Hadila.co.id — Belajar dari kelembutan lebah. Salah satu yang paling dibutuhkan dalam rumah tangga adalah lemah lembut, baik dari suami maupun istri. Lemah lembut dalam perkataan, perbuatan, sentuhan, komunikasi, perintah, larangan, memperbaiki, mengurangi, meluruskan, dan seterusnya.
Masalah apa pun, jika disertai lemah lembut, ia akan menjadi hiasannya. Sebaliknya, masalah apa pun jika disertai sifat kasar, ia akan menjadi buruk. Bahkan orang yang berperangai kasar pun, tidak suka dikasari. Seorang istri akan sangat senang jika suaminya selalu berkata halus dan lembut kepadanya, dia tidak berkata-kata kasar walaupun pada kondisi marah. Sebaliknya, seorang suami sangat senang apabila memiliki istri lembut dan penyayang, baik kepada dirinya maupun kepada anaknya.
Sikap yang lembut dan santun akan membuat anggota keluarga betah berlama-lama dan tidak merasa beban untuk mengeluarkan curahan hati, sebab mereka meyakini jawaban dan solusi yang keluar pasti selalu mencerahkan dan menyejukkan.
Tidak ada salahnya belajar kelembutan dari lebah, Rasulullah Saw mengisyaratkan hal ini, “Perumpamaan orang beriman itu seperti lebah; hanya makan yang baik dan meletakkan yang baik.” (H.R. Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir dari Abu Razin Al-Uqaili)
Dan, yang paling indah untuk menjadi inspirasi adalah bahwa lebah mengajarkan kelembutan. Coba lihat ketika ia hinggap pada setangkai bunga, ia akan sangat berhati-hati dan penuh kelembutan sampai-sampai bunga itu tidak merasakan bahwa ia telah hinggap di atasnya sambil menghirup saripatinya. Nyaris tidak terasa dan lembut sekali.
Namun jangan belajar kelembutan dari burung. Sebab, ia sangat kasar. Coba perhatikan burung yang hinggap di sebuah ranting, dahannya pasti bergoyang keras. Lalu ketika burung hendak terbang, ia pun menghentakan kakinya dan dahan itu kembali bergerak keras, seakan burung itu ingin mengatakan kepada makhluk yang ada di sekitarnya bahwa ia sedang berada di situ.
Kalau pada burung kita justru diperintahkan untuk banyak belajar tawakkal tingkat tinggi, bukan kelembutan. Rasulullah Saw bersabda, “Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Dia akan memberi rezeki kepada kalian, seperti halnya Dia memberi rezeki kepada burung yang berangkat pagi-pagi dalam keadaan perut kosong dan pulang dalam keadaan perut kenyang.” (H.R. Ibnu Majah dan Ahmad dari Umar bin Al-Khatab)
Karakter lebah dan burung itu berbeda, yang satu mengajarkan kelembutan sementara yang satunya lagi mengajarkan tawakal. Untuk kelembutan ini, Allah juga memerintahkan kepada Musa untuk berkata lemah lembut kepada Firaun, yang sudah sangat jelas pembangkangannya. Tentu, kepada suami atau istri, lemah lembut itu jauh lebih utama dan dibutuhkan. Sebab ia tidak sekejam Firaun. Mereka adalah orang-orang yang sangat dekat di hati. <>