Hak Anak dalam Islam (Bag. 2)

Hak Anak dalam Islam (Bag. 2)

Anak adalah hadiah terindah bagi kedua orang tua dari Allah subhanahu wa ta’ala, sebuah hadiah yang membawa kebahagiaan untuk ayah dan bunda. Sebuah kebahagiaan yang tidak bisa ditukar dengan harta atau benda apapun.

Anak adalah berkah dari Allah, oleh karena itu, sudah seharusnya orang tua untuk bersyukur kepada Allah atas berkah-Nya. Allah berfirman:

{لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50))

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki (49) atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (50)” (Surah As Syura 49-50).

Di antara cara untuk bersyukur adalah dengan memperhatikan hak-hak anak yang akan mengarah pada hubungan yang harmonis antara anggota keluarga, anak-anak yang taat, dan pembentukan sikap yang baik akan berpengaruh bagi masa depan untuk membangun masa depan baik dalam segi agama, keluarga, bangsa dan negera.

Islam adalah agama yang sempurna. Islam telah mengajarkan pengikutnya dalam semua aspek kehidupan mereka. Dan Islam juga mengajarkan hak apa yang dimiliki anak-anak, untuk dipenuhi oleh orang tua mereka.

Hak Anak dalam Islam (Bag. 1)

Berikut beberapa hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua menurut Ustaz Abu Ahmad Said Yai bagian kedua dilansir Hadila.co.id dari Syaria.co.id, Kamis (18/4/2019):

10. Dijamin Kehidupannya hingga Dewasa

Seorang anak berhak di jamin kehidupannya oleh orangtua hingga dewasa. Ia berhak untuk diberi makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal hingga ia mampu untuk mandiri.

(كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ)

Artinya: “Seseorang akan dianggap berdosa jika ia tidak menafkahi orang-orang yang menjadi tanggungannya.” (HR Abu Dawud no.1692, di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Abi Dawud no. 1485)

(أَفْضَلُ دِينَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ دِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى عِيَالِهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ عَلَى دَابَّتِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى أَصْحَابِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ

Artinya: “Uang yang paling afdhal yang diinfakkan oleh seorang laki-laki adalah yang diinfakkan kepada orang-orang yang menjadi tanggungannya, uang yang diinfakkan kepada hewan tunggangannya (untuk berjihad) di jalan Allah dan yang diinfakkan kepada teman-temannya (yang sedang berjihad) di jalan Allah.” (HR Muslim no. 2310).

Mengajarkan Anak Berkompetisi, Fokus pada Nilai Motivasionalnya

11. Mengajarinya dengan Ilmu yang Bermanfaat

Wajib bagi orang tua untuk mengajarkan anak-anak mereka ilmu yang bermanfaat. JIka orang tua tidak mampu melakukannya, maka ia harus mencarikan orang lain yang mampu untuk mengajari anaknya.

Orang tua wajib mengajari anaknya agar tumbuh menjadi pribadi yang saleh, berakhlak mulia serta bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya, baik dengan cara mengajarinya langsung atau dengan bimbingan orang lain.

Ada banyak jenis pengetahuan yang berguna, baik tentang agama ataupun pengetahuan duniawi.

Mengenai pengetahuan agama, orang tua harus lebih memperhatikannya. Orang tua memiliki kewajiban untuk mengajari anak-anak mereka tentang pengetahuan wajib yang harus mereka ketahui. Anak-anak harus diajari tiga pilar utama yang harus diketahui oleh setiap muslim.

Tiga pilar tersebut adalah mengetahui tentang Allah, Rasul-Nya, dan Islam. Anak-anak harus tahu tentang pilar-pilar ini yang akan menjadi pegangan mereka seumur hidupnya.

12 Amalan agar Allah Melimpahkan Rezekimu

Mereka juga harus tahu apa yang diwajibkan Allah kepada mereka, dan apa yang dilarang-Nya. Kewajiban dan larangan ini berarti segala sesuatu yang harus diketahui oleh setiap muslim, dan orang awam dari negara muslim pasti akan mengetahuinya, seperti kewajiban untuk melakukan shalat, membayar zakat, puasa, dll, dan larangan perzinaan, mabuk, mencuri, dan sebagainya.

Dianjurkan untuk membiasakan anak-anak dengan bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an, sunnah, dan Islam. Orang tua harus dapat menanamkan cinta bahasa Arab kepada anak-anak mereka lebih dari bahasa lain.

Mengenai pengetahuan duniawi, orang tua memiliki kewajiban untuk mengajar anak-anak mereka tentang ilmu wajib, yang akan sangat dibutuhkan di lingkungannya, seperti cara membaca dan menulis, menghitung, dll, sehingga akan mencegah mereka dari dibodohi dan ditipu oleh orang lain.

Orangtua Wajib Kuasai 4 Hal Ini saat Bayi Mulai Aktif

Nah diantara cara orang tua memberikan anaknya ilmu yang bermanfaat adalah dengan memberinya bacaan yang baik dan bermanfaat. Diantaranya yaitu Majalah Cilukba dan Majalah Cilukba Junior.

Melalui Majalah Cilukba dan Cilukba Junior orang tua dapat mengajarkan pada anak mengenai berbagai macam keahlian motorik yang dapat merangsang minat anak, selain itu dalam Majalah Cilukba dan Cilukba Junior anak juga akan terdidik moral serta pengetahuannya melalui rubrik dan bacaan-bacaan yang baik dan bermanfaat untuk anak. Bersama Majalah Cilukba dan Cilukba Junior anak juga akan tumbuh menjadi pribadi yang santun, saleh/salihah, dan berjiwa Islami.

12. Diajarkan Menjadi Orang saleh, Berakhlak, dan Berperilaku Mulia

Wajib bagi setiap orang tua untuk mengajar anak-anaknya tentang bagaimana melakukan perbuatan baik, dan memperlihatkan perilaku dan etika yang mulia. Selain memberitahunya secara lisan, orang tua juga harus mengajar anak-anak dengan mempraktikkannya pada dirinya sendiri terlebih dahulu. Dengan itu, anaknya akan bisa meniru perilaku orang tuanya.

Mengajar melalui praktik nyatanya memiliki pengaruh yang lebih efektif daripada sekadar kata-kata. Tidak mungkin bagi seorang ayah untuk mengajar anaknya untuk shalat lima waktu di masjid, sedangkan dia sendiri jarang melakukaknnya.

Manfaatkan Dunia Sebagai Ladang Ibadah Menuju Surga

13. Diberikan Hukuman yang Diperbolehkan dalam Syari’ah ketika Mereka Meninggalkan Kewajiban atau Melakukan Dosa atau Kejahatan

Menghukum adalah wajib untuk setiap orang tua berdasarkan alasan di atas, tetapi harus sesuai dengan ajaran Rasulullah. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

(مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع سنين واضربوهم عليها وهم أبناء ع شر سنين وفرقوا بينهم فى المضاجع)

“Perintahkan anak-anak Anda untuk melakukan shalat setelah mencapai usia tujuh tahun, pukul mereka ketika mereka meninggalkan shalat setelah mencapai usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR Abu Dawud no. 495, di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Abi Dawud no. 509)

Memberikan hukuman berarti jenis hukuman yang tidak meninggalkan bekas pada kulit, tidak seperti apa yang dilakukan beberapa orang ketika mereka memukul anak-anak mereka. Mereka memukul hingga meninggalkan bekas di kulit mereka, atau lebih buruk, sampai anak-anak tersebut menderita cacat fisik.

Beberapa orang lain beranggapan bahwa menghukum anak tidak benar dan membebaskan mereka untuk melakukan apa pun yang diinginkannya, dengan alasan hukuman dapat menghambat pertumbuhan anak. Ini adalah asumsi yang salah dan tidak sesuai dengan syari’at, karena ALlah dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan orang tua untuk memukul anak-anak mereka jika mereka meninggalkan kewajiban atau melakukan dosa.

5 Langkah Menyiapkan Anak di Masa Prasekolah

Ada banyak bukti yang menunjukkan bagaimana seorang anak yang tidak pernah dihukum oleh orang tuanya karena melakukan dosa, sebagian besar anak semacam ini akan berani melawan orang tua mereka dan sering memberontak. Apakah Anda ingin anak Anda menjadi tidak taat kepada orang tua,dan juga Allah dan Rasul-Nya ketika ia dewasa?

Namun, perlu diperhatikan bahwa setiap anak memiliki kebebasan untuk bermain dan bertingkah laku sendiri. Tidak pantas bagi orang tua untuk selalu menghukum, merengut, dan melarang anak mereka untuk hal-hal yang belum didefinisikan sebagai melanggar hukum. Dalam kondisi seperti itu, sudah cukup bagi orang tua untuk menasehati anak mereka, untuk membimbing mereka agar lebih kreatif dan tidak menghambat perkembangan mentalnya.

14. Diberi Waktu untuk Bermain dan Mendapat Pengawasan atas Apa yang Dimainkan, Tempat serta Teman Bermainnya

Seorang anak memiliki hak untuk bermain. Sangat tepat bagi orang tua untuk menyisihkan waktu bermain untuk anak-anak mereka, apakah itu di pagi, siang, atau sore hari. Ketika waktu malam tiba, orang tua diperintahkan untuk menggendong anak mereka dengan tidak membiarkan mereka bermain di luar sampai waktu Isya tiba.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

(إذا استجنح الليل أو قال جنح الليل فكفوا صبيانكم فإن الشياطين تنتشر حينئذ فإذا ذهب ساعة من العشاء فخلوهم)

“Jika malam atau awal malam tiba peganglah anak-anak kalian. Sesungguhnya setan-setan berkeliaran pada saat itu. Jika waktu isya’ telah tiba maka biarkanlah mereka.” (HR Al-Bukhari no. 3280 dan Muslim no. 5250)

Setelah masa isya, tidak pantas membiarkan anak-anak bermain, karena ini adalah waktu untuk tidur dan Rasulullah melarang umat Islam untuk bergurau dan bermain-main pada saat itu.

Orang tua juga harus memperhatikan jenis permainan yang dimainkan anak mereka, dan jangan biarkan dia memainkan permainan apa pun yang dilarang, seperti permainan kartu (yang mengandung elemen perjudian), menembak ayam atau sejenisnya, dll. orang tua harus dapat memilih permainan yang berguna dan edukatif untuk anak mereka.

Belajar Menjadi Ayah dan Bunda dari Calon Anak

Selain itu, orang tua harus memperhatikan dengan baik siapa yang berteman dan bermain dengan anak mereka,hal ini karena anak-anak mudah menyerap rangsangan dari orang-orang di sekitar mereka.

Seorang imam di Masjid Nabawi dan Hakim di Mahkamah Syariah di Madinah, Syekh Abdul Muhsin al Qasim mengatakan, “Karakter manusia mudah dipengaruhi oleh siapa pun yang berinteraksi dengannya. Manusia bahkan dapat dipengaruhi oleh seekor sapi.”

Karena itu, orang tua harus mengetahui dengan siapa anak-anak mereka berteman. Membawanya bergaul dan berkumpul dengan orang-orang dewasa yang saleh akan banyak membantunya dalam mengembangkan pola pikir yang matang, dan menjadi anak yang saleh.

15. Menerima Perlindungan dari Hal yang Menakutkan dan Merusak Agamanya

Diantara kewajiban orang tua adalah melindungi anak mereka, menjauhkannya dari bahaya, dan memberikan perasaan aman baginya. Mereka juga harus terus mengawasinya dan mencarinya jika anaknya menghilang.

Hasan bin ‘Ali RA pernah menghilang di pasar bani Qainuqa saat bersama Rasulullah shallallahu, kemudian Rasulullah mencarinya dan berkata ‘alaihi wa sallam berkata, “Dimana Laka’? Carikan Laka’?” [HR Al-Bukhari no. 5434]

Orang tua juga dilarang untuk menakuti anak mereka dengan apa pun yang dapat merusak psikologi dan agamanya, seperti mengancamnya dengan pisau atau kata-kata kasar, dan memberi tahu dia ketika malam tiba, dengan berkata “Awas hantu!”

Rasulullah bersabda

(لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا)

“Adalah haram bagi seorang muslim untuk menakuti muslim lainnya.” (HR Abu Dawud no. 5004, di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Ghayatul-Maram no. 447)

Menakuti anak dengan berkata “Awas hantu!” Bisa menumbuhkan ketakutan berlebihan terhadap hal-hal yang tidak jelas, dan ketakutan semacam ini dilarang dalam agama kita.

Mengajarkan Anak Berkompetisi, Fokus pada Nilai Motivasionalnya

16. Dihormati dan Dihargai Sebagai Manusia dan Tidak Diberi Nama yang Mengandung Arti yang Buruk

Seorang anak juga merupakan keturunan Nabi Adam Alaihis Salam. Anak juga manusia, yang memiliki hak untuk diperlakukan sebagai manusia dan bukan sebagai binatang. Dia harus dihormati dan dihargai. Oleh karena itu, tidak benar untuk melabeli dia dengan nama panggilan buruk seperti, “Bodoh”, “Jelek”, atau nama hewan dan sejenisnya.

Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman dalam Al Qur’an.

{وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا}

Artinya: “Dan kami telah memuliakan anak keturunan Adam, memberikan tunggangan kepada mereka di darat dan di laut, memberi rezki kepada mereka dari yang baik-baik dan mengutamakan mereka dari banyak makhluk yang telah kami ciptakan dengan suatu keutamaan.” (QS Al-sra’ : 70)

Muhasabah, dan Cara agar Terus Mengingat Allah

17. Diperhatikan Perkembangan Mental dan Spiritualnya, Serta Diarahkan pada Apa yang Baik dan Cocok dengan Anak

Orangtua seharusnya memberikan banyak perhatian pada perkembangan mental dan spiritual anak mereka. Mereka harus selalu mengawasinya, jangan sampai anak jatuh ke dalam hal-hal yang merusak moral dan dirinya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, pikiran seorang anak akan matang, karenanya rasa ingin tahu semakin meningkat. Merupakan kewajiban orang tua untuk menjelaskan berbagai hal kepada anak mereka sesuai dengan levelnya, dan tahap kehidupannya.

Terkadang, anak berusia 5-6 tahun akan mulai bertanya, terutama kepada ibunya, “Ibu, darimana asalku?”. Jawabannya adalah, “Dari rahimku.” Namun, untuk seorang remaja yang hampir mencapai pubertasnya, jawaban seperti itu tidak pantas lagi. Karena itu, penting untuk mengenali jawaban yang cocok untuk setiap tahap kehidupan yang dilalui anak.

Anak-anak memiliki potensi yang berbeda di antara mereka. Di antara mereka ada seorang anak yang memiliki kecenderungan untuk belajar, yang lain mungkin lebih berpotensi dalam bekerja, berdagang, atau memiliki keterampilan khusus di bidang tertentu, beberapa mungkin memiliki kecenderungan untuk menjadi polisi, dan sebagainya.

Seorang anak yang mudah menghafal dan memahami sesuatu, harus diarahkan untuk mempelajari pengetahuan agama, karena hal itu adalah pendidikan terbaik untuk seorang anak.

Yang perlu di ingat adalah bahwa ketika orang tua mengarahkan anak mereka ke bidang yang sesuai dengan potensinya, mereka harus berhati-hati untuk tidak membimbingnya ke dalam hal yang mengharuskannya untuk melanggar hukum Allah atau melakukan kejahatan untuk mendapatkannya.

Penguasa Khusyu’, Allah pun Merahmati

18. Mendapat Perlakuan yang Adil

Wajib bagi orang tua untuk memperlakukan semua anak mereka dengan adil dan setara. Hal itu bisa dilihat dari hadist di bawah ini:

Suatu hari An-Nu’man bin Basyir berkata di atas mimbar, “Ayahku telah memberikanku hadiah.” Kemudian ‘Amrah binti Rahawah (Ibunya) berkata, “Saya tidak rida sampai engkau meminta Rasulullah untuk menjadi saksi.” Kemudian Ayah An-Nu’man pun mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata kepadanya, “Saya telah memberi hadiah kepada anakku dari istriku yang bernama ‘Amrah binti Rawahah. Dia menyuruhku untuk memintamu, Ya Rasulullah, sebagai saksi pemberian ini.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memberikan hadiah kepada semua anakmu seperti itu juga?” Ayahnya pun berkata, “Tidak.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian kepada Allah! Berbuat adillah terhadap semua anakmu.” Kemudian ayahnya pun kembali dan mengambil kembali hadiahnya. [HR Al-Bukhari no. 2587 dan Muslim no. 4185].

19. Dilatih untuk Menjadi Rajin dan Tidak Malas

Seorang anak seharusnya dilatih untuk rajin, dan tidak malas. Dan pelatihan ini harus dimulai sejak dini. Hal pertama yang harus dilakukan orang tua adalah mengajar anak mereka beribadah. Misalnya, untuk melakukan shalat.

Karena anak masih kecil, ibunya harus membiasakannya shalat di sampingnya, sehingga, ia dapat mempelajari gerakan shalat dan mengenali waktunya. Jika sudah menjadi kebiasaannya, akan lebih mudah untuk mengingatkannya nanti untuk melakukan shalat.

Setelah mencapai usia tujuh tahun, seorang anak lelaki harus terbiasa shalat lima waktu di masjid, sehingga ketika ia mencapai pubertas, ia sudah terbiasa salat di masjid. Bahkan jika dia belum mencapai usia itu, tidak apa-apa untuk membawanya ke masjid asalkan dia tidak mengganggu orang lain, tidak membuang sampah sembarangan, dan mampu menghormati jamaah lain.

Seorang anak juga harus dilatih untuk bangun di malam hari, melakukan shalat malam atau menunggu waktu Subuh. Jika dia sudah terbiasa dengan itu sejak usia dini, maka ia akan menjadi anak yang rajin saat dewasa.

Selain kegiatan beribadah, seorang anak juga harus dilatih dan dibimbing untuk menggunakan waktunya dengan benar dan menghabiskannya untuk kegiatan positif. Dia harus dicegah untuk tidak menyia-nyiakannya dengan bermalas-malasan atau membelanjakannya dengan bermain game yang tidak berharga.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda,

(نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَ ثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ)

“Ada dua kenikmatan yang banyak orang merugi di dalamnya, yaitu: kesehatan dan waktu luang.”[HR Al-Bukhari no. 6412]

Ibn al Qayyim berkata, “Sesungguhnya kemalasan dan tidak ada kerjaan memiliki akibat-akibat yang jelek dan penyesalan. Sebaliknya kerja keras dan kelelahan memiliki akibat-akibat yang terpuji, baik di dunia, di akhirat atau di dunia dan akhirat. Orang yang paling santai adalah orang yang paling lelah nantinya. Sedangkan orang yang paling lelah adalah orang yang paling santai nantinya. Kebahagiaan di dunia dan akhirat tidak bisa dicapai kecuali dengan ‘jembatan’ kelelahan.”[Tuhfatul-Maudud milik Ibnul-Qayyim hal. 241, Penerbit Maktabah Daril-bayan: Bairut].

(Bachtiar)

Bachtiar
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos