Alhamdulillah, Anakku Nakal

Alhamdulillah, Anakku Nakal

Oleh: Mutoharun Jinan dari Griya Parenting Surabaya

Saya pernah bertemu dengan seorang kepala TK yang sangat luar biasa. Dia mempunyai kemampuan leadership dan skill yang tinggi untuk menangani ‘anak-anak khusus’ di sekolahnya. Pertemuan itu tak saya sia-siakan untuk menggali lebih jauh tentang perjalanan hidupnya.

Dia memulai ceritanya, “Alhamdulillah Ustaz, saya mempunyai anak yang bagi orang lain mungkin dianggap sebagai anak yang nakal, terlalu aktif, dan sulit diatur. Dia terindikasi autis dan ADHD. Gurunya sering kewalahan atas perilakunya yang sangat agresif. Melihat itu, saya yang juga menjadi guru di sekolah favorit akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan, dan berniat untuk fokus terhadap pendidikan anak saya.

Untuk itu, saya mencari sekolah yang dapat mengakomodasi perilaku anak saya sekaligus memberikan terapi sebelum akhirnya dia dapat kembali masuk ke sekolahnya yang lalu. Masa satu tahun anak saya belajar di sekolah barunya menjadi masa yang telah mengubah hidup saya. Setiap hari saya mengantar anak ke sekolah dan mengikuti seluruh kegiatan. Malam hari saya habiskan waktu untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan perilaku anak saya. Selama satu tahun itu, saya ‘dipaksa’ belajar kembali.

Akhirnya, seluruh pengorbanan saya dibalas Allah. Anak saya berkembang lebih baik dari sebelumnya. Dia kembali dapat belajar di sekolahnya dahulu dengan sikap dan prestasi yang lebih baik. Bahkan, tanggung jawabnya kini justru melampaui anak seusianya.

Kemudian, setelah menjalani proses belajar dan setiap hari melihat guru anak saya menerapi beberapa anak, akhirnya saya mempunyai skill baru untuk menangani anak bermasalah. Hari ini, saya diberi amanah untuk memimpin TK dengan kepercayaan penuh dari yayasan. Sebuah nikmat dari Allah yang sangat manis dan sama sekali tidak saya bayangkan sebelumnya.”

Kepala TK ini telah mendapatkan berkah yang luar biasa besar dari Allah, justru pada saat dia menghadapi anaknya yang bermasalah. Saya paham mengapa dia memulai ceritanya dengan ucapan ‘alhamdulillah’, walaupun cerita tersebut tentang kesusahan hidup. Seandainya dia tak pernah mempunyai putra yang ‘bermasalah’, niscaya dia tidak pernah belajar menjadi lebih sabar, mandiri, dan berkompeten dalam menangani anak yang lain.

Sering kali manusia mendapat berkah dan nikmat justru saat dia mendapat cobaan dari Allah. Dari cobaan itu, akhirnya mereka belajar untuk lebih sabar dan belajar untuk menyelesaikan masalah serupa. Mungkin, salah satu nikmat itu dapat kita peroleh saat kita menghadapi tingkah polah putra-putri kita dengan penuh kesabaran. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Agustus 2018, Sumber Foto: bisamandiri.com>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos