Ketika Suami Poligami dan Jarang Pulang

Ketika Suami Poligami dan Jarang Pulang

Konsultasi – Assalamualaikum. Mohon penjelasan bagaimana menyikapi suami yang 2 tahun ini poligami, tetapi belum mau mengenalkan istri mudanya dengan keluarga besar, walaupun saya selalu mengajak dan ikhlas dengan semua ini. Saat ini suami dan istri mudanya tinggal di kota A, sedang saya dan anak di kota B. Suami jarang pulang dan jarang hubungi kami karena takut dengan istri muda, sebab dia sering mengancam bunuh diri jika suami pulang ke kami. (08969817xxxx)

Dijawab oleh Farida Nur’aini, Konsultan keluarga asal Solo

Wa’alaikumsalam Wr Wb. Subhanallah bunda, sungguh, kami semua belajar dari ketegaran dan keikhlasan Bunda menerima kenyataan bahwa suami menikah lagi. Tidak banyak orang yang bisa bersikap seperti Bunda. Semoga apa yang Bunda lakukan menjadi inspirasi kebaikan bagi istri lain yang mengalami hal serupa.

Syarat bagi suami yang menikah lagi adalah bisa bersikap adil. Jika tidak maka dia akan berjalan pincang ketika di akhirat kelak. Sikap Bunda untuk membantu suami bersikap adil sudah benar. Ini akan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Mereka akan belajar keikhlasan dari ibunya.

Menghadapi suami yang demikian memang membutuhkan kesabaran berlipat ganda. Diduakan itu sudah menguji kesabaran, dengan ditambah suami jarang pulang, ini memerlukan kesabaran lagi. Maka, monggo disikapi dengan baik agar kesabaran Bunda benar-benar berbuah pahala.

Ketika seorang wanita sedang dalam posisi sebagai istri, dia mempunyai kewajiban. Ketika kewajiban dijalankan, akan menghantarkannya ke dalam rida Allah Swt. Hanya dengan rida-Nya istri bisa masuk surga. Nah, apakah kewajiban itu? Yaitu taat kepada suami. Ini terlepas dari apa yang dilakukan suami, sifat dan perbuatannya. Istri harus tetap taat. Bunda pun demikian. Agar semua ini menjadi pahala dan menghantarkan ke surga-Nya, maka fokus pada taat kepada suami saja. Cukup itu.

Bagaimana dengan suami yang menikah lagi kemudian jarang pulang karena diancam oleh istri mudanya? Mari berempati, Bun. Saat ini suami merasa bersalah yang amat dalam. Sudah menduakan Bunda kemudian jarang pulang. Apalagi dengan ancaman istri mudanya. Pasti suami merasa bersalah dan menyesal dengan semua ini. Namun, nasi sudah jadi bubur. Hidup harus terus berjalan. Maka, jalani semua dengan sepenuh hati.

Urusan istri mudanya adalah urusan suami sepenuhnya. Dia mau diajak silaturahmi ke keluarga besar atau tidak itu adalah urusan suami. Full. Jadi, berlepaslah dengan urusan istri mudanya agar Bunda tidak terbebani pikiran. Tugas Bunda hanya taat pada suami. Kondisikan juga anak-anak agar tetap berakhlak baik pada ayahnya. Suami pada posisi yang justru harus ditolong. Maka bantulah dengan dimotivasi bahwa dia sanggup mengatasi semua ini. Yakinkan bahwa Bunda dan anak-anak akan baik-baik saja.

Tak ada masalah tanpa solusi, Bun. Semua penyelesaikan memerlukan waktu berproses. Maka, jaga hati dan pikiran. Penataan masalah ini bisa jadi memerlukan waktu bertahun-tahun sampai Allah Swt menentukan ketetapannya. Jika sudah sampai pada waktunya, insya Allah kondisi akan kembali tenang. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Juli 2017>

Redaksi
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos