Saat Anak Menjadi “Musuh” Orang Tua, Bagaimana Penyelesaiannya?

Saat Anak Menjadi “Musuh” Orang Tua, Bagaimana Penyelesaiannya?

Oleh Mutoharun Jinan, Direktur Griya Parenting Surabaya

Tidak semua yang kita harapkan selalu terjadi pada diri kita. Sebagaimana harapan kita sebagai orang tua bagi anak-anak kita. Sering kita menginginkan mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang saleh, tetapi justru kenyataan mereka menjadi anak yang menggoda diri kita bahkan terkadang anak seolah menjadi musuh bagi kita.

Merasa sedih dengan kondisi di atas tentu wajar, tetapi kita tidak perlu merasa heran dengan kondisi ini. Bahkan Allah sendiri dalam Alquran Surah At Taghobun ayat 14 telah menjelaskan hal ini dengan gamblang. Namun yang menarik, Allah juga telah memberikan petunjuk penyelesaiannya, yaitu:

Pertama, memaafkan sikap dan perilaku yang kurang baik dari anak kita. Tugas ini bisa jadi berat bagi sebagian orang tua yang merasa sudah memberikan segalanya bagi anak tetapi justru mendapatkan balasan yang tidak layak dari anak mereka. Anak seolah menjadi musuh bagi kita. Tetapi dengan mengikhlaskan apa saja yang kita telah lakukan bagi anak dan tidak memandangnya sebagai perilaku baik yang harus dibalas oleh anak, insya Allah kita akan lebih mudah memaafkan anak. Mari kita lihat statement  ini, “Saat kita tidak bisa memaafkan kesalahan anak, berarti kita belum memberi rida kepada anak. Saat anak belum mendapatkan rida dari orang tua maka dia tidak akan pernah mendapatkan rida dari Allah, begitu pula dia juga tidak akan pernah mendapatkan hidayah-Nya sebagai prasyarat menjadi anak yang saleh.

Kedua, membangun hubungan yang baik dengan anak. Saat anak kita saleh dan berperilaku baik, tugas ini sangatlah mudah. Tetapi dengan perilaku anak yang kurang baik maka tugas ini menjadi lebih sulit untuk kita lakukan. Jika perilaku baik kita kepada anak selalu terkait dengan seberapa baik anak kita terhadap kita, maka ini seperti hubungan dagang yang saling menguntungkan. Niscaya semakin kecil kemungkinan anak menjadi baik. Maka jangan menunggu anak melakukan kebaikan baru kita berperilaku baik terhadap mereka. Tetapi selalu melakukan kebaikan kepada anak dengan tulus maka insya Allah akan datang waktu di mana Allah akan membuka hati mereka untuk menyadari kebaikan kita. Dengan demikian, anak tak lagi menjadi musuh bagi orang tua.

Ketiga, mendoakan anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi saleh walaupun saat ini belum baik. Doa selalu terkait dengan sesuatu yang belum terjadi, jika kita baru berdoa saat anak telah menjadi baik maka ini adalah untuk dapat mempertahankan kebaikan anak. Justru pada anak-anak yang belum baik lebih membutuhkan doa kita untuk kebaikan mereka pada masa yang akan datang. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi September 2018>

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos