KISAH INSIRATIF: Dibangunkan Semut Salat Tahajud

KISAH INSIRATIF: Dibangunkan Semut Salat Tahajud
Tahajud penuh berkahSumber : Javanews

Alarm yang meraung kencang itu mengusik lelap. Mataku sedikit terbuka, kesadaran perlahan pulih sehingga tanganku reflek meraih gawai dan “membunuh” alarm yang tak kenal kata “ngantuk” itu. Bersamaan dengan kesadaran mematikan alarm, ada suara yang berbisik lirih dalam kepala, “Bangun, waktunya Tahajud.” Suara yang lain menyahut, “Iya, sebentar lagi.” Lalu entah berapa banyak setan yang memelukku erat, membuai kesadaran dalam nina bobo yang melenakan. Aku kembali terlelap.

Mungkin setiap pagi, setan bekerja keras membuat manusia lupa akan keutamaan waktu berdoa di sepertiga malam terakhir. Beberapa detik kemudian sayup kudengar, “Subhaanallahu walhamdulillaah walaa ilaaha illallahu Allahu Akbar…” Tanda sebentar lagi azan berkumandang. Saat itulah, kesadaranku meningkat drastis. “Hah? Subuh? Astagfirullah…” Batinku lirih. Sungguh, kehilangan waktu Salat Tahajud adalah kerugian besar. Para sahabat Rasulullah bisa murung seharian ketika kehilangan waktu Tahajud. Sedangkan aku? Dengan sikap seolah tanpa dosa, tenggelam dalam lelap yang panjang. Pagi itu, kembali kurasakan sesal. Tapi percuma. Sedetik pun, kita tidak bisa kembali ke masa lalu, kan?

Maka malam berikutnya, sebelum tidur aku berdoa, “Ya Allah… aku ingin Tahajjud. Engkau boleh utus siapa pun untuk membuatku bangun.” Kemudian lelap kubiarkan perlahan memelukku. Sampai rasanya belum lama tidur, kesadaranku seolah ditarik paksa kembali ke permukaan. “Auw…!” umpatan itu hanya mampu kuutarakan dalam angan. Betis kiriku sakit, digigit sesuatu. Lidahku masih lemas. Eh, disusul gigitan berikutnya di lengan kanan. Kali ini kesadaranku semakin meningkat.

“Ini apa?” Reflek tangan kiri mengusap lengan kanan, mencari sang penggigit. Ternyata semut kecil. Aku mengambilnya, lalu membuang tanpa membunuhnya. Baik, mungkin yang di kaki tadi juga semut. Pasukan semut ini tidak mungkin datang dan menggigit tanpa alasan. Mereka utusan Allah yang bertugas membangunkanku dari kemalasan, menegurku dari kelalaian. Makhluk yang diutus karena doaku semalam.

Secara teori, tidak seharusnya semut itu ada. Karena aku sudah membersihkan kasur sebelum tidur. Jika bukan karena Allah, mereka tidak akan berkeliaran sia-sia, menemukan sesosok tubuh manusia yang hampir lalai dari mengingat Tuhannya. Kulihat jam, masih menunjuk angka 2.45. Utusan Allah tidak selalu berwujud manusia. Bisa jadi masalah, ujian, termasuk semut, semua diutus oleh Allah agar kita mendekat pada-Nya. <Sakifah>

Terbit di Majalah Hadila Edisi 151 Januari 2020

Ifa
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos