Agar Suami Istri Makin Enjoy Membuka Diri

Agar Suami Istri Makin Enjoy Membuka Diri
Sumber foto: shutterstock

Oleh: Cahyadi Takariawan (Konselor Keluarga Nasional)

Hadila – Dalam kehidupan berumah tangga, keterbukaan adalah kunci kelegaan komunikasi, yang akan mengantarkan keluarga kita menjadi keluarga yang harmonis. Namun adakalanya seseorang sulit sekali menyampaikan apa yang ia rasakan atau yang ia inginkan pada pasangan. Salah satu penyebab ketidakterbukaan adalah ketakutan atas reaksi yang akan diterima.

Seorang istri takut menyampaikan yang sesungguhnya tentang harapan atau masukan pada suami lantaran takut respons suami akan mengecewakannya. Jangan-jangan suami akan menganggap remeh urusannya, jangan-jangan suami akan marah, atau kekhawatiran lain.

Hal serupa dapat terjadi pada seorang suami. Ketika ia menyampaikan sesuatu ia memiliki kekhawatiran, jangan-jangan istrinya akan menangis berlebihan untuk suatu hal yang tidak begitu penting, atau jangan-jangan istri akan mengomelinya.

Untuk mengurangi kekhawatiran tersebut, hal yang dapat dilakukan adalah buatlah kesepakatan tentang reaksi yang diharapkan. Misalnya, sejak awal, pasangan mengungkapkan bahwa ia ingin ketika sedang curhat didengarkan dulu, bukan langsung dikomentari. Misalnya dengan mengatakan, “Aku ingin menyampaikan sesuatu, tetapi tolong engkau jangan tersinggung…” atau “Aku berharap, ini baru sekadar memberi tahu dulu, aku belum membutuhkan bantuan kongkretmu…”

Bagaimanapun, antara laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan cara berkomunikasi yang berbeda. Seorang perempuan seringkali merasa dengan menceritakan masalahnya, adalah bagian dari penyelesaian masalah, karena telah terkurangi beban psikologisnya. Sementara laki-laki, tidak terlalu suka jika menampakkan kegagalan dirinya. Ukuran berhasil atau gagal baginya adalah dari kemampuan menyelesaikan urusannya secara mandiri.

Padahal rata-rata sikap perempuan suka memberikan pertolongan tanpa diminta. Ketika seorang laki-laki mengungkapkan sesuatu, perempuan akan menganggap bahwa laki-laki tersebut membutuhkan banyak saran dan bantuan untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya ia akan memberikan intervensi yang berlebihan. Dan ini kadang-kadang mengecewakan pasangannya.

 Terbuka Menerima Masukan dari Pasangan

Selain terbuka untuk menyampaikan harapan dan masukan, pasangan suami istri juga harus terbuka dalam menerima masukan dan mendengarkan harapan dari pasangan atas dirinya. Apabila suami dan istri telah merasa benar sendiri, dan menutup masukan-masukan dari pihak lain, itu adalah awal dari kerapuhan hidup berumah tangga.

Namun tentu saja, kritik dan masukan harus dilakukan dengan penuh kelembutan, bukan dengan emosi dan kemarahan. Gunakan metode positif untuk mengungkapkan kritikan, jangan menggunakan ungkapan negatif. Contoh ungkapan negatif adalah, “Aku tidak suka badanmu yang gembrot”. Gunakan ungkapan positif, “Aku bangga memiliki istri cantik seperti kamu. Namun akan lebih cantik jika engkau mengikuti program untuk sedikit menurunkan berat badanmu.”

Jika selama ini Anda termasuk tipe orang tertutup, mungkin cukup sulit bagi Anda untuk memulai keterbukaan tersebut. Diperlukan energi yang lebih untuk memulai bersikap terbuka. Kadang yang dijumpai bukanlah masalah keberanian, akan tetapi tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan keterbukaan tersebut. Bagaimana mengungkapkan keinginan, bagaimana menyampaikan harapan, bagaimana mengutarakan pendapat. Mungkin Anda tidak tahu bagaimana Anda harus mengawalinya.

 Manfaatkan Berbagai Sarana

Jika Anda sulit untuk menyampaikannya secara lisan, mengapa Anda tidak tuliskan saja? Bahasa tulisan seringkali lebih matang lantaran Anda dapat memikirnya berulang-ulang. Ketika Anda mengungkapkan sesuatu secara verbal, kadangkala terputus di tengah jalan lantaran respons pasangan Anda tidak menyenangkan atau tidak sesuai yang Anda harapkan. Atau Anda sendiri yang tidak bisa menguasai perasaan, misalnya kemudian menangis tersedu dan kehilangan kata-kata ketika belum tuntas maksudnya. Jika hal demikian yang terjadi, menggunakan bahasa tulis, mungkin lebih baik. Anda dapat menyebutnya sebagai “surat cinta”.

Sebagai surat cinta tentu saja Anda harus mengakhirinya dengan cinta sekalipun mungkin Anda mengawalinya dengan kemarahan. Awalnya mungkin sulit untuk membuat atau melakukan dengan cara ini, tetapi Anda akan terbiasa dan merasakan manfaatnya. Tentu saja bentuk “surat cinta” ini tidak harus berupa lembaran kertas. Ia bisa berupa pesan melalui email atau Whatsapp. Apa pun media yang Anda gunakan, tidak masalah. Yang paling penting, pesan Anda tersampaikan tepat seperti yang Anda maksudkan. Tidak ambigu, atau justru menimbulkan masalah baru.

Keterbukaan mungkin tidak gampang. Namun dengan pembiasaan diri, sesuatu akan menjadi lancar dan mudah. Ingatlah bahwa segala sesuatu yang sulit biasanya adalah pada awalnya. Memulai sesuatu tidaklah gampang, diperlukan kesanggupan diri untuk mengiring langkah pertama. Sesuatu yang tidak biasa dilakukan, memang terasa risih ketika pertama kali melakukan. Tapi, bukankah Anda memang ingin berubah menuju keadaan yang lebih baik ? Maka mulailah. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi Januari 2020>

 

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos