Ketika Pasangan Mengagumi Orang Lain

Ketika Pasangan Mengagumi Orang Lain

Oleh: Cahyadi Takariawan (Konselor Keluarga Nasional)

 Dalam kehidupan berumah tangga, kadang terlintas godaan pada suami/istri berupa perasaan kagum terhadap orang lain. Perasaan kagum suami/istri terhadap laki-laki/perempuan lain. Ini bukan tentang perselingkuhan, bukan pula tentang seseorang yang jatuh cinta dengan pihak ketiga. Ini adalah bab seseorang mengagumi pribadi orang lain.

Perasaan kagum ini adalah sesuatu yang sangat wajar dan manusiawi, karena memang ada sebab-sebab yang membuat seseorang pantas dikagumi. Misalnya, ada perempuan yang sangat cantik atau ada laki-laki yang sangat gagah. Terhadap realitas ini banyak laki-laki/perempuan bisa terkagum-kagum dibuatnya. Ini sangat natural karena hal tersebut mudah terlihat mata tanpa harus lama-lama memandangnya.

Perasaan kagum tidak selalu dengan sesuatu yang sifatnya fisik, tetapi bisa pula terhadap yang bersifat ruhaniyah (bercorak spiritual). Misalnya, ada laki-laki/perempuan yang selain gagah/cantik juga tampak demikian shalih, ahli ibadah, alim, dan lain-lain, maka bisa menimbulkan kekaguman pada lelaki/perempuan yang mengetahui kondisi tersebut.

 

Ketika Kekaguman Diekspresikan

Perasaan kagum yang pada awalnya adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi, bisa berubah menjadi problematika yang bisa merusak kebahagiaan keluarga, ketika perasaan tersebut diekspresikan di hadapan pasangan. Ekspresi kekaguman yang berlebihan, membuat pasangan merasa dibandingkan, bahkan diremehkan.

Ketika kekaguman diekspresikan di hadapan pasangan, bisa menyulut kecemburuan dan kemarahannya. Apalagi ketika ekspresi kekaguman itu konsisten ditujukan kepada seseorang yang sama. Suami/istri merasa sakit hati karena pasangan memuji-muji laki-laki/perempuan lain, padahal tidak pernah atau jarang memuji dirinya. Pasangan bisa jadi merasa tersisih, terbandingkan, dan dikalahkan. Atau merasa pasangannya telah tergoda oleh laki-laki/perempuan lain, sehingga mulai terbangun amarah dan dendam.

 

Realitas Objektif vs Penangkapan Subjektif

Kalimat kekaguman yang secara normatif mungkin memang benar (objektif), sering secara subjektif dirasakan berbeda oleh pasangan. Realitas objektifnya, orang tersebut memang layak dikagumi, tetapi secara subjektif, hal itu menyebabkan pasangan merasa dibandingkan.

Kalimat, “Subhanallah, cantik sekali cewek itu,” dirasakan seolah, “Subhanallah, cantik sekali cewek itu. Enggak kayak kamu.” Kalimat, “Enggak kayak kamu,” itu tidak mesti terucapkan, tetapi sudah bisa dirasakan seperti itu oleh pasangan. Apalagi ketika memang kalimat tersebut benar-benar diucapkan, pasti akan sangat menyakitkan hati pasangan, kendati realitas objektifnya bisa jadi memang seperti itu.

Jadi, memang ada perasaan tertentu yang harus disembunyikan dari pasangan, salah satunya perasaan kagum kepada laki-laki/perempuan lain.

 

Semua Orang Istimewa

Pada dasarnya, tidak ada seorang pun yang senang dibandingkan dengan orang lain. Suami/istri tidak akan suka dibandingkan dengan laki-laki/perempuan lain, suami Anda tidak senang dibandingkan dengan lelaki lain. Ini berlaku secara umum, termasuk pada anak-anak di rumah maupun di sekolah. Membandingkan satu anak dengan anak yang lainnya, bisa membuat seorang anak merasa tersisih dan tidak diterima oleh orangtua atau gurunya. Karena pada dasarnya semua anak itu istimewa, pada sisi yang berbeda-beda.

Membandingkan suami/istri dengan orang lain bisa menyakitkan hati, dan bisa membuat suasana yang berbeda dari apa yang diharapkan. Mungkin saja tujuan membandingkan adalah agar bisa memotivasi pasangan untuk lebih baik dan lebih sesuai harapan. Namun, seringkali yang didapatkan justru sebaliknya. Ungkapan yang dimaksudkan untuk memotivasi pasangan agar bisa lebih baik dari kondisi yang sekarang, bisa ditangkap secara sangat berbeda. Pasangan merasa tersinggung dan tidak terima dirinya dibandingkan dengan laki-laki/perempuan lain, dan tidak terima pasangan memuji-muji laki-laki/perempuan lain. Bukannya menjadikan lebih baik, tetapi pasangan bisa jadi malah semakin menarik diri dari kebaikan untuk semakin mempertegas perbedaan bahwa dirinya berbeda dengan laki-laki/perempuan yang sangat dikagumi pasangannya itu.

Hendaknya suami/istri selalu ingat, bahwa semua orang itu istimewa. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Selalu ada sisi keistimewaan yang ada pada diri setiap manusia, yang tidak selalu sama antara satu orang dengan orang lainnya. Janganlah kita membandingkan suami dengan lelaki lain, membandingkan istri dengan perempuan lain. Maka carilah sisi-sisi keistimewaan pada diri pasangan untuk dapat kita kagumi dan kita ekspresikan kepadanya.

Perasaan kagum terhadap perempuan lain tidak sepantasnya disampaikan kepada istri. Perasaan kagum terhadap lelaki lain tidak sepantasnya dibuka kepada suami. Cukup kita simpan sendiri saja dan kita tempatkan secara proporsional. Jangan sampai menggeser posisi pasangan dari hati kita. Tempatkan pasangan kita di posisi yang paling istimewa di hati kita.<Dimuat di Majalah Hadila Edisi Agustus 2016>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos