Jangan Pernah Bargaining Dengan Pasangan

Jangan Pernah Bargaining Dengan Pasangan

Oleh : Cahyadi Takariawan (Konsultan Keluarga dari Jogja Family Center)

Hadila – Ada sangat banyak dinamika dalam kehidupan berumah tangga. Dalam suatu kurun waktu, pasangan suami istri hidup rukun dan bahagia. Dalam waktu tertentu, mereka dilanda konflik dan pertengkaran ringan, tetapi segera diselesaikan. Pada kurun waktu lainnya, mereka menghadapi guncangan persoalan yang terasa menyesakkan dada. Hidup menjadi serasa sempit, hingga akhirnya pasangan suami istri mulai melakukan perhitungan ulang atas posisi mereka selama ini. Mereka mulai memasuki area bargaining.

Sahabat, sadarilah, hubungan Anda dengan pasangan adalah hubungan jiwa, hubungan hati, hubungan perasaan. Anda berdua sebagai sepasang kekasih, tak bisa hidup sendiri-sendiri.  Jadi, jangan berpikir untuk membuat bargaining dengan pasangan. Tapi usahakan untuk memberikan yang terbaik bagi kekasih hati Anda itu. Adakah pasangan suami atau istri yang melakukan bargaining dengan pasangan? Mengapa terjadi demikian?

Berawal Dari Hilangnya Kedekatan Emosional

Awalnya adalah mulai hilangnya kedekatan emosional dengan pasangan. Suami dan istri mulai merasakan ketidaknyamanan dalam interaksi dan komunikasi. Mereka menjadi malas membangun interaksi dan komunikasi dengan pasangan setiap hari. Mulailah menumpuk daftar kekecewaan dan kekesalan terhadap pasangan. Makin lama makin berjarak dan mereka biarkan saja jarak itu makin menjauh. Padahal kedekatan emosional adalah salah satu bagian penting untuk menciptakan bonding atau ikatan antara suami dan istri. Dengan kedekatan emosional, mereka akan berinteraksi dan berkomunikasi tanpa jarak. Benar-benar memiliki hubungan yang sangat intim.

Jika suasana ini hilang, akan membuat suami dan istri saling menjauh. Tak ada lagi kenyamanan dan kehangatan dalam interaksi dan komunikasi. Mereka terjebak dalam goa yang sangat gelap dan menyesakkan. Tak ada lagi keleluasaan untuk mengobrol, bercanda, berbicara, curhat, dan lain sebagainya. Yang ada hanya suasana penuh ketegangan dan kekakuan.

Mulai Muncul “Tawaran” yang Menarik

Apalagi ketika mereka mulai mengalami kejenuhan dan kelelahan hidup berumah tangga, muncul berbagai godaan dan “tawaran” yang seakan-akan lebih menarik di luar sana. Tampak lebih indah, lebih bening, lebih menawan, lebih perhatian dari yang ada di rumah sendiri.

Ada “tawaran” dari “orang baru”, yang baru bertemu, dan menimbulkan perasaan-perasaan baru, pengalaman baru, yang tidak didapatkan bersama pasangan. Suami atau istri bisa merasakan kedekatan emosional, kehangatan, kenyamanan yang selama ini tidak ia dapatkan dari pasangan. Ia mulai membandingkan orang baru ini dengan pasangan yang dianggap membosankan dan menyedihkan. Ia mulai curhat tentang ketidakbahagiaan kehidupan berumah tangga, kepada orang baru tersebut. Kini ada orang baru yang mulai mengisi hari-harinya dengan sejumlah harapan keindahan.

Mulai Melakukan Bargaining

Pada saat suasana seperti itu terjadi, terkadang menjadikan seseorang memiliki bargaining kepada pasangan. Seorang istri bisa menjadi lebih berani menantang dan menghadapi suami, pada saat dirinya sudah memiliki orang lain yang memberikan harapan-harapan keindahan kepada dirinya. Tiba-tiba ia merasa segera ingin lepas dari suami yang menyebalkan. Tiba-tiba ia menjadi lebih berani mengekspresikan perlawanan dan pemberontakan kepada suami yang tidak pernah mengasyikkan. Ia menjadi perempuan yang kuat dan perkasa, setelah ada orang lain yang mengisi hari-harinya. Ia mulai bargaining dengan suami. “Aku bisa menjalani hidup tanpa kamu.” “Kalau kamu tidak mau berubah, tinggalkan saja aku.”

Seorang suami bisa melihat semakin banyak kekurangan dan kelemahan pada diri istri, ketika ia telah menemukan orang lain yang mengisi hari-hari indahnya. Semakin intens dia berhubungan dengan orang lain itu, akan semakin nyata kekurangan, kelemahan, dan kejelekan istri di matanya. Seakan tidak ada kebaikan pada diri sang istri. Bargaining dirinya semakin meningkat di hadapan istri. “Sudahlah, kalau memang sudah gak mau sama aku, pulang sana ke rumah orang tuamu.”

Jangan Teruskan

Masya Allah. Mengapa harus melakukan bargaining dan ancaman-ancaman seperti itu kepada istri atau suami tercinta? Bukankah Anda berdua sepasang kekasih yang saling mencintai dan saling menyayangi? Cepat akhiri. Tak pantas Anda membuat bargaining seperti itu kepada pasangan Anda. Kembalilah kepada pasangan Anda. Dengan segala kekurangan dan kelemahannya, ia telah sabar dan setia menemani Anda selama ini.

Minta maaflah kepada pasangan Anda, peluk dirinya dengan penuh ketulusan. Nyatakan Anda tetap mencintainya. Nyatakan Anda ingin menjalani kehidupan berumah tangga yang bahagia dengan pasangan Anda hingga akhir usia. Ingat anak-anak, ingat masa-masa indah yang telah Anda nikmati berdua selama ini. Jangan melakukan bargaining dengan pasangan, karena merasa sudah memiliki ‘pegangan’ berupa hadirnya orang lain dalam kehidupan Anda. Sungguh tak patut melakukan tindakan seperti itu. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Maret 2019>

 

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos