Saat Keluarga Dekat Berseteru di Hari Kiamat

Saat Keluarga Dekat Berseteru di Hari Kiamat

Oleh Dr. Hakimuddin Salim, Lc. MA. (Doktor Ushul tarbiyah Universitas Islam Madinah)

قال الله تعالى: الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Orang-orang yang berhubungan dekat pada hari itu sebagiannya menjadi seteru bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Az-Zukhruf: 67)

Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari ayat di atas, terutama yang berkaitan dengan hubungan keluarga dan pendidikan anak kita. Imam Thabari dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa orang-orang yang saling berkawan dalam kedurhakaan kepada Allah di dunia, akan saling bermusuhan kelak di akhirat, dan saling berlepas diri satu sama lain. Kecuali orang-orang yang berkawan di atas asas ketakwaan kepada Allah Ta’ala.

Adapun Ibnu Katsir berpendapat, “Semua pertemanan atau persahabatan yang diniatkan karena selain Allah (lighairillah), sesungguhnya itu akan berbalik pada hari kiamat menjadi permusuhan. Sedangkan yang diniatkan karena Allah (lillah), maka ia akan kekal seperti kekalnya Allah Ta’ala.” Ini menunjukkan betapa pentingnya meniatkan sebuah hubungan sosial sebagai ibadah karena Allah, bukan sekadar berdasar pada hubungan darah, asas kemanfaatan atau pengakuan sosial belaka.

Kata-kata “al-akhilla” di sini sering diartikan sebagai ash-shodaqah (pertemanan) atau ash-shahābah (persahabatan). Namun an-nabulsi dalam tafsirnya mengisyaratkan bahwa ayat ini juga mencakup hubungan kekeluargaan, bahkan lebih kuat dari sekadar pertemanan atau persahabatan. Karena al-khullah itu adalah tingkat kedekatan paling tinggi dari hubungan dua orang, dimana ada padanya cinta dan kasih sayang. Adakah hubungan yang lebih dekat dan kuat dibanding hubungan suami-istri atau orang tua-anak?

Berdasarkan ulasan di atas, bisa disimpulkan bahwa semua hubungan pertemanan, persahabatan, kekeluargaan di dunia ini kelak akan menjelma menjadi permusuhan atau perseteruan di hari kiamat, kecuali jika hubungan itu dilandaskan pada asas ketakwaan atau rasa takut kepada Allah Ta’ala.

Rasa takut kepada Allah inilah yang akan menjadi filter, agar hubungan kedekatan itu tidak membawa kepada dosa atau kemaksiatan yang menyebabkan mereka akan berseteru dan saling berlepas diri di hari kiamat, karena saling menuntut dan menyalahkan satu sama lain.

Keterputusan hubungan atau saling berlepas diri antar anggota keluarga itu bahkan akan dimulai sejak pertama kali kiamat tiba, sebagaimana Allah jelaskan dalam Surah ‘Abasa. Selanjutnya yang terjadi adalah perseteruan dan saling menyalahkan. Seperti istri yang menyalahkan suami, mengapa sebagai pemimpin, tidak membimbing keluarga sesuai arahan agama. Sebaliknya, suami menyalahkan istri, mengapa diam saja dan malah mendukungnya berbuat dosa. Atau seperti anak yang menyalahkan orang tua, mengapa tidak mendidiknya dengan baik dan membiarkannya terjerumus dalam kemaksiatan.

Maka, di sinilah letak pentingnya menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dalam keluarga, saling mengingatkan dalam kebenaran, saling menasihati atas kesabaran, agar hubungan kekeluargaan itu tidak membawa pada dosa dan menyebabkan bencana bagi semua pihak. Allah Ta’ala telah berfirman, “Takutlah akan sebuah bencana yang tidak akan menimpa kepada orang-orang zalim saja, dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukumannya.” (Q.S. Al-Anfal: 25)

Semoga dengan meniatkan hubungan karena Allah Ta’ala, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dalam keluarga, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, kita dan keluarga termasuk dalam barisan orang-orang yang bertakwa, yang dikecualikan oleh Allah Ta’ala untuk berseteru di akhirat sana. Semoga. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Desember 2020>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos