Meminta pada Allah Yang Maha Kaya

Meminta pada Allah Yang Maha Kaya

Hadila.co.id Seorang mahasiswi berdiri di hadapan anak-anak kelas IV sebuah SD di kota Solo,  menyampaikan hasil pengamatan dan penelitiannya. “Ternyata anak-anak di kelas ini semua kaya, kecuali Nisaa’,” simpulnya.

Nisaa’ yang merasa dibedakan karena dari keluarga miskin, berdiri seraya berkata, “Mbak salah, siswa di kelas ini miskin semua, karena semua masih minta uang sama orangtuanya, termasuk Mbak. Kalau saya, karena orangtua saya miskin, saya mintanya sama Allah.”

Sebuah dialog yang mencerahkan sekaligus menyadarkan kita. Bagaimana seorang anak seusia Nisaa’ bisa memberikan respon luar biasa atas ungkapan bully yang dialamatkan padanya, yang semestinya membuatnya tertunduk malu atau menangis tersedu.

Betapa sering tanpa kita sadari, anak-anak kita menjadi korban bully teman, guru atau orang-orang di sekitar mereka yang bisa mempengaruhi kepribadian mereka. Dalam kadar tertentu, ejekan atau bully tersebut bisa mengancam keselamatannya.

Biarkan Dunia Mengenangmu

Beberapa waktu belakangan ini kita sering mendengar berita ada anak bunuh diri karena diejek oleh teman-temannya, baik secara langsung maupun lewat sosial media. Masih hangat dalam ingatan kita, ada seorang siswi di sekolah elit King’s College di Taunton, Somerset, Inggris bunuh diri gara-gara sering diejek gendut oleh teman-temannya di sekolah.

Jepang adalah salah satu negara dengan jumlah bunuh diri di kalangan anak-anak, cukup tinggi. Mereka memilih mengakhiri hidup, salah satunya karena sering diejek (di-bully).

Setiap orangtua semestinya membekali anak-anak dengan karakter pribadi yang kokoh, sehingga tidak mudah jatuh atau down saat berhadapan dengan berbagai peristiwa buruk yang menimpanya sewaktu-waktu. Tidak mungkin orangtua memantau dan mendampingi anak 24 jam, sementara “serangan buruk” bisa terjadi kapanpun dan dimanapun.

Menengok Rumah Masa Depan dan Pemutus Kenikmatan

Kecil-kecil cabe rawit, barangkali kalimat yang pas untuk sosok Nisaa’. Jawaban lisan mungilnya memberikan gambaran keteguhan karakter seorang anak saat menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan baginya. Bukan sekadar kemampuan bertahan, namun kemampuan memberikan “pelajaran” kepada pelakunya tetap dengan santun dan rasional.

Menjadi penting bagi setiap orang tua, untuk memastikan bahwa anak-anak telah diberikan bekal cukup menjadi generasi yang kuat, sebagaimana pengingat yang telah difirmankan Allah, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka…” [Q.S. An Nisa’: 9] 

(Sumber: Majalah Hadila Edisi Juli 2014)

Bachtiar
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos