Summayah binti Khayyat, Syahidah Pertama

Summayah binti Khayyat, Syahidah Pertama

Oleh: Mukhamad Shokheh, M.A., Dosen Sejarah Unnes

            

Sumayyah binti Khayyat (sebagian sejarawan menulisnya dengan Summayah binti Khabath) adalah seorang hamba Abu Huzaifah bin Mughirah. Suaminya bernama Yasir. Mereka dikaruniai seorang putra bernama ‘Ammar bin Yasir. Kisah tentang Summayah adalah cerita tentang darah syahid pertama yang mengalir di muka bumi ini. Kisahnya memiliki pengaruh sangat kuat untuk generasi muslim sesudahnya. Dia menjalani kehidupannya dengan berbagai ujian dan menyelesaikannya dengan sebuah titel kesuksesan terbesar, yaitu kesyahidan.

Diceritakan Yasir, Al-Harits dan Malik yang merupakan tiga bersaudara datang ke Mekah untuk mencari saudara mereka yang lama menghilang. Sejak itu, mereka terus mencari ke berbagai pelosok negeri hingga sampai di Mekah. Namun, di kota ini pun mereka tidak menemukannya. Karena itu, Al-Harits dan Malik memutuskan pulang ke Yaman, sedangkan Yasir tetap tinggal di Mekah. Ada tradisi yang berlaku di masyarakat Arab, apabila orang asing tinggal di suatu negeri, maka dia harus mengikat perjanjian dengan salah seorang tokoh di kota tersebut. Yasir mengikat perjanjian dengan Abu Hudzaifah bil Al-Mughirah.

Abu Hudzaifah, tokoh terkemuka Mekah ini menyukai Yasir karena kebaikan akhlaknya. Abu Hudzaifah ingin memperkuat hubungannya dengan Yasir, sehingga dia menikahkan Yasir dengan budak perempuannya yang bernama Sumayyah binti Khabath. Dari pernikahannya dengan Sumayyah, Yasir dikaruniai seorang putra bernama ‘Ammar. Kebahagiaan mereka semakin sempurna, ketika Abu Hudzaifah memutuskan untuk membebaskan ‘Ammar dari statusnya sebagai budak. Tidak lama kemudian, Abu Hudzaifah meninggal dunia.

Keluarga Summayah Masuk Islam

Setelah Abu Hudzaifah meninggal, keluarga Sumayyah hidup di bawah perlindungan Bani Makhzum sampai ‘Ammar menginjak dewasa dan Sumayyah dan Yasir memasuki usia tua. Sampai datang masa diutusnya Rasulullah Muhammad Saw untuk menyampaikan kebenaran Islam dari Allah Swt. Berita tentang keberadaan Muhammad Saw terdengar sampai telinga ‘Ammar. Selanjutnya, dengan rasa penasaran dia mendatangi Rasulullah Saw di rumah Arqom bin Arqom dan mendengarkan langsung wahyu yang diturunkan kepada beliau. Di sini ‘Ammar bersyahadat dan menyatakan diri masuk Islam.

Setelah berislam, ‘Ammar langsung menemui ibunya, Sumayyah, dan menyampaikan agama Islam kepada ibunya. Gayung pun bersambut, Summayah menyambut seruan Islam dengan penuh keyakinan. Selanjutnya, Yasir juga bersegera menyambut ajakan putranya untuk memeluk Islam. Sumayyah pun menjadi orang ketujuh yang masuk Islam. Dia adalah orang yang masuk Islam pada hari ke-7. Dia termasuk 7 orang yang pertama sekali menunjukkan keislamannya di Mekah. Mereka adalah Rasulullah, Abu Bakar, Bilal, Khabbab, Shuhaib, ‘Ammar dan Sumayyah.

 

Penyiksaan Kaum Kafir

Dari sinilah dimulainya sejarah yang agung bagi Sumayyah, yang bertepatan dengan permulaan dakwah Islam. Bani Makhzum mengetahui Summayah dan keluarganya telah masuk Islam. Hal ini mengingat mereka berani mengumumkan keislamannya secara terbuka. Bani Makhzum segera menangkap dan menyiksa keluarga Yasir. Bani Makhzum memaksa agar Summayah dan keluarganya kembali ke ajaran lama. Mereka membawa Sumayyah ke padang pasir dan menaburinya dengan pasir panas, kemudian meletakkan di atas dadanya sebongkah batu. Meskipun demikian, tiada terdengar rintihan atau pun ratapan, melainkan ucapan, “Ahad … Ahad ….” Sumayyah mengulangi kata tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Yasir, ‘Ammar, dan Bilal.

Suatu ketika, Rasulullah Saw mengetahui penyiksaan atas keluarga Summayah, maka beliau menengadahkan ke langit dan berseru, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.” Sumayyah mendengar seruan Rasulullah Saw maka beliau bertambah tegar. Dengan berani, dia mengulang-ulang perkataan, “Aku bersaksi bahwa engkau (Muhammad) adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.”

Di dalam bukunya, Nisaa` min ‘Ashri An-Nubuwwah, Syaikh Ahmad Khalil Jam’ah menegaskan Summayah adalah seorang wanita yang memiliki kesabaran yang pantas diteladani. “Dia menjadikan kesabaran sebagai sebuah syiarnya.,” ini mengingat, dalam kondisi yang sudah tua renta, tetapi mampu menghadapi siksaan orang-orang kafir. Begitulah, Sumayyah telah merasakan kelezatan dan manisnya iman. Sampai akhir hayatnya, Summayah tetap teguh dengan imannya. Dia berada di garis depan wanita mukmin yang tulus dan segera menerima Islam serta istikamah sampai tutup usianya. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Desember 2017. Sumber Foto: idntimes.com>

Redaksi
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos