Suami Perlu Pengakuan, Istri Perlu Pengertian

Suami Perlu Pengakuan, Istri Perlu Pengertian

Suami dan istri adalah dua makhluk unik yang tidak sama (berbeda) dalam banyak sifat serta karakter. Sejak dari penciptaannya, laki-laki dan perempuan memang sudah memiliki konstruksi otak, perasaan dan jalan pikiran yang berbeda. Potensi yang paling banyak digunakan juga menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Untuk itu, yang bisa dilakukan adalah berusaha saling melengkapi, mengerti, memahami, dan tidak menuntut kesamaan dalam sifat dan karakter.

Menurut John Gray, salah satu perbedaan laki-laki dan perempuan adalah dalam cara menghadapi masalah. Suami dan istri harus mengetahui perbedaan ini agar mereka bisa saling mengerti dan menyesuaikan diri dengan karakter pasangan saat menghadapi masalah.

Laki-laki Perlu Pengakuan Kemampuan

Laki-laki menganggap penting keahlian, maka ketika menghadapi masalah dalam kehidupannya, mereka tidak memerlukan pernyataan ‘turut berduka cita’ dari istrinya. Hal itu justru bisa dianggap sebagai sikap yang melecehkan dirinya. Misalnya: “Aku ikut sedih atas masalahmu yang berat. Aku tidak tahu bagaimana engkau harus menghadapinya.” Pernyataan seperti ini malah akan dianggap sebagai hal yang cengeng bagi suami.

Saat suami menghadapi masalah berat, yang diperlukan bukanlah hiburan atau ungkapan “kesedihan”, namun pengakuan dan peneguhan istri bahwa masalah yang berat itu pasti akan bisa dihadapi oleh suami dengan baik. Misalnya: “Aku yakin masalah ini akan bisa Abang lalui dengan baik.” Kalimat itu menunjukkan pengakuan dan kepercayaan istri atas kemampuan suami dalam menghadapi masalah. Dengan diberikan kepercayaan, maka suami akan merasa lebih nyaman untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang dikehendakinya.

Itulah sebabnya, suami cenderung bersikap diam dan menutup diri ketika menghadapi masalah. Dia tak ingin tampak lemah di hadapan istri, maka dia mencoba menyelesaikan masalah yang dihadapi tanpa melibatkan istri.

Perempuan Perlu Empati dan Pengertian

Ketika perempuan menghadapi masalah berat dalam hidupnya, dia memerlukan pengakuan, empati dan pengertian dari suami atas beratnya masalah tersebut. Istri memerlukan semacam ‘bela sungkawa’, sebagai bentuk kepedulian dan respon empati suami. Bukan pengakuan atas kemampuan atau keahlian istri dalam menghadapi masalah itu.

Sebaiknya suami menghibur istri dengan ungkapan yang memberikan empati dan pengakuan: “Aku bisa memahami apa yang kau rasakan saat. Masalahmu sungguh berat. Aku sedih bahwa engkau harus berhadapan dengan masalah pelik seperti ini.”

Bagi perempuan, salah satu cara meringankan beban masalah adalah dengan cara menceritakan masalah tersebut kepada orang lain. Maka hendaknya para suami bersedia menyediakan waktu dan perhatian untuk menampung berbagai keluh kesah istri. Dengan mendengarkan semua curhat istri, maka hal itu telah membuat ringan perasaan istri sehingga beban masalah terasa telah terkurangi.

Berikutnya, yang diperlukan oleh istri adalah upaya mencari penyelesaian atas masalah yang dihadapi bersama suami. Dia sangat berharap suami tidak ‘meninggalkan ia sendirian’ dan menguatkan saat berusaha mencari penyelesaian masalah. Istri menghendaki kebersamaan, bukan pengakuan keahlian. Maka istri merasa nyaman apabila ada empati dan kebersamaan suami dalam menghadapi masalahnya.

Menuju Kebersamaan bersama Pasangan

Dengan mengerti perbedaan umum antara laki-laki dan perempuan tersebut bukan berarti suami dan istri harus ‘menyerah’ sesuai dengan karakter umum itu. Kedua belah pihak perlu merumuskan sikap yang bisa membuat nyaman keduanya. Misalnya, ketika suami sedang menghadapi masalah, kendati ada kecenderungan untuk diam menarik diri, namun jangan terlarut dalam diamnya. Ini justru membuat tidak mampu menyelesaikan masalah itu.

Dari pihak istri, jangan memaksakan untuk melakukan intervensi kepada suami dalam upaya membantu menyelesaikan masalah suami, jika memang itu tidak dikehendaki suami. Cukuplah suami mendapatkan dukungan kepercayaan agar merasa nyaman dalam menyelesaikan problem yang dihadapinya. Jika istri terlalu masuk untuk mencampuri urusan suami, justru membuatnya tidak nyaman.

Demikian pula ketika istri tengah menghadapi masalah, hendaknya bersikap tenang dan proposional. Kendati sangat ingin menceritakan semua hal kepada suami, jangan memaksakan suami ketika suasana tidak tepat. Pandailah melihat kondisi dan situasi, agar suami bisa memahami persoalan yang dicurhatkan dengan baik. Ini akan sangat menentukan respon dan sikap suami terhadap masalah yang diungkapkan istri.

Pada dasarnya, hendaknya suami dan istri saling mengerti, memahami dan menyesuaikan diri dalam interaksi. Agar bisa saling mengisi, saling memberi, saling menguatkan dalam kebaikan. Perbedaan karakter dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut bisa disikapi dengan tepat oleh kedua belah pihak sehingga bisa saling bisa saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan.

[Penulis: Cahyadi Takariawan, Trainer dan Konselor di Jogja Family Center. Dimuat di Majalah Hadila Edisi Agustus 2015]

 

Taufik
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos