Pertahanan Terakhir

Pertahanan Terakhir

 لَتُنْقَضَنَّ عُرَى اْلإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ

“Sungguh ikatan-ikatan Islam benar-benar akan terlepas satu per satu. Setiap satu ikatan terlepas, manusia memegangi ikatan berikutnya. Yang pertama kali terlepas ialah hukum dan yang terakhir ialah salat.”

 

Matan hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya: 22160; Ibnu Hibban dalam Shahih-nya: 6715; Al-Hakim dalam Mustadrak-nya: 7022; dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab-nya: 4894 dan 7118. Al-Albani menilai hadis ini shahih. (lihat Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir Wa Ziyaadatih: 5075).

Penulis kitab At-Taysir Bisyarh Al-Jami’ Ash-Shagir, Zainuddin Al-Manawi (952 – 1031 H), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ikatan-ikatan Islam dalam hadis ini ialah cabang-cabang iman. Penjelasan yang sama juga disampaikan oleh penulis kitab At-tanwir Syarh Al-Jami’ Ash-Shagir, Izzuddin Ash-Shan’ani (1099 – 1182 H). Penjelasan ini mengisyaratkan adanya sekumpulan prinsip-prinsip Islam yang harus dijaga dan dipegang erat-erat oleh setiap orang yang beriman. Ini menjadi keharusan sebagai bentuk konsekuensi dari iman. Ini dikarenakan iman bukan sekedar keyakinan dan pernyataan. Tapi, ia mencakup keyakinan, pernyataan, dan perbuatan sekaligus.

Prinsip-prinsip ini banyak sekali ragamnya. “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih,” sabda Rasulullah Saw sebagaimana dituturkan kembali oleh Al-Bukhari dan Muslim. Hanya saja, sepeninggal Rasulullah Saw, satu demi satu prinsip-prinsip ini (akan) terlepas dari genggaman umat. Semakin jauh jarak umat dengan masa Rasulullah Saw, semakin banyak prinsip yang terlepas.

Di antara prinsip-prinsip ini, terdapat prinsip berhukum dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya. Orang yang beriman harus berusaha untuk memegang erat-erat prinsip ini. Kalau tidak, ia akan tersesat. Rasulullah Saw bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Malik, “Telah aku tinggal di tengah kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnah rasul-Nya.”

Ya, orang yang beriman harus tunduk pada keputusan Allah Swt dan rasul-Nya. Dia tidak boleh menolak atau mencari alternatif lain. Allah Swt berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” [Q.S. Al-Ahzab (33):36]

Prinsip berhukum dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya ini telah disinyalir oleh Rasulullah Saw akan lepas pertama kali dari genggaman umat. Apa yang disinyalir oleh beliau telah menjadi kenyataan. Sekarang, tak sedikit ketentuan syariah yang diabaikan. Ketentuan hukum manusia dan hawa nafsunya lebih dipilih ketimbang ketetapan hukum Islam. Dalam banyak aspek, manusia mengabaikan prinsip halal-haram.

Selain prinsip berhukum dengan ketentuan Allah dan rasul-Nya, di antara prinsip-prinsip yang juga harus dipegang erat-erat oleh orang yang beriman, ialah ibadah salat. Ibadah ini merupakan rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Bahkan ia disebut-sebut sebagai tiang Islam. Artinya, jika ia ambruk, ambruklah bangunan Islam. “Pokok segala urusan ialah Islam, tianganya ialah salat, dan puncaknya ialah jihad,” sabda Rasulullah Saw sebagaimana dituturkan ulang oleh At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ahmad.

Saking agungnya ibadah salat ini, sampai-sampai anak-anak, pada usia tujuh tahun, sudah diperintahkan menjalankannya dan, pada usia sepuluh tahun, mereka boleh dipukul jika tidak melakukannya. Perhatian Islam terhadap salat yang seperti ini tidak ditemukan pada prinsip Islam lainnya.

Karena kuatnya prinsip ini, ia harus dijaga dan dipelihara kuat-kuat oleh orang yang beriman. Jangan sampai terlepas. Allah Swt berfirman, “Dan ini (Alquran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara salat mereka.” [Q.S. Al-An’am (6):92]

Berdasarkan pada apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Saw dalam matan hadis ini, maka salat akan menjadi pertahanan terakhir dari simpul-simpul Islam. Ia menjadi yang terakhir lepas dari genggaman umat. “Sesunnguhnya yang pertama kali diangkat dari manusia ialah amanat, dan yang terakhir kali tersisa dari agama mereka ialah salat,” sabda Rasulullah sebagaimana dituturkan kembali oleh Al-Baihaqi. Lantas, pada apa lagi umat akan berpegang kalau salatnya telah roboh? Wallaahu a’lam.<>

[Penulis: Tamim Aziz, Lc., M.P.I., Pengasuh Pondok Pesantren Ulin Nuha

Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Dimuat di Majalah Hadila Edisi Juni 2016]

Taufik
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos