Desain Universal, Konsep dan Prinsip Terbaik untuk Pembangunan Kota Inklusi

Desain Universal, Konsep dan Prinsip Terbaik untuk Pembangunan Kota Inklusi

SOLO, HADILA– Desain universal (universal design) menjadi konsep dan prinsip terbaik untuk dilaksanakan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan guna mewujudkan kota inklusi.

Hal itu mengemuka dalam salah satu panel diskusi Social Urban Forum (SUF) yang diselenggarakan di Kompleks Lokananta, Solo, Sabtu-Minggu (15-16/12/2018).

Dalam sesi diskusi panel bertema Penanggulangan Kemiskinan melalui Pembangunan Inklusi yang dipandu Abi Marutama itu, tampil Tio Tegar Wicaksana (difabel netra), Marthella Rivera Roidatua (staf ahli Bappenas), Bisma (difabel tuli), dan Didik Yudianto dari Ohana Yogyakarta.

Social Urban Forum adalah forum untuk berbagai organisasi masyarakat sipil, pemerintah kota, anggota komunitas, dan aktivis sosial, serta mahasiswa dari seluruh Indonesia berbagi pengalaman, menambah pengetahuan, dan berjejaring dengan sesama pegiat isu perkotaan.

Melalui berbagai jenis tema panel, peserta diharapkan dapat belajar, berbagi, dan menyebarluaskan ide serta pengalaman aktivisme dan advokasi mereka, sehingga terus menginspirasi perubahan yang transformatif untuk kehidupan perkotaan di Indonesia yang lebih inklusif dan berkeadilan social.

Keempat nara sumber sepakat bahwa kemiskinan berkorelasi erat dengan disabilitas ketika struktur dan infrastruktur pembangunan mengabaikan prinsip-prinsip universal design.

“Setiap pembangunan harus ramah difabel. Karena jika tidak, maka kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk melakukan mobilitas terhambat. Jika terhambat maka dia tidak akan mempetoleh pendidikan, dia akan menjadi bodoh, tidak mendapat pekerjaan dan akhirnya miskin,” papar Tio, difabel netra yang juga mahasiswa UGM ini.

Abi Marutama menuturkan dissabilitas dulunya berkonsep medis. “Penyandang disabilitas itu dianggap orang sakit sehingga haknya dilanggar, mereka harus di rumah, atau dibina di institusi. Konsep ini jelas salah, karena disabilitas adalah bagian keragaman manusia,” katanya.

Apalagi, tambah Tio, semua orang berpotensi menjadi difabel. Bisa jadi karena akibat kecelakaan, atau sakit atau sebab-sebab yang lain. “Ketika ruang publik didesign secara universal, maka semua orang bisa menggunakan baik penyandang disabilitas maupun yang bukan.”

Sementara itu Didik Yudianto dari Organisasi Harapan Nusantara (Ohana) Yogyakarta menegaskan pentingnya desain universal dalam setiap pembangunan gedung dan ruang publik lainnya.

“Prinsip universal design ini meliputi kesetaraan penggunaan ruan, keselamatan dan keamanan bagi semua, kemudahan akses tanpa hambatan, kemudahan akses informasi, kemandirian penggunaan ruang, efisiensi upaya pengguna, dan kesesuaian ukuran serta ruang secara ergonomis,” jelas Didik.

Prinsip desain universal itu, kata Didik, sudah tercantum dalam Peraturan Menteri PUPR No 14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung pasal 5 ayat 1.

mulyanto
EDITOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos