5 Sumber Kekecewaan dalam Pernikahan

5 Sumber Kekecewaan dalam Pernikahan
Sumber foto: UnsplashSumber: Unsplash

Hadila – Dalam kehidupan berumah tangga, selalu ditemukan berbagai dinamika yang tidak pernah ada akhirnya. Karena memang demikianlah ciri kehidupan manusia, selalu dinamis, selalu penuh warna.

Pada beberapa pasangan suami-istri, dinamika itu sering berujung pada kekecewaan, bahkan terkadang kecewa yang berlebihan dan berkelanjutan. Jika kondisi ini terjadi, masing-masing mudah bersikap menjauh dan kadang mencari kepuasan dan pelampiasan dengan cara-cara yang negatif.

Ada banyak sebab mengapa suami dan istri saling kecewa. Beberapa hal berikut ini sering menjadi sumber kekecewaan dalam kehidupan pernikahan.

  1. Berharap Kesempurnaan Pasangan

Adalah hal yang mustahil untuk berharap kesempurnaan pasangan. Tidak ada manusia sempurna, maka jangan berharap memiliki pasangan yang sempurna tanpa cacat. Ketika pernikahan diilhami oleh kisah-kisah roman dari film, sinetron, novel, kadang menimbulkan harapan yang berlebihan. Tanpa sadar mereka tergiring untuk memiliki imajinasi dan harapan yang berlebihan terhadap pasangan.

Seperti apakah sosok lelaki dan perempuan ideal, mereka ambil rujukannya dari novel, film, dan sinetron fantasi. Dampaknya mudah ditebak. Mereka cepat mengalami kekecewaan dan ketidakpuasan dalam kehidupan pernikahan. Karena diri dan pasangannya adalah nyata. Sementara kisah roman yang dibaca dan ditonton adalah semu.

Untuk itu, jangan berharap kesempurnaan dari pasangan. Karena rumus pernikahan yang berhasil tidaklah menghajatkan kesempurnaan. Pernikahan bahagia adalah tentang bagaimana seorang lelaki biasa saja—yang tidak sempurna—mencintai seorang perempuan biasa saja—yang tidak sempurna, lalu keduanya bersedia berproses menuju kondisi yang lebih baik secara bersama. Kuncinya ada pada usaha atau proses menuju kondisi yang lebih baik secara bersama.

  1. Berharap Pasangan Selalu Bersikap Sesuai dengan Keinginannya

Kita selalu memiliki banyak keinginan dalam kehidupan sehari-hari, sampai kadang-kadang tidak bisa mendefinisikan apakah itu semata-mata keinginan sesaat, atau sebuah kebutuhan yang penting bagi diri kita. Yang menjadikan kecewa adalah, ketika pasangan sering tidak mengerti keinginan kita.

Suami berharap mendapat suatu perlakuan tertentu, ternyata itu tidak didapatkan dari sang istri. Sebaliknya istri berharap mendapatkan perlakuan tertentu dari suami, tetapi ternyata itu tidak pernah didapatkan.

Ini karena semua manusia dewasa sudah memiliki jati diri, hasil dari pengalaman hidup dan pendidikannya selama ini. Maka, pasti ada sikap suami yang tidak sesuai keinginan istri, sebagaimana pasti ada sikap istri yang tidak sesuai dengan keinginan suami.

Sikap pasangan yang sering tidak sesuai keinginan inilah yang menjadi sumber kekecewaan dalam pernikahan. Tumpukan kekecewaan jika tidak memiliki penyaluran, bisa muncul dalam bentuk ledakan emosi serta kemarahan. Maka, lahirlah konflik dan pertengkaran, akibat menumpuknya kekecewaan kepada pasangan.

  1. Berharap Pasangan Selalu Mengerti Dirinya

Gambaran ideal memiliki pasangan yang selalu mengerti dan memahami dirinya, sering kali menjadi sumber kekecewaan. Karena seiring dengan perjalanan waktu, ditambah dengan kesibukan yang makin padat, menyebabkan perhatian suami dan istri terpecah kepada banyak urusan.

Jika saat pengantin baru masih bisa fokus memperhatikan pasangan, setelah punya anak, bertambah banyak kegiatan dan agenda, orang tua atau mertua yang makin renta juga butuh perhatian, akhirnya tidak bisa lagi fokus hanya memperhatikan pasangan.

Pada dasarnya yang diperlukan oleh suami dan istri adalah berusaha untuk saling mengerti dan saling memahami pasangan. Bukan hanya menuntut untuk dimengerti dan dipahami oleh pasangan. Jika yang muncul hanyalah tuntutan dan harapan sepihak, kekecewaan akan lebih mudah didapatkan.

“Engkau tidak pernah mengerti keadaanku,” merupakan ungkapan kekecewaan terhadap pasangan yang banyak terjadi dalam kehidupan pernikahan. Suami menuduh istri tidak mengerti kondisi dirinya; istri menuduh suami tidak mengerti keadaan dirinya. Keduanya saling tuduh menuduh, menuding pasangannya tidak mengerti tentang dirinya.

  1. Berharap Pasangan Menjadi Sama dengan Dirinya

Ada suami yang berharap istrinya memiliki karakter yang sama dengan dirinya; sebagaimana istri berharap suaminya memiliki karakter yang sama dengan dirinya. Harapan seperti ini juga berdasarkan  kepada hal yang tidak realistis, mengingat karakter laki-laki dan karakter perempuan adalah dua hal yang khas. Mereka tercipta dengan kromosom yang berbeda, hormon yang berkembang dalam diri mereka tidak sama, memiliki struktur otak yang berbeda, lalu bagaimana diminta menjadi sama? Tentu tidak realistis.

Sampai berapa lama pun suami-istri hidup bersama dalam rumah tangga, akan tetap memiliki sisi-sisi yang berbeda dalam dirinya. Tidak akan pernah sama. Sampai akhir hidupnya, istri tetap menjadi perempuan yang lengkap dengan potensi keperempuanan dan ego keperempuanan. Sebagaimana suami, sampai akhir hidupnya ia adalah seorang lelaki yang lengkap dengan potensi kelelakiannya dan ego kelelakiannya.

Mereka tidak akan pernah berubah menjadi makhluk yang sama. Yang bisa mereka lakukan adalah saling memahami dan menghormati dalam berbagai perbedaan yang tak bisa dihindari.

  1. Berharap Pasangan Selalu Memenuhi Kebutuhannya

Sangat wajar jika seorang istri berharap suaminya selalu memenuhi kebutuhannya, sebagaimana suami berharap istri selalu memenuhi kebutuhannya. Namun, setiap manusia memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga ada batas yang membuatnya tidak mampu memenuhi semua kebutuhan pasangan.

Ketika suami dan istri memiliki tuntutan untuk dipenuhi semua kebutuhannya, di titik inilah mudah muncul kekecewaan. Karena pasti ada sisi-sisi kekurangan dan kelemahan yang menyebabkan suami dan istri tidak bisa selalu memenuhi kebutuhan pasangan.

Kebutuhan manusia bukan hanya terbatas pada aspek-aspek fisik dan material. Bahkan ada kebutuhan yang lebih mendasar, seperti kebutuhan spiritual, kebutuhan sisi emosional, kebutuhan intelektual, kebutuhan rekreasional, dan sebagainya. Pada dasarnya semua kebutuhan itu perlu diwujudkan bersama pasangan. Namun, karena tidak semua kebutuhan Anda bisa dipenuhi pasangan, maka Anda harus mampu menahan diri untuk tidak cepat kecewa dengan situasi itu.

Sediakan ruang yang cukup dalam diri Anda untuk menerima realitas bahwa pasangan Anda tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan Anda. Yang diperlukan adalah mendialogkan harapan-harapan antara suami dan istri, serta mencari solusi di saat harapan ini tidak bisa menjadi kenyataan.

Pada contoh kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi, maka harus diupayakan solusi bersama, bagaimana mengatasi kebutuhan yang belum bisa terpenuhi tersebut. Dengan demikian tetap ada solusi yang melegakan semua pihak.

Tentu saja tidak bermakna bahwa Anda tidak boleh memiliki harapan terhadap pasangan. Namun, sesuaikan harapan Anda agar lebih mudah dipenuhi oleh pasangan, sehingga Anda tidak mudah kecewa terhadap pasangan. <>

 

Penulis:

Cahyadi Takariawan

Trainer dan Konselor di Jogja Family Center

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos