Kesulitan yang Menumbuhkan, Bagaimana Caranya?

Kesulitan yang Menumbuhkan, Bagaimana Caranya?
Sumber foto: kompasiana.com

Hadila – Allah Swt menciptakan siang dan malam berpasangan. Ada kalanya kita ingin agar siang bisa lebih panjang, tetapi Allah tetap menghadirkan malam di saat waktunya telah tiba. Saat malam baru saja menyapa, ada yang ingin malam segera berlalu. Kerinduan mendalam pada cahaya siang, sering justru menjadikan perjalanan malam terasa makin panjang. Menerima sepenuhnya kehadiran gelapnya malam, sembari melaluinya dengan penuh kepasrahan pada penguasa malam, akan lebih menenangkan, karena cahaya pagi pasti datang.

Saat kesulitan hidup datang menghimpit, serasa kegelapan datang menyelimuti  hidup. Sambutlah hadirnya kegelapan hidup, sebagaimana menyambut hadirnya kegelapan malam. Tanamkan keyakinan yang kuat dalam hati, bahwa gelap pasti akan berlalu. Jika kegelapan tersebut baru mulai menyapa, janganlah terburu-buru mengutuknya. Gelap dan terang ada masanya. Lebih baik menyalakan lilin, daripada mengutuk kegelapan.

Produktif dalam Kegelapan

Suasana gelap kini tidak mudah kita temukan di area permukiman.  Dari pagi hingga sore hari, kita telah menikmati cahaya terang dari sinar matahari. Saat malam menjelang, cahaya dari lampu listrik menemani perjalanan hidup kita sepanjang malam. Di rumah, di jalan, di tempat ibadah, di warung apalagi di pusat perbelanjaan, semua terang benderang oleh cahaya lampu listrik. Baik siang dan malam kini selalu bertabur cahaya, tak terasa kita terkondisi untuk melupakan adanya gelap. Melupakan adanya gelap bisa mengikis sensitivitas jiwa kita. Saat tiba-tiba kegelapan benar-benar hadir, kepanikan dan kegelisahan berjamaah tiba-tiba mewabah.

Dalam suasana gelap justru kita bisa lebih merasakan hadirnya ketenangan . Dalam suasana gelap kita merasa lebih bisa khusyuk berzikir ataupun beribadah. Dalam suasana gelap kita justru lebih mudah untuk bicara pada diri sendiri, melakukan instrospeksi. Dalam suasana gelap kita justru menemukan kejernihan, saat kontemplasi. Gelapnya suasana dunia, tidak menjadikan mata batin kita ikut gelap. Justru dalam kegelapan dunia, mata batin kita bisa melihat dengan lebih jernih.

Setiap kita, pernah berada di lorong gelap tanpa cahaya, selama sekira 9 bulan di kandungan ibu masing-masing.  Di dalam gelapnya rahim ibu, ternyata kita tetap bisa terus bertumbuh. Di dalam gelapnya rahim ibu, Allah Swt menunjukkan Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya pada kita. Dalam kegelapan rahim ibu, cahaya Ilahi menyinari kita selama 9 bulan, hingga akhirnya kita menyaksikan suasana alam dunia yang lebih sempurna, bisa menyaksikan pergantian gelap dan terang.

Pergantian siang dan malam bagi kebanyakan orang bukan sesuatu yang menarik, tetapi bagi astronom maupun astrofisikawan, hal tersebut bisa menjadi kajian yang menarik dan tidak sederhana. Secara khusus Allah Swt menjelaskan hikmah hadirnya malam.

Allah lah yang menjadikan malam untukmu agar kamu beristirahat kepada-Nya. Dan (menjadikan) siang terang benderang, Allah benar-benar memiliki karunia yang dilimpahkan kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (Q.S. Al-Mu’min: 61)

Malam dihadirkan Allah untuk kita jadikan waktu jeda, istirahat. Allah Yang Mahatahu telah memberitahu salah satu rambu-rambu kehidupan, bahwa gelap (malam) adalah waktu terbaik untuk menghentikan sejenak aktivitas. Meskipun istirahat (tidur) sekilas nampak sebagai aktivitas pasif, sesungguhnya memliki sisi aktifnya.

Saat tidur, tubuh akan menghasilkan lebih banyak hormon. Sebagai contoh, mengurangi hormon kortisol pemicu stres dan menambah hormon pertumbuhan. Hal lain yang terjadi saat tidur adalah terjadinya regenerasi sel dan perbaikan jaringan. Tubuh akan bekerja memperbaiki otot, organ, dan sel yang rusak. Selain itu, tidur dapat membantu otak membersihkan informasi yang tidak diperlukan dan mengingat informasi penting yang benar-benar kita butuhkan.

Penulis buku The 7 Habits of Highly Effective, Steven Covey, menjadikan istirahat sejenak untuk “mengasah gergaji” sebagai salah satu kebiasaan manusia yang paling efektif. Kegelapan malam bisa menjadi sarana paling efektif dan produktif untuk menyiapkan fisik, pikiran, dan ruhiah kita agar lebih fresh di esok hari.

Gelap dan terang memiliki fungsi yang sama bagi kehidupan kita. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan saat terang, dan banyak  pula aktivitas yang bisa dilakukan saat gelap. Kita tidak bisa memilih satu di antara siang atau  malam. Namun yang bisa kita lakukan mengelola diri untuk tetap produktif di kedua waktu tersebut. Produktivitas di siang hari tentu beda maknanya dengan produktivitas di malam hari.

Tetap Tumbuh dalam Gelap

Saat pandemi Covid 19 tiba-tiba hadir tanpa permisi, seolah kegelapan hadir menyelimuti bumi. Siang dan malam terasa gelap, bahkan hingga tulisan ini dibuat terasa makin gelap. Di Kota Solo yang begitu kecil, di waktu yang bersamaan lebih dari 5.000 orang dinyatakan positif terpapar virus tersebut. Rumah sakit-rumah sakit rujukan pasien Covid-19 ruang isolasi penuh, hingga harus menambah bangsal darurat.

Semua orang terkena dampak pandemi virus Covid-19. Namun satu orang dengan orang yang lain memiliki respons atau sikap yang berbeda. Di saat seperti ini, kacamata positif perlu dikuatkan. Betul, bahwa pandemi virus Covid-19 adalah ancaman, tetapi jangan sampai kita menjadi salah satu manusia yang nantinya tertulis dalam sejarah sebagai pecundang melawan virus Covid-19.

Mari kita cermati sekeliling, dalam gelap gulitanya pandemi virus Covid-19, ternyata ada banyak orang yang tetap tumbuh, baik pengetahuan, keterampilan dan aset bisnisnya. Attitude positifnya mengarahkan untuk tidak mudah menyerah kalah, tetapi melihat celah di tengah himpitan ujian. Dalam gelap gulitanya pandemi virus Covid-19, ada juga yang dengan bermodal attitude negatif seorang menteri melihat celah menggarong banatuan rakyat kecil.

Dalam gelap gulita pandemi virus Covid-19, banyak keluarga justru merasa didekatkan secara fisik dan psikis sehingga kebersamaan demikian terasa. Ada sesuatu yang dalam kondisi normal sulit didapat, tetapi kini jadi dimudahkan Namun, tidak sedikit pula kita dengar, justru ada keluarga yang bercerai karena kesulitan hidup akibat pandemi virus Covid 19. Mari fokuskan pada celah positifnya.

Sekali lagi, kacamata positif perlu terus dikuatkan. Allah Swt sampai mengulang 2 kali secara bertururt-turut di Surah Al-Insyirah ayat 5 dan 6, untuk menegaskan bahwa, Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Februari 2021>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos