Asalamalaikum. Ustazah, anak saya sekarang TK besar. Emosinya sangat meledak-ledak, suka marah, enggak bisa bercanda. Marahnya terutama dengan saya ibunya, padahal semua sudah saya turuti. Kadang karena hal kecil, dia langsung marah. Ada apa dengan anak saya? (0896703xxxx)
Jawaban Ustazah Budhy Lestari (Psikolog)
Terkait gejolak emosi anak tersebut kita sering dengar istilah “temper tantrum” yaitu ledakan amarah anak yang terjadi secara tiba-tiba, spontan tanpa terencana. Bentuknya beragam. Umumnya adalah menangis keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, bergulung-gulung, dan lain-lain. Secara umum, ada beberapa pemicu anak mengalami temper tantrum dan berikut ini cara mengatasinya.
Pertama, keinginan yang tidak terpenuhi. Biasanya anak akan menunjukkan respons tantrum bila keinginannya tidak kita penuhi, terlebih ketika sudah terbiasa sering dituruti keinginannya. Terkadang respons tantrum ini berlangsung cukup lama hingga kadang sampai anak ketiduran. Alangkah lebih bijaknya ketika kita tidak selalu menuruti kehendak anak. Ada saatnya kita turuti ketika memang keinginan anak tersebut sesuatu hal yang urgent. Namun ada kalanya kita menunda keinginan anak. Untuk menguatkan hal ini harus ada kekompakan dan prinsip konsisten dari semua orang yang membersamai anak.
Kedua, banyaknya peraturan dalam keseharian anak. Aturan boleh-boleh saja dibuat dan diterapkan kepada anak. Akan tetapi apabila terlalu banyak aturan, terkadang membuat anak menjadi berontak. Aturan harus disesuaikan dengan kemampuan dan usia anak. Untuk anak usia 6 tahun, disiplin sederhana bisa diterapkan, misalnya disiplin dalam salat. Tentunya pembentukan disiplin ini perlu keteladanan dari orangtua.
Ketiga, sifat emosional dan temperamental. Bisa jadi ini merupakan sifat bawaan yang diturunkan oleh orangtuanya. Namun hal ini bukanlah harga mati yang tidak dapat diubah. Dengan bimbingan dan dukungan kuat dari lingkungan maka sifat tersebut akan terpoles secara perlahan menjadi lebih baik. Anak akan lebih punya kendali emosi. Kita kenali saat apakah anak terpicu emosinya, itu yang kita coba antisipasi dan bantu anak untuk belajar mengendalikannya.
Keempat, masa “kritis” anak, maksudnya karena kondisi tertentu anak rentan muncul tantrumnya, biasanya saat fisik kelelahan, mengantuk, atau perut lapar. Maka bisa jadi tanpa penyebab yang kentara anak akan mudah terpancing untuk tantrum. Maka kita perlu menyiasati hal ini agar anak disegerakan untuk meredakan kelelahannya, disegerakan untuk tidur atau makan terlebih dahulu. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Maret 2018>