Suami Kurang Perhatian; Memang karena Terpaksa atau Suka?

Suami Kurang Perhatian; Memang karena Terpaksa atau Suka?
Sumber gambar: dream.co.id

Hadila.co.id — Dalam kehidupan rumah tangga, ada bermacam-macam tipe suami. Ada yang superperhatian, tetapi ada pula yang lengah atau suami kurang perhatian.

Hal ini, tentu ada banyak penyebabnya. Ada yang memang karakternya begitu, tetapi ada yang dituntut oleh keadaan.

Namun bagaimana pun juga, suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Mereka tidak bisa bersikap seenaknya sendiri, dan membiarkan bahtera rumah tangganya menjadi kacau, tidak ideal.

Apakah Sahabat pernah mendengar istilah ‘suami ternak teri? Suami yang mengisi pagi harinya dengan mengantar istri ke kantor, anak ke sekolah. Siangnya, menjemput mereka pulang. Pembiayaan rumah tangga berada di pundak istri. Seolah-olah, suami kurang perhatian.

Saya sedang membahas sesuatu yang sensitif. Ada suami ternak teri yang dipaksa oleh keadaan. Di Inggris dulu, ini terjadi.

Suami Kurang Perhatian karena Terpaksa

Suami sekolah S3. Beasiswa sudah lama habis. Menurut hukum Inggris, mahasiswa maksimal dibolehkan bekerja hanya 20 jam seminggu, 4 jam sehari. Dengan jenis kerja manual, maksimal hanya bisa menghasilkan uang setengah dari kebutuhan bulanan. Apa akal?

Saya sebagai pendamping secara hukum diizinkan kerja full time. Maka beban ekonomi, pada akhirnya saya tanggung.

Saya berangkat bekerja pukul 7 pagi, pulang pukul 7 malam. Mengerjakan dua sampai tiga pekerjaan sekaligus. Suami mengantar dua anak sekolah, menjaga bayi di rumah sambil mengerjakan tugas akhir.

Saya tidak dipaksa siapa pun mengambil peran ini. Saya paham ini bukan karena suami kurang perhatian. Saya juga sangat paham ini bukan situasi ideal. Namun, tak ada pilihan jika ingin bertahan menyelesaikan studi.

Sesampai di Tanah Air, peran langsung berubah. Suami kembali kepada pekerjaannya, mengajar di universitas.

Saya rasa tidak ada yang salah dan aneh di sana. Kami sepakat, rumah tangga ini biduk yang ‘dikayuh’ bersama. Ada masa seseorang berada di bagian luar, mengayuh lebih keras. Ada masa sebaliknya. Yang jelas, kepemimpinan sudah pasti ada di tangan satu orang, suami.

Saya paham, istilah di atas bukan tentang kisah kami. Kalau boleh sedikit membuka, barangkali tentang paman saya.

Suami Kurang Perhatian karena Suka?

Sampai anak keempat, bibi selalu menjadi tulang punggung keluarga. Bibi mengurangi aktivitasnya saat hamil. Saat itu, biasanya, paman menghilang entah ke mana.

Empat anak, empat kali menghilang berbulan-bulan. Keluarga bibi membantu bibi semampu mereka. Mungkin seperti ini ‘suami ternak teri, suami kurang perhatian itu. Keluarga bibi lalu meminta bibi berpisah dari paman.

Saya tidak berhak menilai permintaan keluarga bibi. Saya juga tidak paham kesepakatan apa antara bibi dan paman karena tiap pasangan memiliki rahasia masing-masing. Kita orang luar hanya melihat yang tampak saja.

Akan tetapi, Islam sudah mengatur ‘bagian’ peran itu. Suami bertanggung jawab akan pemenuhan kebutuhan keluarganya. Istri menjadi manager rumah kecilnya. Biduk yang ‘dikayuh’ bersama.

Suami kurang perhatian atau suami yang lengah macam begini tentu anomali yang tidak diinginkan Islam untuk umatnya. Rentan masalah.

Dan tentunya, sebelum melanjutkan diskusi, suami ternak teri perlu ditanya dahulu: karena suka kah? Atau terpaksa?

 

Oleh: Maimon Herawati, Dosen Universitas Padjadjaran Bandung.

*Dimuat Hadila Edisi November 2014

Ibnu
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos