Ekspresikan Cinta pada Istri

Ekspresikan Cinta pada Istri

“Saya tidak tahu apakah suami masih mencintai saya. Saya sudah lupa kapan terakhir kali dia mengucapkan kata cinta kepada saya. Jangan-jangan dia mengucapkannya kepada perempuan lain,” ujar seorang istri di ruang konseling.

“Saya tidak tahu sebenarnya suami saya itu senang enggak sama saya, apakah dia pernah rindu kepada saya? Dia tidak pernah mengucapkan,” ujar seorang istri pada kesempatan berbeda.

Ungkapan seperti itu sering kami jumpai di ruang konseling. Banyak istri merasa ragu akan cinta suami, disebabkan suami tidak pernah mengucapkan dengan verbal. Istri menjadi ragu, apakah suaminya benar-benar cinta dan sayang kepada dirinya, ataukah suami sudah bosan dan tidak memerlukannya lagi.

Istri Butuh Kepastian

Rata-rata perempuan perlu kepastian. Dia ingin dicinta, dirindu, disayang dan dibutuhkan. Dia ingin mendengar atau melihat ekspresi cinta dari suami. Namun, kadang ucapan mesra yang ditunggu tidak kunjung tiba. Tidak ada kalimat pujian, tidak ada terima kasih, tidak ada kata cinta dan sayang.

Pada kalangan perempuan yang di masa lajang memiliki banyak penggemar dan pemuja, setelah menikah, kalimat-kalimat rayuan dan pujian tidak ada lagi. Dulu, begitu banyak lelaki memuja, mengharap, dan membutuhkan dirinya. Setelah menikah, tidak ada lagi puja puji itu, hidup terasa sangat sepi dari kemesraan dan kemanjaan. Pada titik tertentu dia mulai mempertanyakan cinta dan kesungguhan suami.

“Bagaimana saya tahu dia masih mencintai saya kalau dia tidak pernah mengatakan?” tanya seorang istri. Bagi banyak kalangan istri, ungkapan verbal itu penting. Sama pentingnya dengan perbuatan yang memberikan afirmasi atas perasaan cinta. Hal ini menandakan sifat umum perempuan yang memerlukan kepastian. Mereka tidak ingin terombang-ambing dalam ketidakpastian.

“Kalau cinta, ya ngomong dong. Dia juga tidak pernah memuji kecantikan saya, padahal teman-teman saya saja banyak yang mengatakan langsung,” ujar seorang istri. Baginya, sang suami sangat pelit berkata-kata. Dia merasa kesepian, karena di luar rumah banyak pemuja kecantikannya, sementara di rumah dia tidak memiliki fans yang memuja.

 Suami Sulit Ekspresikan Perasaan

Sesungguhnya yang terjadi pada suami bukanlah soal tidak cinta, tidak rindu, tidak sayang atau tidak membutuhkan istri. Hanya saja, pada banyak kalangan suami, mereka kesulitan mengekspresikan perasaan melalui kata-kata verbal. Saat merasa rindu, hanya disimpan dalam hati. Saat merasa bahagia, hanya diam. Saat merasa cinta dan butuh kepada istri, itu pun tidak diucapkan. Saat melihat sang istri begitu cantik, tidak ada kalimat pujian.

Sebagian kaum laki-laki menganggap tidak penting atau tidak perlu mengucap kata-kata cinta dan sayang. Bagi mereka, bekerja, mencari nafkah, mencukupi kebutuhan keluarga, sudah lebih dari sekadar kata-kata cinta. “Saya bekerja siang malam, dan semua hasilnya untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Apa ini bukan bukti cinta kepada istri dan anak?” ujar seorang suami.

Sifat umum laki-laki yang lebih banyak menggunakan akal atau logika dalam interaksi, membuatnya menganggap tidak penting untuk memverbalkan perasaan. Sementara perempuan yang lebih banyak menggunakan perasaan, menganggap penting kata-kata verbal. Hal ini sering membuat suasana tidak bersambut satu dengan yang lain.

“Yang namanya suami-istri itu ya mesti saling mencintai. Kalau tidak cinta, mereka tidak akan menikah. Jadi tidak perlu diomongkan pun semua sudah tahu,” ujar seorang suami.

Semakin rajin dan keras bekerja, bagi banyak laki-laki, hal itu menunjukkan semakin besar kadar cinta terhadap keluarga. Mestinya hal itu diapresiasi sebagai bukti cinta yang nyata.

Penting untuk Membicarakan Hal yang Tidak Penting

Sesungguhnya yang diperlukan suami dan istri adalah belajar saling mengerti dan menyesuaikan diri. Hendaknya istri bisa menangkap sinyal cinta suami, walaupun dia tidak pernah mengatakan. Hendaknya suami belajar mengungkapkan rasa cinta secara verbal, walau menurutnya itu tidak perlu dan tidak penting. Bukankah dalam hidup berumah tangga kita tidak selalu melakukan hal yang penting-penting saja?

Bahkan dalam realitas, omongan yang membuat nyaman antara suami dan istri justru hal-hal ringan dan cenderung tidak penting. Suami hendaknya mengerti, adalah hal yang penting untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting bersama istri. Ini akan merekatkan hubungan dan menguatkan cinta di antara Anda berdua. Jangan batasi omongan yang Anda anggap penting dan mendesak saja, hal-hal sepele yang sering Anda anggap tidak penting, justru penting untuk menguatkan keharmonisan keluarga.

[Penulis: Cahyadi Takariawan, Trainer dan Konselor di Jogja Family Center. Dimuat di Majalah Hadila Edisi Maret 2017]

 

Taufik
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos