Bercengkerama Berdua

Bercengkerama Berdua

تَحَدَّثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَهْلِهِ سَاعَةً ثُمَّ رَقَدَ

“Rasulullah Saw berbincang dengan istrinya sejenak kemudian beliau tidur.

Lafal ini merupakan potongan dari hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya. Tepatnya, dalam Kitab Tafsir al-Qur’an, Bab Qaulihi: Inna fii Khalqi as-Samaawaati wa al-Ardh …: 4569 dan dalam Kitab At-Tuhiid, Bab Ma Ja-a fii Takhliiq as-Samaawaati wa al-Ardh … : 7452. Juga diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dalam Kitab Shalaat al-Musaafiriin wa Qashriha, Bab Ad-Du’aa fi Shalaati al-laili wa Qiyaamih: 190.

Hadis ini bagian dari catatan rutinitas kehidupan Sang Teladan Rasulullah Saw di tengah keluarganya. Rutinitas ini diceritakan oleh Ibnu Abas Ra dan dituturkan ulang oleh Bukhari dalam kitab Shahih-nya.

Suatu ketika, Ibnu Abbas ingin mengetahui secara langsung bagaimana cara Rasulullah Saw salat. Karena itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya, Ummul Mu’minin Maimunah Ra. Malam itu, Ibnu Abbas Ra mendapati Rasulullah Saw berbincang sejenak bersama istrinya, baru kemudian tidur.

Ketika memasuki sepertiga malam terakhir, beliau duduk dan menatap langit lantas membaca ayat, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi hingga ayat terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” [Q. S. Ali Imran (3): 190]. Kemudian beliau berdiri dan berwudu. Selanjutnya, beliau menunaikan salat sebelas rakaat. Setelah Bilal Ra mengumandangkan azan subuh, beliau salat dua rakaat kemudian keluar menuju masjid untuk mengimami salat subuh berjamaah.

Membaca alur cerita hadis ini, kita menemukan bahwa Rasulullah Saw memiliki waktu-waktu khusus untuk istrinya, untuk dirinya, dan untuk rabbnya. Beliau memiliki waktu untuk bercengkerama dengan istrinya dan merehatkan fisiknya sebagaimana beliau juga memiliki waktu untuk bertaqarrub dan bermunajat kepada rabbnya. Luar biasa. Beliau telah memberikan teladan kepada umatnya. Beliau orang yang paling bertakwa, namun sesibuk apapun beliau tetap bisa meluangkan waktu untuk bercengkerama bersama istrinya.

Pesan agung potongan hadis ini ialah pentingnya meluangkan waktu khusus untuk istri. Suami harus memiliki waktu khusus untuk pasangannya. Tak ada alasan untuk mengabaikannya. Jangan sampai kerja dan aktivitas lainnya menjadi alasan untuk mengorbankan waktu-waktu bersama istri tercinta. Bahkan dakwah dan ibadah sekalipun, jangan sampai menjadi penghalang bagi hak-haknya. Inilah prinsip yang harus ada pada diri seorang muslim.

Prinsip inilah yang dipegang oleh sahabat Rasulullah Saw, Salman Al-Farisi Ra. Oleh Rasulullah Saw Salman Ra dipersaudarakan dengan Abu Darda’. Ketika mendapati Abu Darda’ menghabiskan banyak waktunya untuk berpuasa dan salat, tak peduli dengan kehidupan duniawi dan istri, Salman Ra menasihatinya, “Sesungguhnya rabbmu memiliki hak yang harus engkau tunaikan; dirimu memiliki hak yang harus engkau tunaikan; istrimu memiliki hak yang harus anda tunaikan. Karena itu, berikan hak kepada setiap yang berhak.” Nasihat Salman ini dibenarkan oleh Rasulullah Saw sebagaimana diceritakan oleh Bukhari.

Ya, pasangan suami istri, harus punya kesempatan untuk bercengkerama berdua. Setidaknya untuk sekadar berbicara dengan kata-kata atau bahkan memanjakan cinta. Cinta merupakan hajat insani dalam pernikahan. Ia harus dipenuhi sebagaimana hajat-hajat insani yang lainnya. Begitulah, lembaga pernikahan yang mengikat pasangan suami dan istri dibangun, salah satunya, untuk memanjakan cinta. Allah Swt berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.” [Q. S. Ar-Rum (30): 21]

Bercengkerama berdua ini perlu ditradisikan. Sang Teladan Rasulullah Saw telah memulai mentradisikannya. Harus disempat-sempatkan. Kalau iman seorang mukmin mengalami penurunan, ia dapat diperbaharui dengan menghadiri majelis-majelis ilmu dan zikir penyuburnya. Jika ikatan cinta pasangan suami istri mulai memudar, ia perlu peremajaan, dan bercengkerama menjadi salah satu sarananya.

Bagi pasangan suami istri, kesempatan untuk bercengkerama berdua bisa menjadi saluran efektif untuk melancarkan komunikasi. Kelancaran komunikasi menjadi salah satu rahasia kesuksesan pernikahan. Gagal berkomunikasi bisa mengancam ketahanan ikatan pernikahan, bahkan bisa berujung perceraian. Tak jarang, dalam kehidupan rumah tangga, dijumpai pasangan suami istri yang terjebak dalam konflik akibat masing-masing tak menemukan saluran yang tepat untuk mengungkapkan isi hati dan perasaan. Di sinilah bercengkerama berdua menjadi keniscayaan.

Bercengkerama berdua juga bisa menjadi wahana untuk saling tukar pikiran bagi pasangan suami istri dalam merencanakan, membangun, mengevaluasi, dan mencari solusi untuk urusan-urusan keluarga. Saluran ini perlu dilempangkan untuk menggapai cita-cita rumahku surgaku, baiti jannati. Wallaahu a’lam bishshawwab.

[Penulis: Tamim Aziz, Lc., M.P.I., pengajar di Ma’had Abu Bakar dan FAI Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Dimuat di Majalah Hadila Edisi Maret 2015]

 

Taufik
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos