Asri Tanpa Anjing dan Patung

Asri Tanpa Anjing dan Patung

  لاَ تَدْخُلُ الْمَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلاَ تَمَاثِيلُ

“Malaikat tidak memasuki  rumah yang di dalamnya ada anjing. Juga tidak memasuki rumah yang di dalamnya ada patung-patung.”

Redaksi matan hadis ini termaktub dalam Shahih Muslim, Kitab Al-Libaas Wa Az-ziinah, Bab Laa Tadkhul Al-Malaa’ikat Baitan Fiihi Kalb Wa Laa Shuurah: 2106 dan 2107. Redaksi yang sedikit berbeda terdapat dalam Shahih Bukhari, Kitab Bad’ Al-Khalq, Bab Idzaa Qaala Ahadukum Aamiin: 3225; Bab Idzaa Waqa’a Adz-Dzubaab Fii Syaraabi Ahadikum: 3322; Kitab Al-Maghaazi: 4002; dan Kitab Al-Libaas, Bab At-Tashaawiir: 5949.

Petuah Rasulullah Saw ini sangat jelas. Ungkapannya sangat lugas. Arahannya tegas. Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan patung. Petuah ini mengajarkan kepada kita, jangan sampai ada anjing dan patung dalam rumah kita. Kok bisa?

Aisyah Ra menceritakan, sebagaimana dituturkan ulang oleh Muslim dalam Shahih-nya, bahwa Malaikat Jibril pernah berjanji kepada Rasulullah Saw untuk datang ke rumah beliau. Gara-gara di bawah kolong tempat tidur beliau terdapat seekor anak anjing yang beliau sendiri tidak tahu dari mana asalnya, Jibril tidak mau datang. Ketika anak anjing tersebut di keluarkan, Jibril pun datang. “Keberadaan anjing yang tadi ada di rumahmu telah menghalangi kedatanganku. Sungguh kami (para malaikat) tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan patung, tutur Jibril kepada Rasulullah Saw memberikan alasan.

Camkan baik-baik. Malaikat Jibril batal datang hanya karena keberadaan seekor anak anjing di dalam rumah Rasulullah Saw tanpa kesengajaan beliau. Lantas bagaimana dengan rumah yang penghuninya secara sengaja memelihara anjing atau memajang patung karena alasan seni dan estetika, atau karena alasan agar rumah tampak asri dan menyenangkan? Wah, ini malah lebih fatal. Alih-alih nilai estetika dan keasrian yang dia dapatkan, malah rumah yang tidak nyaman bakal dia temukan.

Imam Nawawi dalam Syarh An-Nawawi ‘Ala Muslim menjelaskan bahwa yang tidak memasuki rumah karena keberadaan anjing dan patung, selain Malaikat Jibril yang khusus datang kepada Rasulullah Saw, ialah malaikat yang membagi rahmat, malaikat yang membawa berkah, dan malaikat yang memohonkan ampunan untuk manusia. Anda bisa bayangkan, apa jadinya jika ada rumah tanpa rahmat, tanpa limpahan berkah, dan tanpa dipenuhi ampunan. Bisa dipastikan, penghuninya tak akan pernah menemukan kenyamanan, ketenangan, dan kedamaian. Sebaliknya, penghuninya akan merasakan hambar. Padahal, tujuan asal dari pembangunan rumah adalah sebagai tempat berlindung, beristirahat, melepas kepenatan, bercengkerama bersama anggota keluarga, dan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Jauh panggang dari api.

Ketidakhadiran malaikat rahmat dengan rahmat-Nya, malaikat berkah dengan berkah-Nya, dan malaikat istigfar dengan permohonan ampunan kepada-Nya, bisa menjadi ancaman serius bagi keharmonisan dan ketahanan keluarga. Ketidakhadiran mereka berpotensi memicu pola hubungan antaranggota keluarga yang kacau, tidak teratur, dan berantakan. Peristiwa broken home, yang sering terjadi, sangat mungkin salah satunya dipicu oleh keberadaan anjing dan patung di dalam rumah. Ngeri. Sepertinya hal remeh, tapi efeknya luar biasa.

Secara khusus, membawa anjing ke dalam rumah berpotensi mengerogoti pahala satu atau dua qirath setiap hari. Satu qirath sama dengan sebesar gunung Uhud. Rasulullah Saw bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, “Barangsiapa mengambil anjing bukan untuk menjaga hewan ternak, berburu, dan menjaga tanaman, maka pahalanya dikurangi satu qirath setiap hari.” Dalam riwayat lain yang dituturkan oleh Bukhari dan Muslim, beliau bersabda, “Barangsiapa mengambil anjing bukan untuk menjaga hewan ternak atau untuk dilatih untuk berburu, maka amalnya berkurang sebesar dua qirath setiap hari.”

Dari sisi kebersihan, anjing identik dengan najis mughalazhah, najis berat. Ini tentu akan berefek pada kesehatan rumah. Rumah yang di dalamnya terdapat anjing sangat rentan terdampak oleh najisnya. Kalau sudah terpapar, ia akan menjadi rumah yang tidak sehat. Bahkan, masalah najis inilah yang diduga oleh sebagian ulama sebagai faktor pemicu ketidakhadiran malaikat rahmat, malaikat berkah, dan malaikat istigfar.

Ada pun yang dimaksud dengan patung dalam matan-matan hadis ini ialah patung makhluk bernyawa seperti manusia dan binatang. Ini wujud tandingan terhadap ciptaan Allah Swt. Tidak seharusnya ia dipajang sebagai hiasan dalam rumah. Lebih fatal lagi jika pajangan patung tersebut diagung-agungkan. Ini masalah besar. “Janganlah engkau membiarkan patung kecuali engkau telah membuatnya menjadi tidak berbentuk,” sabda Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim. Wallaahu a’lam bish-shawwab.

[Penulis: Tamim Aziz, Lc., M.P.I., Pengasuh Pondok Pesantren Ulin Nuha

Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Dimuat di Majalah Hadila Edisi Mei 2016]

 

Taufik
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos