Thariq Bin Ziyad, Pembuka Pintu Islam Andalusia

Thariq Bin Ziyad, Pembuka Pintu Islam Andalusia

Oleh: Mukhamad Shokheh MA, Dosen Sejarah Unnes

Thariq bin Ziyad lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Dalam sejarah, dikenal dengan nama Taric el Tuerto (Taric yang memiliki satu mata). Sejarah abad pertengahan tidak menyajikan informasi perihal asal-usul Thariq bin Ziyad. Tidak banyak catatan mengenai masa kecil Thariq bin Ziyad, bahkan sejarawan seperti Imam Ibnu al-Atsir, ath-Thabari, dan Ibnu Khaldun tidak meriwayatkan masa kecilnya. Menurut Syauqi Abu Khalil dan dikutip oleh Alwi Alatas, Thariq bin Ziyad berasal dari keturunan Bani Hamdan dari Persia. Lebih lanjut, Alwi Alatas menyebutkan Thariq berasal dari keluarga muslim yang sejak kecil dididik secara Islam oleh ayahnya pada masa kekuasaan Uqbah bin Nafi di Ifriqiya.

Andalusia (Spanyol) merupakan negeri di Eropa yang pertama kali berada dalam pelukan Islam di zaman Kekhalifahan Bani Umayyah. Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Andalusia dikuasai bangsa Gotic, Jerman, dengan penguasa seorang raja bernama Roderick. Dia berkuasa dengan zalim dan menjadikan ketidaknyamanan rakyat Spanyol. Akibatnya, sebagian besar rakyatnya hijrah ke Afrika Utara, termasuk Gubernur Ceuta bernama Julian beserta Florinda putrinya. Para imigran yang mayoritas beragama Yahudi dan Kristen justru merasakan keadilan, keamanan, dan kenyamanan di bawah Pemerintahan Islam, Musa bin Nusair.

Berita tentang keadilan Islam Afrika Utara terdengar oleh masyarakat Andalusia. Oleh karena itu, mereka meminta tolong kepada umat Islam untuk membebaskan dari kezaliman. Segera setelah permintaan tersebut sampai kepada Thariq, dia melapor kepada Musa bin Nushair meminta izin membawa pasukan menuju Andalusia. Kabar ini disampaikan Musa kepada Khalifah al-Walid bin Abdul Malik dan beliau menyetujui ekspansi penaklukkan Andalusia.

 

Menaklukkan Andalusia

Pada bulan Juli 710 M, 500 pasukan Muslim terbaik berangkat dengan empat kapal laut. Pasukan ini bertugas mempelajari medan perang Andalusia. Setelah persiapan cukup dan kepastian kabar telah didapatkan, Thariq membawa 7.000 pasukan dan disusul 5.000 pasukan tambahan melintasi lautan menuju Andalusia. Sesampainya di Andalusia, Roderick bersama 100.000 pasukan beserta peralatan perang lengkap telah bersiap menyambut kedatangan mereka.

Setelah berhasil menyeberang ke daratan Spanyol, Thariq mengambil langkah yang mencengangkan musuhnya. Dia membakar perahu yang digunakan untuk mengangkut pasukannya seraya berdiri di hadapan tentaranya dan berpidato dengan lantang;

“Di mana jalan pulang? Laut berada di belakang kalian. Musuh di hadapan kalian. Sungguh kalian tidak memiliki apa-apa kecuali sikap benar dan sabar. Musuh-musuh kalian sudah siaga di depan dengan persenjataan mereka. Kekuatan mereka besar sekali. Sementara kalian tidak memiliki bekal lain kecuali pedang, dan tidak ada makanan bagi kalian kecuali yang dapat kalian rampas dari tangan musuh-musuh kalian. Sekiranya perang ini berkepanjangan, dan kalian tidak segera dapat mengatasinya, akan sirnalah kekuatan kalian. Akan lenyap rasa gentar mereka terhadap kalian. Oleh karena itu, singkirkanlah sifat hina dari diri kalian dengan sifat terhormat.

 

Pidato yang menggugah itu merasuk ke dalam sanubari pasukannya dan menguatkan semangat jihad pasukan Muslim.

Pada 19 Juli 711 M, pasukan Thariq yang saat itu berjumlah 12.000 personel, berhadapan dengan Raja Roderick dan pasukannya di mulut sungai (Rio) Barbate. Peperangan berlangsung selama delapan hari di Bulan Ramadan. Pasukan Roderick pada awalnya unggul, akhirnya berhasil dipukul mundur. Keimanan dan janji kemenangan di jalan Allah telah memantapkan kaki pasukan Islam dan menghilangkan rasa takut dari dada mereka. Di hari ke-8, Allah memenangkan Islam atas bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di Andalusia.

            Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad tidak hanya mengalahkan penguasa zalim di Eropa, tetapi juga berhasil menaklukkan hati bangsa Eropa dengan memeluk Islam. Mereka berhasil menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama mulia dan memuliakan.

Melanjutkan Perjuangan

Perjalanan sejarah umat Islam di Andalusia meninggalkan warisan bagi generasi Muslim sesudahnya. Perjalanan hidup Panglima Thariq, telah menjadi bagian dari sejarah kepahlawanan Islam. Nama pejuang Islam ini diabadikan di semenanjung perbukitan karang setinggi 425 m tempat pasukannya pertama kali mendarat di pantai tenggara Spanyol. Jasa Thariq dan kepahlawanannya telah diabadikan dengan nama Selat Gibraltar penghubung Maroko dan Spanyol.

Andalusia adalah warisan Thariq dan orang Moor, dengan sentuhan kombinasi antara Islam, keajaiban arsitektur, makanan, seni, dan budaya. Sayang kejayaan selama kurang lebih 8 abad, berakhir dengan kenangan memilukan, ketika kerajaan Granada dibawah Abu Abdillah Muhammad Ash-Shagir, ditaklukkan oleh aliansi kerajaan-Kristen di Andalusia.

Runtuhnya Andalusia memberi pelajaran, bahwa kekuasaan sehebat apa pun, jika terjerumus dalam kemewahan dunia yang melalaikan, akan berakhir dengan keruntuhan. 800 tahun Imperium Islam Andalusia dapat jatuh dan beralih menjadi imperium Kristen. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi November 2017>

 

Redaksi
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos