Assalamualaikum Ustazah. Bagaimana sebenarnya tata cara wudu ala Rasulullah yang benar? Karena saya mendapatkan penjelasan yang beragam perihal wudu ala Rasulullah. (Hamba Allah)

Konsultan: Ustazah Nursilaturahmah (Ma’had Abu Bakar Putri)

Wa’alaikumussalaam warahmatullahi wabarakaatuh. Salat merupakan ibadah terpenting bagi seorang muslim. Ibadah ini yang pertama kali nanti akan dihisab oleh Allah Swt. Untuk melaksanakan salat, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu, dan di antara syarat terpenting adalah suci dari hadats maupun najis. Untuk itulah disyaratkan wudu untuk mengangkat hadats kecil dan mandi besar untuk mengangkat hadats besar.

Karena ini semua merupakah ibadah mahdzah (ritual), maka yang kita lakukan harus sesuai betul dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Adapun tata cara wudu secara ringkas berdasarkan hadis Nabi Saw, dari Humran, bekas budak Utsman bin Affan, suatu ketika ‘Utsman memintanya untuk membawakan air wudu (dengan wadah), kemudian ia tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua tangannya. Maka ia membasuh kedua tangannya sebanyak tiga kali, lalu ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudu kemudian berkumur-kumur, lalu beristinsyaq dan beristintsar. Lalu beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, (kemudian) membasuh kedua tangannya sampai siku sebanyak tiga kali, kemudian menyapu kepalanya (sekali saja) kemudian membasuh kedua kakinya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengatakan, “Aku melihat Nabi Saw berwudu dengan wudu yang semisal ini dan beliau Saw mengatakan, “Barang siapa yang berwudu dengan wudu semisal ini, kemudian salat dua rakaat dengan khusyuk dan ia tidak berbicara di antara wudu dan salatnya, maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Bukhari  Muslim).

Dari hadis di atas dan beberapa hadis yang lain dapat kita simpulkan tata cara wudu Nabi Saw secara ringkas urutannya sebagai berikut: berniat wudu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats, mengucapkan basmalah (bacaan bismillah), membasuh dua telapak tangan sebanyak tiga kali, berkumur-kumur tiga kali, istinsyaq (memasukkan air dalam hidung) lalu istintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri sebanyak 3 kali, membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot (bagi laki-laki) sebanyak 3 kali, membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri, mengusap sebagian atau seluruh kepala kemudian telinga sisi dalam dengan dua telunjuk dan sisi luar dengan kedua jempol sebanyak 1 kali, membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-nyela jari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri, tertib dan berturut-turut, membasuh anggota wudu lainnya sebelum anggota wudu yang sebelumnya mengering, berdoa ketika telah selesai berwudu.

Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah salah seorang dari kalian berwudu dan ia menyempurnakan wudunya kemudian membaca, “Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah” melainkan akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang jumlahnya delapan, dan dia bisa masuk dari pintu mana saja ia mau.” (H.R. Muslim).

Dari rangkaian wudu di atas tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan kecuali dalam menyela-nyela jenggot, sebab perempuan tidak memiliki jenggot.

Adapun tata cara mandi besar sesuai tuntunan Rasulullah Saw, baik bagi laki-laki atau wanita adalah sebagai berikut: mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali bisa dengan sabun, melepas kepangan rambut (bagi wanita), membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri (untuk wanita jika mandi setelah haid atau nifas bisa menambahkan msk thaharah (wewangian; bisa air rebusan sere, sirih, dan lain-lain) untuk menghilangkan sisa-sisa bau darah, mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun, berwudhu dengan wudu yang sempurna seperti ketika hendak salat, mengguyur kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal rambut, lalu diratakan dengan shampo mulai bagian kanan lalu kiri dan menyela-nyelanya hingga rata, mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang kiri lalu diratakan dan digosok dengan sabun.

Tata cara tersebut berdasarkan pada hadis Rasulullah Saw. Dari ‘Aisyah, istri Nabi Saw bahwa ketika Nabi Saw mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangan beliau. Kemudian berwudu sebagaimana wudu untuk salat. Lalu memasukkan jari-jari beliau ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepala beliau, kemudian menyiramkan air ke atas kepala beliau dengan cidukan kedua telapak tangan beliau sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulit beliau.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Disebutkan juga dalam hadis lain, “Asma’ bertanya kepada Nabi Saw tentang mandi wanita haid, maka beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu engkau bersuci, lalu membaguskan bersucinya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya tadi. Kemudian engkau mengambil kapas bermisk (memakai wewangian), lalu bersuci dengannya. Lalu Asma’ berkata, “Bagaimana dia dikatakan suci dengannya?” Beliau bersabda, “Subhanallah, bersucilah kamu dengannya.” Lalu Aisyah berkata, seakan-akan menutupi hal tersebut, “Kamu sapu bekas-bekas darah haid yang ada (dengan kapas tadi)”. Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, maka beliau bersabda, ‘Hendaklah kamu mengambil air lalu bersuci dengan sebaik-baiknya bersuci, atau bersangat-sangat dalam bersuci kemudian kamu siramkan air pada kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mencurahkan air padanya’.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dari keterangan dua hadis di atas juga hadits-hadits yang lain menunjukkan bahwasannya secara umum cara mandi pun sama dengan wudu, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita kecuali dalam beberapa hal yang memang menjadi kekhasan masing-masing. <>