Anak Adalah Ujian Bagi Orang Tua

Anak Adalah Ujian Bagi Orang Tua

(قال الله تعالى: إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (التغابن: ١٥

“Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah ujian bagi kalian; dan di sisi Allah pahala yang besar.” (Q.S. At-Taghabun: 15)

Di antara yang terkandung dalam ayat di atas, Allah telah menegaskan sesuatu yang termasuk asasiyat (fundamental) dari hubungan orang tua dan anak.

Pada dasarnya anak adalah karunia dan anugerah yang tak ternilai dari Allah Ta’ala. Ia juga merupakan perhiasan yang membuat kehidupan manusia menjadi indah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (Q.S. Al-Kahfi: 46)

Namun, bersamaan dengan itu, anak juga merupakan sebuah ujian. Karena keberadaannya adalah bagian dari kehidupan, yang sengaja Allah ciptakan untuk menguji siapakah di antara manusia yang paling baik amalannya. Allah berfirman, “Dia lah Yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al-Mulk: 2)

Para ulama membagi kenikmatan di dunia menjadi dua.

Pertama, ni’mah muthlaqah. Yaitu kenikmatan absolut yang berhubungan dengan kebaikan abadi, yaitu kenikmatan iman dan Islam.

Kedua, adalah ni’mah muqayyadah. Yaitu kenikmatan relatif seperti nikmat kesehatan, kekayaan, kedudukan dan lain sebagainya. Bagi orang tertentu itu semua adalah nikmat. Tapi bagi sebagian yang lain bisa menjelma menjadi musibah.

Termasuk nikmat anak. Karunia anak merupakan ni’mah muqoyyadah. Selain dapat mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan, ia juga berpotensi menyeret datangnya keburukan bagi orang tua. Maka Al-Qur`ân membahasakannya dengan ungkapan “fitnah” (ujian).

Dimana letak ujiannya? Yaitu bagaimana dan sejauh mana para orang tua bisa mendidik anak-anak mereka. Ibnu Katsir menegaskan, “Mereka adalah ujian yang harus dihadapi oleh orang tua, untuk mengetahui siapa yang taat kepada Allâh dan siapa yang melawan Allâh dalam mendidik mereka”. (Tafsir al-Qur`anil ‘Azhim: 8/139).

Bagi yang berhasil mendidik anaknya sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, maka karunia anak itu akan mewujud menjadi nikmat yang hakiki. Anak itu akan menjadi qurrota a’yun (penyejuk mata di dunia), amal jariah (pahala yang akan terus mengalir), dan memberi syafaat kelak di akhirat, sesuai hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang keutamaan doa anak shalih, keutamaan penghafal Al-Qur’an, atau keutamaan orang mati syahid yang bisa memberi syafaat kepada orang tuanya.

Sebaliknya, jika para orang tua enggan, lalai, atau gagal dalam mendidik anak-anak mereka sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya, maka anak-anak itu akan menjelma menjadi musibah atau bencana. Bahkan sejak di dunia. Berbagai bentuk ‘uqūqul walidain (durhaka kepada orang tua) akan dirasakan dari buah hati yang dulu sangat dicintai itu.

Musibah berikutnya, anak-anak tersayang itu juga bisa melalaikan orang tua dari zikir dan beribadah kepada Allah Ta’ala. Membuat mereka tertipu dan sombong dengan capaian-capaian duniawi yang semu. Hingga Allah mengingatkan para orang tua, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-Munâfiqûn: 9).

Bahkan darah-daging kita itu akan menjelma menjadi musuh yang nyata. Baik dalam masalah duniawi atau ukhrowi. Sebagaimana Allah Ta’ala telah memperingatkannya, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” (Q.S. At-Taghâbun: 14).

Dan yang paling menakutkan, jika sampai anak-anak tercinta yang kita harapkan bisa reuni kembali dengan mereka di surga, justru menjadi seteru kita kelak di akhirat sana. Orang tua dan anak malah saling menuntut dan menyalahkan satu sama lainnya. Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang yang berhubungan dekat pada hari itu sebagiannya menjadi seteru bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Az-Zukhruf: 67)

Sekali lagi, anak-anak adalah ujian kehidupan bagi kita para orang tua. Ia bisa menjadi nikmat yang dahsyat jika kita berhasil mendidik mereka sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, ia akan menjelma menjadi nestapa, jika kita enggan dan lalai mendidik mereka seperti yang diserukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Wal ‘iyādzu billāh. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Januari 2021>

 

Penulis

Dr. Hakimuddin Salim, Lc. MA. (Direktur Ponpes Ibnu Abbas Klaten, Doktor Ushul Tarbiyah Universitas Islam Madinah)

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos