelas dalam mengungkapkan sesuatu, suka berputar-putar atau mengalihkan dibanding pria yang cenderung mengarah pada apa yang dimaksud. Bahkan, kadang para suami merasa seakan-akan disuruh menebak apa yang diinginkan wanita.

Ketidakjelasan inilah yang kadang membuat laki-laki menyimpulkan dengan pikiran laki-laki, sementara yang diinginkan perempuan itu berbeda atau tidak sesuai dengan yang diharapkan perempuan. Di sinilah suami sebagai seorang nakhoda rumah tangga perlu memahami dan segera mengambil sikap. Jangan langsung emosi, karena ketika emosi marah muncul, maka istri justru akan semakin diam.

  1. Komunikasi Asertif

Komunukasi asertif adalah komunikasi dengan mengatakan kebutuhan atau keinginan diri secara tegas dan jelas. Jika istri Saudara belum bisa mengungkapkan secara terbuka, sebagai pasangan, kita bisa memulai terlebih dulu dalam komunikasi asertif ini. Contohnya, “Maaf Bun, Ayah ingin Bunda menyampaikan keinginan Bunda dengan jelas, karena terus terang, Ayah belum paham apa yang diinginkan Bunda. Ayah sayang sama Bunda, Ayah juga tidak bisa membaca pikiran Bunda. Coba Bun, sekarang katakan sama Ayah, apa yang Bunda mau? Jelaskan ke Ayah ya, Bun.”

Tentu saja cara menyampaikannya juga dengan lembut. Selain itu, bahasa tubuh juga harus diatur dalam komunikasi asertif ini. Dengarkan dengan baik ungkapan perasaan pasangan, sehingga akan membuat lebih peka.

  1. Bersikap Win-Win Solution

Maksudnya, bagaimana setelah melakukan komunikasi asertif, menemukan keterbukaan dari pasangan tentang apa yang diinginkan. Maka, hal yang perlu dilakukan adalah jangan langsung men-judge pasangan, karena dia akan merasa diserang. Namun, terima dulu emosinya, hargai keterbukaannya pada kita.

Bisa jadi selama ini istri butuh dipahami atau malu mengungkapkan keinginannya, sehingga yang ia lakukan adalah memberi kode-kode yang tidak dipahami oleh kita. Maka, temukan win-win solution secara bersama, yakni jalan keluar terbaik yang sama-sama menyenangkan semua pihak, baik istri maupun suami.

Misalnya, dengan selalu membiasakan komunikasi asertif, yakni mengungkapkan sesuatu dengan jelas, sehingga semua memahami apa keinginan pasangan dan tidak ada lagi kesalahan persepsi pada masing-masing individu. <>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos