Mencari Kapal dengan Nakhoda Satu Hati

Mencari Kapal dengan Nakhoda Satu Hati
Ilustrasi Sumber: Freepik

Tidak sekali dua menemani sahabat yang perahu kehidupannya hampir pecah. Entah kenapa, sering berada pada posisi sebagai saksi yang menyaksikan pelan-pelan tenggelamlah kapal. Pada saat saya pribadi belum menikah, harus menjadi saksi perjuangan sahabat mempertahankan biduknya. Ada perempuan lain yang dibawa suami ke dalam rumah tangga mereka. Dengan alasan kasihan dan ingin menolong, suami sahabat meminta sahabat menerima ‘tamu’ itu dan  merawatnya. Pada saat sahabat baru melahirkan anak pertama mereka.

Biduk yang coba dipertahankan dengan berbagai cara itu akhirnya pecah juga. Suami mengklaim kalau pernikahan itu gagal karena orang tua sahabat terlalu banyak campur tangan dengan kehidupan mereka. Sahabat sendiri tidak banyak berkomentar selain menyesali kekurangannya sebagai istri pertama yang berubah-ubah perasaan. Kadang menerima calon madu, kadang menolak. “Ini yang membuat dia marah,” jelas sahabat. Saya hanya bisa mengumpat dalam hati. Lelaki waras mana yang tega meminta istrinya merawat calon istri kedua di rumah mereka? Sesakit apa pun dia.

Mantan telah berlayar dengan kapal kedua, ketiga, bahkan keempat. Sedangkan sahabat lama berjuang sendiri membesarkan anaknya. Setelah lebih satu dekade barulah Allah takdirkan dia bertemu dengan lelaki yang berbesar hati menerimanya, janda dengan satu anak.

Ini hanya salah satu kisah yang saya saksikan. Tidak sekali dua merawat kenalan korban kekerasan dalam rumah tangga. Di Inggris bahkan terpaksa membawanya ke dokter karena dia melemparkan dirinya dari atas tangga dengan harapan anak dalam kandungannya ‘drop’. Dia tidak ingin punya bayi karena pernikahannya dengan suami selalu penuh pertengkaran. Saya melihat biru-biru tubuhnya. Suami saya yang sangat pendiam terpaksa turun tangan mengajak lelaki itu berdiskusi. Saya bahkan sampai mengancamnya, jika kekerasan terjadi lagi, saya akan panggil polisi. Di Inggris, hukum sangat keras pada pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Pemerintah juga mendukung eksistensi ‘safe house’ bagi perempuan yang terancam.

Di Indonesia, rumah kami pernah diketuk oleh yang sedang dikejar suaminya. Tangannya berdarah, kena lempar piring. Dengan gemetar yang tidak bisa disembunyikan, dia membawa lari bayi perempuannya dan meminta perlindungan ke rumah kami. Katanya, suaminya demikian jika sedang mabuk. Saya dukung dia untuk bercerai karena kekerasan fisik itu bukan yang pertama. Apalagi ada banyak cerita tentang perempuan lain. Dia menolak. Dia yatim yang tidak memiliki keluarga dekat. Jika bercerai, apa yang akan terjadi dengannya dan anaknya. “Semoga suami berubah,” harapnya.

Hampir selalu, usai kasus-kasus banyak diskusi dengan pasangan, apa sebab dari berbagai hal di atas? Lalu, apa pelajaran yang bisa diambil? Bagaimana yang lain menghindari kondisi itu?

Saya dan suami selalu berpandangan, ‘it takes two to tango’, tangan selalu perlu dua hingga bisa bertepuk. Terlepas dari bakat ‘gila’ sebagian lelaki, pihak perempuan juga punya peran. Entah apa, tapi pasti ada. Walau saya cenderung membela perempuan dalam kasus-kasus di atas, kesalahan terburuk yang bisa saya sematkan pada mereka ialah mereka salah menerima lamaran. Sejatinya, lelaki-lelaki di atas jika datang, harus dijauhi, bukan diterima.

Tanyakanlah pada calon suami apakah dia Salat Subuh tepat waktu ke masjid. Ini saran saya pada semua gadis yang sedang dalam proses pernikahan. Salat Subuh tepat waktu ke masjid adalah parameter ketaatan seorang lelaki pada Rabbnya. Dia meletakkan Tuhan sebagai yang dia cintai dan harapkan rida-Nya. Lelaki yang takut dengan murka-Nya ini cenderung akan menjadi pasangan yang lebih baik.

Berikutnya yang ditanyakan ialah bagaimana hubungannya dengan ibu dan saudara perempuannya. Lelaki yang santun dan menghormati ibunya, biasanya suami yang santun pada perempuan lain. Lelaki yang melindungi saudara perempuannya juga suami yang melindungi istri.

Setelah itu, biasanya pertanyaan tentang hubungan spesialnya dengan perempuan lain. Apakah dia pernah berpacaran? Jika iya, sejauh mana pacaran mereka? Ini pertanyaan penting juga untuk mengetahui hati dan masa lalu seperti apa yang dia miliki. Saya mendapati ada pernikahan yang bubar karena suami bertemu dengan mantan pacarnya waktu SMA. Walau sudah sama-sama menikah, suami berkeras ingin menikahi mantan. Akhirnya mantan pacar ini bercerai dari suaminya hingga kemudian menikah dengan lelaki, pacarnya waktu SMA. Kabarnya dia dan istri pertama juga kemudian diceraikan karena lelaki ini kepincut mualaf rekan kerjanya. See, lelaki yang hatinya mudah mendua, akan selalu punya alasan untuk mencari yang ketiga, atau keempat.

Terakhir dan paling penting tentu saja mendiskusikan visi dan misi pernikahan. Apa yang mendorongnya menikah? Apa yang menjadi targetnya dalam penggenapan din ini. Visi misi akan menunjukkan dengan jelas model pernikahan apa yang hendak diperjuangkan lelaki ini. Apakah model yang dia bayangkan sama dengan pernikahan yang diidamkan gadis.

Kesamaan misi yang dicari adalah pernikahan yang ditujukan sebagai sarana mencari surga di akhirat. Misi ini akan mengokohkan ikatan karena urusan yang sedang diperjuangkan tidak sekadar persoalan dunia, tapi lebih jauh lagi adalah akhirat. Ikatan yang kokoh yang menghambat masuknya unsur-unsur pengganggu pernikahan, seperti perempuan/lelaki idaman lain. <>

 

Ditulis oleh Maimon Herawati terbit di Majalah Hadila Edisi 151 Januari 2020

Ifa
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos