Raih Keuatamaan Ibadah Kurban

Raih Keuatamaan Ibadah Kurban

Ibadah kurban adalah bentuk ketaatan seorang hamba kepada perintah Allah Swt. Ibadah ini sekaligus merupakan wujud nyata rasa syukur manusia atas segala nikmat yang diberikan kepadanya.

Bagaimana sebenarnya hakikat ibadah kurban? Berikut wawancara Hadila dengan dai lulusan Mesir, Ustaz Tri Bimo Soewarno.

Apa makna ibadah kurban?

Kalau dalam kajian fikih, kurban adalah ujian. Berkurban ada nuansa berbagi kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Kalau dari segi hukumnya sunah muakad bagi yang mampu melaksanakan kurban. Dalam satu riwayat dijelaskan, kurban itu wajib untuk Rasulullah, tapi tidak wajib atau sunah untuk umatnya. Sunah yang dimaksudkan adalah sunah muakad bagi yang mampu berkurban. Kalau seseorang mampu berkurban, tapi dia tidak berkurban berarti dia melakukan  satu hal yg makruh.

Dalam kondisi saat ini soal batasan waktu, secara normatif, kurban baru dikatakan kurban kalau dilaksanakan setelah Salat ‘Id hingga tanggal 13 Dzulhijjah sebelum terbenamnya matahari. Kalau sebelumnya diistilahkan dengan sedekah. Jika matahari sudah terbenam, masuk 14 Dzulhijjah.

Bagaimana kriteria orang yang mampu berkurban?

Secara umum adalah orang yang bisa memenuhi kebutuhan primernya, lalu ada sisa penghasilan atau sisa materi yang bisa digunakan untuk berkurban. Baik berkurban dengan kambing, atau yang musyarakah satu sapi untuk tujuh orang. Namun yang kadang terjadi, saking semangatnya beribadah, berkurban tapi utang. Itu terlalu dipaksanakan. Hal itu sebaiknya tidak dilakukan karena memaksanakan diri. Jika seseorang tidak mampu secara finansial, dia memang tidak disunahkan untuk berkurban. Diri kita sendiri yang bisa mengukur apakah kita mampu berkurban atau tidak.

Bagaimana aturan terkait hewan kurban?

Kurban itu baik ewan kurbannya jantan atau betina sebenarnya sama saja. Kenapa di masyarakat dianjurkan untuk berkurban dengan hewan betina, sebenarnya hanya untuk menjaga populasi. Jadi sebenarnya berkurban dengan hewan jantau atau betina dibolehkan, baik itu sapi, kambing, unta, boleh semua.

Satu hewan kurban pada dasarnya bisa mengcover satu keluarga, walaupun dengan nama tertentu. Misalnya berkurban sapi untuk 7 orang, kemudian ada nama saya, maka nama saya ini sebenarnya sudah mengcover saya dan siapa yang hidup dengan saya, yaitu istri saya, anak-anak.

Bagaimana pahala yang dijanjikan Allah Swt bagi orang yang berkurban?

Kalau dalam banyak referensi dijelaskan  akan mendapatkan pahala berlimpah dr Allah. Itu bagian dari ittiba’ sunah Rasul dan Nabi Ibrahim. Orang yang berkurban juga mendapatkan pahala berbagi dengan sesama. Jadi mendapatkan akumulasi dari pahala-pahala.

Apa hikmah ibadah kurban?

Pertama jelas ittiba’ sunah Nabi Ibrahim, kemudian Rasulullah. Hikmah lainnya bisa berbagi dengan sesama. Yang paling inti itu sabar dalam ketaatan, karena memang salah satu level sabar paling tinggi adalah sabar dalam ketaatan, dalam menjalankan perintah Allah, baik yang wajib maupun sunah. Sunah itu bisa sunah biasa, bisa sunah muakadah.

Prinsipnya, orang yg mampu secara finansial , kalau tidak melihat perspektif agama, bisa jadi dia tidak berkurban. Jadi kalau sabar menaati perintah Allah itu antara dua pilihan. Ada orang yang tetap melaksanakan ketaatan, ada juga orang yang sebenarnya dia bisa melakukan ketaatan, tapi dia kemudian tidak melakukan ketaatan tersebut. Termasuk sabar meninggalkan larangan Allah, sebenarnya dia mampu meninggalkan , tapi dia melakukan karena menuruti hawa nafsu, itu dua pilihan.

Sabar dalam ketaatan lebih berat daripada sabar dalam kondisi  musibah seperti sata ini. Karena ketika terjadi musibah, kita mau tak mau harus sabar, tidak ada pilihan lain.

Motivasi terbesar apa yang harus dimiliki agar muslim yang punya kemampuan berkurban tetep berkurban walau mungkin kebutuhan primer tetap harus dipikirkan?

Prinsip utamanya adalah terpenuhinya kebutuhan primer kita, lalu ada materi lebih  yang kita miliki. Kadang kita berpikir penuhi kebutuhan sampingan atau sekunder. Mestinya dalam kondisi saat ini, tetap harus ada sebagian yang kita miliki, kita alokasikan untuk orang lain, termasuk salah satunya jika ada kelebihan materi untuk berkurban, maka itu sangat baik.

Semakin kondisi itu dibutuhkan orang, semakin kita mengalahkan kebutuhan tersier kita atau kebutuhan sekunder kita, demi menyenangkan orang lain. Jika demikian artinya secara sadar atau tidak sadar kita sudah itsar. Dan pahala itsar sangat luar biasa. Itsar dalam konteks kita mengutamakan orang lain, dari kebutuhan tersier atau sekunder kita. Itu yang dilakukan para sahabat. Bahkan level para sahabat, mereka itsar dalam kebutuhan primer. <Eni Widiastuti>

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos