Soal Penggunaan HP, Prinsip atau Tidak Prinsip?

Soal Penggunaan HP, Prinsip atau Tidak Prinsip?
Sumber: shutterstock

Oleh: Mutoharun Jinan (Pakar Parenting asal Surabaya)

 Hadila– Mari ingat kembali alasan kita untuk pertama kalinya membelikan HP untuk anak kita. Mayoritas kita akan menjawab untuk mempermudah komunikasi antara orang tua dan anak. Alasan ini masih dalam kategori sangat prinsip. Beberapa tahun kemudian, dia meminta HP yang lebih canggih untuk dapat mengakses internet karena beberapa aktivitas belajar di sekolah memang membutuhkan akses internet. Kita pun membelikan mereka karena secara prinsip ada manfaat dan mereka memang membutuhkannya.

Setelah untuk kebutuhan akses internet bagi keperluan belajar, beberapa anak menggunakannya HP tersebut untuk masuk social media dan bermain game. Kita pun mencari cantolan alasan bahwa mereka melakukannya sebagai rekreasi di sela-sela tugas belajar yang padat dan panjang. Kita pun menerima alasan tersebut karena memang dapat diterima oleh logika pikir kita.

Perkembangan selanjutnya adalah anak-anak kita lebih sering mengakses sosial media dan game daripada belajar. Waktu-waktu efektif mereka untuk belajar mereka gunakan untuk bersosial media dan bermain game. Mereka meninggalkan hal-hal yang prinsip dari keberadaan HP untuk komunikasi, membantu proses belajar, dan sedikit rekreatif, lalu mengutamakan yang tidak prinsip untuk bermain game dan sosial media.

Masihkah kita tidak bertindak melihat hal-hal ini dan menunggu hingga anak-anak kita tidak mampu melepaskan diri mereka dari hal yang tidak prinsip?

Bahkan di antara kita mencarikan alasan bagi mereka; “Kita tidak bisa menghindarkan mereka dari kondisi ini karena lingkungan mereka, atau yang penting mereka tetap naik kelas dan tidak pernah gagal.”

Saya masih ingat sebuah statement menarik pada sebuah warung di sebuah kota, “Jangan sampai kerjamu mengganggu ngopimu”. Pernyataan ini sangat mengusik hati saya bahwa banyak hal sekarang yang utama menjadi yang kedua dan yang kedua bahkan ketiga bisa menjadi yang utama.

Saya khawatir akan juga muncul pernyataan pada diri anak kita walau pun tidak tertulis, “Jangan sampai belajarmu mengganggu main game-mu”. Yang prinsip disingkirkan dan yang tidak prinsip diutamakan.<Dimuat di Majalah Hadila Edisi September 2016>

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos