12 November Diperingati Sebagai Hari Ayah Nasional, Ini Dia Sejarahnya

12 November Diperingati Sebagai Hari Ayah Nasional, Ini Dia Sejarahnya

Oleh Mulyanto Utomo (Jurnalis Senir Majalah Hadila)

Hari ini, 12 November 2020, diperingati sebagai Hari Ayah Nasional. Jika selama ini Hari Ibu tanggal 22 Desember paling popular dan diperingati, maka sejak tahun 2015 sesungguhnya sudah ditetapkan Hari Ayah Nasional. Apa urgensi dan kedudukannya sehingga Hari Ayah harus ada?

Dari situs Kemendikbud disebutkan bahwa ayah sejatinya sosok penting dalam keluarga. Posisinya sejajar dengan ibu. Ayah punya cara sendiri dalam menjalankan perannya sebagai kepala rumah tangga, pemberi nafkah, pelindung, dan masih banyak peran penting lainnya di keluarga. Mengingat pentingnya peran ayah di keluarga, ketika sosok ibu sebagai orang yang melahirkan diberi penghargaan dengan cara memperingati Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember, sosok ayah dirasa juga perlu mendapatkan penghargaan yang sama.

Hal itulah yang rupanya mendorong tercetusnya peringatan Hari Ayah Nasional. Bahkan Hari Ayah Nasional ini lahir di Solo atas prakarsa paguyuban Satu Hati, lintas agama dan budaya yang bernama Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP). Tahun 2014, PPIP mengadakan peringatan Hari Ibu di Solo dengan cara mengadakan Sayembara Menulis Surat untuk Ibu. Acara tersebut mendapat sambutan cukup baik dan mendapatkan sekitar 70 surat terbaik yang kemudian dibukukan.

Beberapa surat terbaik tersebut dibacakan oleh peserta yang terdiri dari anak-anak usia SD, SMP, SMA, mahasiswa, serta umum. Momen tersebut kian mengharukan ketika anak-anak yatim piatu melakukan sungkeman pada ibu-ibu dari Panti Jompo. Usai acara, panitia penyelenggara dibuat terkejut dengan pertanyaan para peserta, “Kapan diadakan sayembara menulis surat untuk ayah? Kapan peringatan hari ayah? Kami pasti ikut lagi.”

Pertanyaan tersebut menggugah hati untuk mencari tahu kapan Hari Ayah diperingati di Indonesia. Hingga akhirnya, setelah melalui kajian cukup panjang, Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi menggelar deklarasi Hari Ayah untuk Indonesia dan menetapkan tanggal 12 November sebagai peringatan Hari Ayah Nasional. Deklarasi tersebut digabung bersamaan dengan Hari Kesehatan dengan mengambil semboyan “Semoga Bapak Bijak, Ayah Sehat, Papah Jaya”.

Begitulah. Maka sejak 12 November 2015 itulah Hari Ayah Nasional diperingati. Terlepas dari pro-kontra yang kemudian mengikuti penetapan perayaan Hari Ayah Nasional tersebut, sebenarnya kedudukan ayah dalam keluarga tak kalah penting dengan kedudukan seorang ibu, meskipun jika menurut Rasulullah Saw tidak semulia ibu.

Dalam hadis sahih riwayat Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548 disebutkan, suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah seharusnya aku harus berbakti pertama kali?” Nabi memberikan jawaban dengan ucapan, “Ibumu” sampai diulangi tiga kali, baru kemudian yang keempat Nabi mengatakan “Ayahmu”.

Meski demikian, dalam kisah yang lain Rasulullah pernah meneteskan air mata karena tindakan seorang anak terhadap ayahnya. Diceritakan seorang pemuda kaya melaporkan ayahnya kepada Nabi Muhammad karena ayahnya dianggap mencuri hartanya. Di hadapan Nabi, ayahnya tertunduk malu.

Lalu Nabi menanyakan kepada sang ayah itu: “Apa yang ada dalam hatimu sekarang?” Sang ayah itu tidak mau menjawab. Sekali lagi Nabi meminta orang tua itu mengungkapkan apa yang sesungguhnya ada dalam hati dan pikirannya. Lelaki tua itu akhirnya berucap sambil menangis, “Ya Rasullullah waktu dia masih kecil, aku rela tidak makan asalkan dia tetap kenyang. Aku rela tidak memiliki pakaian baru asalkan ia tetap berpakain selayaknya anak-anak yang lain. Ketika dia sakit, aku yang lebih dulu merasakan sakitnya dan mendoakan kebaikan untuknya. Di hari tua ku seperti sekarang ini, aku tidak mampu lagi bekerja dan berharap ia membantuku, tetapi ia membiarkan aku terlantar. Aku hanya mengambil makan secukupnya, ibunya dan keluarganya. Namun ini yang ia lakukan terhadapku.” Mendengar cerita ini Nabi pun meneteskan air mata, dan kemudian berdiri dan memegang leher pemuda itu sembari berkata, “Kamu dan hartamu milik ayahmu…”

Kisah tersebut bisa jadi terkait dengan hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, no. 2292, yang dinilai sahih oleh Al-Albani. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakek ayahnya yaitu Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, ada seorang yang menemui Nabi lalu mengatakan, “Sesungguhnya ayahku itu mengambil semua hartaku.” Nabi bersabda, “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu.” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya anak-anak kalian adalah termasuk jerih payah kalian yang paling berharga. Makanlah sebagian harta mereka.”

Terdapat sebuah hadis, meskipun hadis itu dinilai lemah (dhaif), yaitu bahwa surga itu berada di bawah kaki ibu, surga itu bisa diperoleh berdasarkan keridaan ibumu, namun perlu juga bahwa ayah adalah salah satu pintu dari pintu surga. Ayah adalah asal manusia. Wallahu a’lam bishawab. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi November 2020>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos